Sudah menjadi hal yang maklum ketika seorang muslim berpuasa ia wajib menahan nafsunya dari makan, minum dan perkara yang membatalkan puasa, mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Namun ada sebuah pertanyaan yang sering ditanyakan oleh kebanyakan masyarakat awam, apakah menelan sisa makanan saat puasa, batalakah?
Dalam literatur Islam salah satu perkara yang dapat membatalkan puasa adalah masuknya sesuatu (ain) melalui jalan terbuka yang tembus (Manfadz maftuh) ke perut (Jauf). Sebagaimana penjelasan Al Habib Ahmad Bin Hasan Al Kaff dalam kitabnya Taqrirat Al Sadidah fi Al Masail Al Mufidah, juz 1 halaman 452 berikut:
المفطر السادس : وصول عين من منفذ مفتوح إلى الجوف… إلى أن قال…قوله: «منفذ مفتوح» خرج به : إذا وصلت العين إلى الجوف من منفذ غير مفتوح كالدهن ونحوه بتشرب المسام. وكل المنافذ مفتوحة في مذهب الإمام الشافعي إلا العين، وكذلك الأذن عند الإمام الغزالي.
Artinya:“Perkara yang membatalkan puasa yang keenam adalah masuknya ain (benda semisal makanan atau minuman) dari manfadz maftuh (jalan yang tembus yang terbuka, semisal mulut) menuju perut. Dikecualikan dari manfadz maftuh, yaitu ain yang masuk itu melalui manfadz yang tidak maftuh, seperti masuknya minyak atau lainnya dengan meresapnya di pori-pori. Dan setiap manfadz itu terbuka, menurut madzhab Syafi’i, kecuali mata. Dan menurut Imam Al-Ghazali, telinga juga bukan, maka tidaklah membatalkan puasa, masuknya ain melaluinya.”
Mulut termasuk kategori manfadz maftuh (jalan yang tembus yang terbuka,) sehingga menelan sisa makanan yang tersangkut di gigi secara aturan fikih dapat membatalkan puasa.
Namun Syaikh Abdul Aziz Al Malibari dalam kitab karyanya Fathul Muin halaman 56 beliau memberi perincian hukum terkait permasalahan menelan sisa makanan yang tersangkut di gigi saat puasa. Menurut beliau jika menelan sisa makanan tersebut memang tidak sengaja dan sulit dibedakan karena telah bercampur dengan ludah, maka hal ini tidak dapat membatalkan puasa. Berikut penjelasan lengkapnya:
لو بقي طعام بين أسنانه فجرى به ريقه بطبعه لا بقصده: لم يفطر إن عجز عن تمييزه ومجه، وإن ترك التخلل ليلا مع علمه ببقائه وبجريان ريقه به نهارا، لانه إنما يخاطب بهما إن قدر عليهما حال الصوم، لكن يتأكد التخلل بعد التسحر، أما إذا لم يعجز أو ابتلعه قصدا: فإنه مفطر جزما،
Artinya:”jika ada makanan yang tersangkut di sela sela gigi kemudian tertelan bersamaan dengan air ludah dengan tanpa sengaja, maka hal tersebut tidak membatalkan puasa, jika sulit membedakan dan mengeluarkan makanan tersebut. sekalipun seorang yang berpuasa meninggalkan membersihkan giginya dari sisa makanan setelah sahur (sebagai upaya kehati- hatian) dan ia tahu pasti sisa makanan ini akan tertelan jika dibiarkan.
Karena ia hanya diperintahkan sesuai kemampuannya dalam membedakan sisa makanan dengan air ludah dan mengeluarkannya saat puasa jika tertelan. Akan tetapi disunnahkan untuk membersihkan sisa sisa makanan yang tersangkut di gigi setelah sahur. Adapun ketika mampu membedakan atau ia menelannya secara sengaja pasti hal itu membatalkan puasa.”
Demikian penjelasan perihal apakah menelan sisa makanan saat puasa, batalkah puasa?. Semoga bermanfaat Wallahu a’lam bishawab.