Baca Alquran tak Tahu Arti, Ini Empat Faedahnya

MENURUT penjelasan dari Ustaz Ahmad Sarwat Lc, selain ayat Quran juga banyak hadis nabawi yang menganjurkan kita untuk membaca Alquran, tanpa menekankan pentingnya kita mengerti maknanya, di antaranya sebagai berikut:

1. Orang yang Baca Alquran dengan Yang Tidak Baca Berbeda

Salah satu nash hadis secara tegas membandingkan orang yang membaca Alquran dengan yang tidak membaca Alquran. Dari Abu Musa Al-Asy`arit berkata, Rasulullah bersabda, “Perumpamaan orang mukmin yang membaca Alquran bagaikan buah limau baunya harum dan rasanya lezat. Dan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Alquran bagaikan kurma, rasanya lezat dan tidak berbau. Dan perumpamaan orang munafik yang membaca Alquran bagaikan buah raihanah yang baunya harum dan rasanya pahit, dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Alquran bagaikan buah hanzholah tidak berbau dan rasanya pahit.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari hadis ini jelas sekali bahwa sekedar membaca Alquran atau tidak membaca sudah membedakan kedudukan seseorang. Berarti ada nilai tersendiri untuk sekedar membaca Alquran.

2. Bersama Malaikat

Hadis ini juga sangat eksplisit menyebutkan tentang orang yang membaca Alquran, yaitu dijanjikan Allah akan di tempat bersama dengan para malaikat. Dari `Aisyah Radhiyallahu `Anha berkata, Rasulullah bersabda, “Orang yang membaca Alquran dan ia mahir dalam membacanya maka ia akan dikumpulkan bersama para Malaikat yang mulia lagi berbakti. Sedangkan orang yang membaca Alquran dan ia masih terbata-bata dan merasa berat (belum fasih) dalam membacanya, maka ia akan mendapat dua ganjaran.” (HR Bukhari Muslim)

Semakin tegas lagi ketika lafaz hadis ini menyebutkan kasus orang yang membaca Alquran dengan terbata-bata yang tetap saja akan diberikan pahala. Jelas menunjukkan tentang pentingnya membaca Alquran.

3. Bacaan Quran adalah Syafaat

Selain itu juga kita temukan adanya dalil yang menyebutkan tentang salah satu fungsi bacaan Quran sebagai syafaat yang akan menolong kita di hari akhir nanti. Dari Abu Umamah Al-Bahili berkata, saya telah mendengar Rasulullah bersabda, “Bacalah Alquran!, maka sesungguhnya ia akan datang pada Hari Kiamat sebagai syafaat bagi ahlinya.” (HR Muslim)

4. Diberi Pahala per Huruf

Dan semakin tegas lagi pentingnya membaca Alquran ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Dari Abdullah bin Mas`ud berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Alquran) maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan akan dilipat gandakan dengan sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan “Alif lam mim” itu satu huruf, tetapi “Alif” itu satu huruf, “Lam” itu satu huruf dan “Mim” itu satu huruf.” (HR At Tirmidzi dan berkata, “Hadits hasan shahih).

Betul-betul disebutkan bahwa membaca Alquran itu berpahala dan pahalanya dihitung perhuruf, di mana setiap huruf akan dikalikan sepuluh kebajikan. Semua dalil ini menunjukkan bahwa sekedar membaca Alquran tanpa memaham arti, juga sudah mendatangkan pahala. Namun kalau kita bandingkan dengan dalil-dalil yang lain, tentu pahalanya akan menjadi lebih berkah, lebih banyak dan lebih besar, manakala kita pun juga mengerti dan paham makna bacaan yang kita baca.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. []

INILAH MOZAIK

Memuliakan Akhlak dengan Membaca Alquran

SYEKH Abdul Aziz bin Baz mengatakan, di antara prasyarat yang mengantarkan pada akhlak Islami adalah memperbanyak membaca Alquran serta mentadabburi maknanya.

Setelah itu bersungguh-sungguh untuk berperilaku dengan akhlak yang sebagaimana Allah Ta’ala sebutkan dalam Alquran mengenai sifat-sifat para hamba-Nya yang saleh. Hal ini dapat mengantarkan kita pada akhlak yang mulia.

Demikian juga hendaknya memperbanyak duduk bersama orang-orang baik dan berakrab-akrab dengan mereka. Juga dengan memperbanyak membaca hadis-hadis saheh dari Nabi Shallallahualaihi Wasallam yang menunjukkan tentang akhlak mulia.

Demikian juga hendaknya banyak membaca kisah-kisah orang terdahulu dalam kitab-kitab sirah nabawiyyah dan sejarah Islam, yaitu membaca bagaimana sifat dan akhlak orang-orang saleh di masa itu. Semua hal ini dapat mengantarkan kita pada akhlak yang mulia dan beristiqamah di atasnya.

Namun sebab yang paling besar adalah Alquran. Dengan banyak membacanya serta mentadaburi maknanya dengan benar-benar menghadirkan hati yang penuh keinginan tulus untuk berakhlak mulia ketika membaca Alquran dan mentadaburi-nya. Inilah hal terbesar yang bisa mengantarkan kepada akhlak mulia, dengan juga memberi perhatian yang serius terhadap hadis-hadis saheh dari Nabi Shallallahualaihi Wasallam tentang akhlak mulia. []

 

 

Beda Cara Membaca Alquran

Makin luasnya wilayah penyebaran Islam menyebabkan para penghafal Alquran pun tersebar di berbagai wilayah. Penduduk di setiap wilayah itu mempelajari qiraat (bacaan) dari qari dan hafiz yang dikirim kepada mereka. Kondisi ini berdampak pada cara pembacaan Alquran di setiap wilayah berbeda-beda.

Ketika terjadi perang Armenia dan Azerbaijan dengan penduduk Irak, terdapat Huzaifah bin Al-Yaman yang ikut menyerbu kedua tempat itu. Huzaifah melihat banyak perbedaan umat Islam dalam cara-cara membaca Alquran. Sebagian bacaan itu bercampur dengan kesalahan, tetapi masing-masing mempertahankan dan berpegang pada bacaannya serta menentang setiap orang yang menyalahi bacaannya dan bahkan mereka saling mengkafirkan.

Pada mulanya, perbedaan pendapat itu dulunya diketahui oleh Rasulullah demi memberikan kelonggaran pada kabilah-kabilah Arab pada masa itu dalam membaca dan melafalkan Alquran menurut dialek mereka masing-masing. Pada masa Nabi Muhammad SAW, perbedaan dialek antarkabilah sangat tipis. Namun, dalam perkembangan Islam, setelah kaum Muslim dan wilayah Islam makin luas, cara membaca Alquran pun semakin beragam sesuai dengan dialek masing-masing. Hal inilah yang menimbulkan perselisihan dalam membaca Alquran. Masing-masing kabilah menganggap dialeknya yang benar.

Melihat kenyataan demikian, Huzaifah segara menghadap Khalifah Usman dan melaporkan apa yang telah dilihatnya. Maka, untuk menghindari perselisihan di antara umat, Khalifah Usman pun meminta agar penulisan Alquran memerhatikan salinan yang dikumpulkan pada masa Khalifah Abu Bakar demi menyatukan umat Islam dalam membaca Alquran.

Untuk itu, Khalifah Usman memerintahkan agar Alquran ditulis dalam beberapa buah. Dari penulisan tersebut, satu buah mushaf yang kemudian dikenal dengan nama Mushaf al-Imam atau Mushaf Ustmani disimpan oleh Usman bin Affan, sedangkan sisanya dikirim ke berbagai wilayah kekuasaan Islam, seperti Makkah, Basrah, Kufah, dan Syria. Bersamaan dengan pengiriman salinan ini, Usman memerintahkan agar setiap orang yang mempunyai mushaf Alquran ‘berlainan’ dari yang sudah disepakati itu untuk dibakar.

Hal itu dilakukan Usman setelah mendapatkan masukan dan saran dari para sahabat. Sebagaimana diriwayatkan Al-Khatib dalam kitabnya Al-Fashl Lil Washl Al-Mudraj, Ali RA mengatakan, ”Demi Allah, tidaklah seseorang melakukan apa yang dilakukan pada mushaf-mushaf Alquran, selain harus meminta pendapat kami semuanya (sahabat–Red).” Usman mengatakan, ”Aku berpendapat, sebaiknya kita mengumpulkan manusia hanya pada satu mushaf sehingga tidak terjadi perpecahan dan perbedaan.” Pendapat ini kemudian disepakati demi kemaslahatan umat Islam.

Pembukuan Alquran di masa Khalifah Usman ini memiliki beberapa faedah bagi umat Islam. Misalnya, mempersatukan kaum Muslim dan menyeragamkan ejaan tulisan Alquran berdasarkan petunjuk Rasulullah SAW dan mempersatukan bacaan meskipun masih ada perbedaan-perbedaan kecil yang tidak bertentangan dengan ejaan Mushaf Utsmani. Tujuan pembukuan itu juga demi menyatukan tertib susunan surat-surat Alquran sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW semasa hidupnya.

 

Awas! Lantang Baca Alquran saat Orang Lain Salat

SYAIKHUL Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah pernah ditanyakan,

“Bagaimana hukum bagi orang yang mengeraskan bacaan Al Quran sedangkan yang lain sedang mengerjakan shalat sunnah di masjid atau mengerjakan shalat tahiyatul masjid? Bacaan keras tersebut dapat mengganggu saudaranya yang lain. Apakah dilarang mengeraskan bacaan Al Quran ketika itu?”

Syaikhul Islam rahimahullah menjawab:

Tidak boleh bagi seorang pun untuk mengeraskan bacaan baik ketika shalat atau keadaan lainnya, sedangkan saudaranya yang lain sedang shalat di masjid, lalu dia menyakiti saudaranya dengan mengeraskan bacaan tadi. Bahkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah menemui beberapa orang yang sedang shalat di bulan Ramadhan dan mereka mengeraskan bacaannya. Lalu Nabi shallallahu berkata pada mereka,

“Wahai sekalian manusia. Kalian semua sedang bermunajat (berbisik-bisik) dengan Rabbnya. Oleh karena itu, janganlah di antara kalian mengeraskan suara kalian ketika membaca Al Quran sehingga menyakiti saudaranya yang lain.”

Beliau rahimahullah mengatakan, “Dari sini tidak boleh bagi seorang pun mengeraskan bacaan Al Quran-nya sehingga menyakiti saudaranya yang lain seperti menyakiti saudara-saudaranya yang sedang shalat.” (Lihat Majmu Al Fatawa, 23/64) [Muhammad Abduh Tuasikal]

 

INILAH MOZAIK

Driver Gojek Ini Baca Alquran Tunggu Orderan

Foto seorang pria mengenakan jaket ojek online sedang duduk di jok motornya menjadi viral. Hal itu karena pria tersebut sedang memegang kitab suci Alquran.

Foto itu beredar luas di media sosial Facebook dan menjadi perbincangan netizen. Pria itu tampak menunduk dan seperti sedang membaca ayat suci Alquran.

Dalam postingan tersebut, diketahui lokasi pria yang belum diketahui namanya ini berada di Jagakarsa, Jakarta Selatan.

“Di sela-sela ia nunggu orderan, babeh ini sempet-sempetin membaca Alquran tadi pagi di Kav. DKI Cipedak, Jagakarsa. Ada driver Go-Jek 7 orang dan Grab 2 orang di lokasi itu. Babeh ini duluan yang dapat orderan tadi saya lihat. Semoga diberikan rezeki yang halal dan berkah buat si babeh ini. Amin,” tulis salah satu postingan di Facebook, Selasa (24/10/2017).

Viralnya Foto tersebut banyak mendapat komentar dari netizen. Ada yang memuji dan ada pula yang menyayangkan hal tersebut meski niatnya baik semestinya dilakukan ditempat yang suci pula.

Lancarkanlah rezeki bapak itu Ya Rabb..aamiin,” tulis akun Uwais Al Qarni.

“Dalam kondisi apapun selalu ingat Allah. Sempatkan diri membaca walau satu ayat,” tulis akun adibytie.

“Bagus sih. Tapi kurang adabnya,” kata akun aneadib.[jat]

 

INILAHcom

Ini 3 Poin Penting Metode 30 Menit Bisa Baca Alquran

Ustaz Achmad Farid Hasan menemukan metode baru cara cepat belajar membaca Alquran. Metode tersebut sudah dipraktikkan selama kurang lebih 15 tahun. Dia mengatakan, ada tiga hal penting yang diajarkan dalam metode 30 Menit Bisa Baca Alquran.

“Untuk bisa baca Alquran, yang dibutuhkan ada tiga hal saja,” kata Ustaz Achmad kepada Republika.co.id di kantor Republika saat menggelar acara pelatihan cara cepat bisa baca Alquran, Sabtu (29/10).

Ia mengatakan, yang pertama, seseorang harus menguasai huruf-huruf Alquran yang jumlahnya hanya 30 huruf. Kedua, harus menguasai tanda baca Alquran. Ketiga, harus menguasai tajwid Alquran.

Menurutnya, hanya tiga hal ini saja yang harus dikuasai orang yang ingin bisa membaca Alquran. Meski mereka belajar dari nol, untuk menguasai huruf Alquran hanya membutuhkan waktu 25 menit. Setelah itu, diajari tanda baca Alquran. Mengajari tanda baca Alquran hanya memerlukan waktu lima menit. “Jadi dalam waktu 30 menit seseorang dapat menguasai huruf dan tanda baca, itu tajwid-nya nanti langsung dipraktikan,” ujarnya.

Ia menerangkan, menggunakan metode 30 Menit Bisa Baca Alquran tingkat keberhasilannya hampir 100 persen. Jika ada yang tidak berhasil, dia mengatakan, bukan metodenya yang salah. Namun boleh jadi karena peserta pelatihannya tidur, mengantuk dan kurang konsentrasi.

Puluhan peserta pelatihan 30 Menit Bisa Baca Alquran berkumpul di kantor Republika pada Sabtu (29/10) pagi. Mereka datang dari tempat-tempat jauh. Kendati demikian, mereka tetap antusias mengikuti pelatihan. Wajah dan sikap serius peserta menunjukan kesungguhan mereka menimba ilmu.

Mereka pun banyak yang penasaran dan kaget, sebab sepengetahuan mereka untuk bisa membaca Alquran perlu belajar membaca Iqra satu sampai enam. Kini rasa penasaran mereka sudah terjawab saat pelatihan di mulai di kantor Republika.

 

sumber: Republika Online