BENARKAH surat Al-Waqiah dapat melancarkan rezeki? Tentunya, kita sering mendengar tentang hal tersebut. Dijelaskan oleh Ustaz Farid Nu`man, ada hadis shahih dan dhaif tentang membaca surat ini.
Benarkah Baca Surat Al-Waqiah Dapat Melancarkan Rezeki?
Ada pun yang shahih adalah:
شَيَّبَتْنِي هُودٌ وَالْوَاقِعَةُ وَالْمُرْسَلَاتُ وَعَمَّ يَتَسَاءَلُونَ وَإِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ
“Aku telah dibuat beruban oleh Surat Hud, Al Waqi’ah, Al Mursalat, ‘Amma yatasaa aluun, serta idzasysyamsu kuwwirat.”
(HR. At Tirmidzi no. 3297, kata Imam At Tirmidzi: HASAN. Dalam Shahihul Jaami’ no. 3723, dikatakan: SHAHIH)
Kenapa rambut Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam sampai beruban karena surat-surat ini? Syaikh Abdullah Al Faqih Hafizhahullah mengatakan:
وقد قال النبي صلى الله عليه وسلم ذلك لما ورد في هذه السور من التخويف من عذاب الآخرة، وذكر صفات الجنة.
Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mengatakan hal itu karena pada ayat-ayat ini terdapat kandungan menakut-nakuti terhadap azab akhirat dan menceritakan tentang gambaran surga.
(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 13140)
Ada pun hadits yang dhaif tentang Al Waqi’ah, misalnya:
من قرأ سورة الواقعة في كل ليلة لم تصبه فاقة أبداً
Barang siapa yang membaca surat Al Waqi’ah setiap malam, maka dia tidak akan pernah ditimpa kefakiran selamanya.
(HR. Al Baihaqi, dari Ibnu Mas’ud)
Para ulama menyatakan hadits ini dhaif (lemah) dan cacat. Imam Al Munawiy Rahimahullah mengatakan:
وفيه أبو شجاع قال في الميزان: نكرة لا يعرف ثم أورد هذا الخبر من حديثه عن ابن مسعود قال ابن الجوزي في العلل: قال أحمد: هذا حديث منكر وقال الزيلعي تبعا لجمع: هو معلول من وجوه أحدها الانقطاع كما بينه الدارقطني وغيره الثاني نكارة متنه كما ذكره أحمد الثالث ضعف رواته كما قال ابن الجوزي الرابع اضطرابه وقد أجمع على ضعفه أحمد وأبو حاتم وابنه والدارقطني والبيهقي وغيرهم
Pada sanadnya terdapat Abu Syuja’. Disebutkan dalam Al Mizan: “Munkar dan tidak dikenal.” Lalu dia menyampaikan hadits ini dari Ibnu Mas’ud.
Ibnul Jauzi menyebutkan dalam Al ‘Ilal: “Berkata Imam Ahmad: hadits ini Munkar.”
Az Zaila’iy mengumpulkan cacat pada hadits ini:
1. Terputus sanadnya seperti yang dijelaskan Ad Daruquthniy dan lainnya.
2. Matannya munkar seperti yang dikatakan Imam Ahmad
3. Lemah para perawinya seperti yang dikatakan Ibnul Jauzi.
4. Idhtirab (guncang).
Para ulama sepakat kedhaifan hadits ini seperti Ahmad, Abu Hatim dan anaknya, Ad Daruquthniy, Al Baihaqi, dan lainnya.
(Lihat Faidhul Qadir, 6/201)
Demikian. Wallahu a’lam.[ind/alfahmu/Cms]