Piala Dunia: Beginilah Tindakan Rasis Media Barat terhadap Maroko

Sehari sesudah Maroko dikalahkan di Piala Dunia 2022, media Belanda de Volkskrant menerbitkan sebuah kartun “rasis dan islamofobia” yang menggambarkan dua pria Maroko dengan motor mencuri trofi Piala Dunia dari tangan presiden FIFA.

Dalam kartun tersebut, orang Maroko digambarkan dengan hidung besar dan senyum sinis yang memperkuat stereotip rasis pemuda Arab di Eropa sebagai berandalan atua penjahat.

Bendera Maroko dalam kartun tersebut, tampak seperti Bintang Daud Yahudi, seperti yang digunakan pada bendera Israel.

Kartun rasis media Belanda ini lantas memicu banyak kecaman dari netizen dan warga Arab. Netizen mengatakan kartun tersebut tampaknya menyiratkan bahwa Maroko mencapai semifinal melalui taktik licik dan curang, meskipun secara konsisten mendapat pujian atas sportivitas, penampilan memukau, dan permainan yang adil.

Media-media Belanda seringkali menampilkan berbagai kartun yang menggambarkan Muslim dan Arab sebagai teroris. Bahkan mereka juga menyediakan panggung untuk kartun yang menghina Nabi Muhammad.

Politisi sayap kanan Gert Wilders meluncurkan kembali “kompetisi kartun [Nabi] Muhammad” pada tahun 2020, yang melukai masyarakat Muslim di seluruh dunia.

Kaitkan Pemain Maroko dengan ISIS

Media Jerman, Welt, juga turut melancarkan komentar rasisnya terhadap Maroko. Welt melontarkan pernyataan rasis dan islamofobia itu terhadap tim sepak bola Maroko.

Dalam segmen laporan televisi yang diposting Welt di Youtubenya pada Senin, media Jerman itu menampilkan gambar pemain Maroko Zakaria Abouklal, Abdelhamid Sabiri, dan Ilias Chair yang berpose mengacungkan telunjuk mereka – tanda yang dikenal di kalangan umat Islam sebagai tanda Tauhid.

Bagi umat Islam, tanda itu mencerminkan keesaan Tuhan, artinya hanya ada satu Tuhan. Ini juga terkait erat dengan “Syahadat”, sebuah ekspresi yang merupakan prasyarat bagi individu untuk masuk Islam.

Memang, tanda itu kerap digunakan oleh kelompok teroris ISIS, namun tanda gestur Tauhid tetap menjadi bagian dari kehidupan umat Islam di manapun.

Laporan televisi Welt lantas dibanjiri kecaman netizen Muslim. Mereka menuduh media Jerman itu menghasut kebencian terhadap Muslim dan mengaitkan Islam dengan terorisme.

Seorang netizen menulis,”KKK (kelompok supremasi kulit putih AS) juga memikul salib. Apakah semua orang Kristen sekarang teroris? Tidak.”

Yang lain mengatakan mereka khawatir laporan media serupa dapat memperburuk masalah Islamofobia yang sudah meningkat di Jerman dan di seluruh Barat.

Bulan lalu, kejahatan rasial menyebabkan sejumlah batu nisan Muslim dirusak di seluruh Jerman. Kejahatan tersebut menyebabkan kemarahan dan kekhawatiran yang meluas di kalangan komunitas Muslim di negara Eropa, dengan banyak yang mengatakan mereka mengkhawatirkan keselamatan mereka setelah serangan itu.

Kekerasan Rasis terhadap Pendukung Maroko

Lebih dari 120 orang ditangkap pada Rabu malam dalam insiden “kekerasan rasis” di Paris dan kota-kota Prancis lainnya setelah kemenangan Les Blues atas Maroko.

Sekitar 10.000 polisi dikerahkandi seluruh Prancis karena khawatir akan kemungkinan kerusuhan, termasuk 5.000 untuk Paris dan daerah sekitarnya saja.

Terlepas dari langkah-langkah tersebut, para penggemar Maroko menghadapi serangan verbal dan fisik dari beberapa kelompok sayap kanan saat perayaan riuh meletus di seluruh negeri setelah Prancis memenangkan pertandingan 2-0.

Setidaknya 115 orang ditangkap secara total di Paris dan sekitarnya, lapor media lokal. Di antara mereka adalah 40 tersangka sayap kanan yang berusaha menuju Champs-Elysees, tempat tersibuk di ibu kota yang dipenuhi penggemar sepak bola, lapor Anadolu pada Kamis (15/12).

Kekerasan juga dilaporkan terjadi di kota-kota besar seperti Lyon, Nice, dan Montpellier. Sedikitnya enam orang, termasuk dua anggota kelompok sayap kanan, ditangkap setelah perkelahian antara suporter rival di Lyon, menurut laporan.

Anggota parlemen Prancis Thomas Portes mengutuk “serangan terencana” dan “kekerasan rasis” terhadap penggemar Maroko. “Kita dekat dengan sebuah tragedi. Kita harus bereaksi,” tulisnya di Twitter.

Antoine Leaument, anggota parlemen lainnya, mengatakan “fasis … meneriakkan komentar rasis” menyerang penggemar Maroko di Nice.

“Rasisme adalah kejahatan,” katanya dalam sebuah tweet, menyerukan agar para pelakunya dihukum sesuai dengan hukum Prancis.*

HIDAYATULLAH