KATA sebagian hukama’, manusia itu ada tiga jenis. Manusia yang bagai makanan pokok, manusia yang bagaikan obat dan manusia yang bagaikan penyakit
Yang bagai makanan pokok adalah manusia yang dibutuhkan setiap saat, yang bagai obat adalah manusia yang dibutuhkan hanya ketika sakit, sementara yang bagai penyakit adalah manusia yang tidak disuka kapanpun dan dimanapun.
Demikian perumpamaan penuh makna yang bisa kita kutip dari kitap Siyar A’lam al-Nubala’ juz 10 halaman 282. Alangkah indahnya jika hidup kita senantiasa punya makna bagi kehidupan orang lain, minimum dibutuhkan untuk suatu saat tertentu. Jangan sampai kita menjadi penyakit yang tak disuka siapapun dan kapanpun karena hadirnya adalah selalu merugikan dan meresahkan.
Setiap kita dianugerahi kelebihan-kelebihan. Marilah kita coba mensyukuri nikmat itu dengan cara mejadikan kelebihan-kelebihan itu memiliki manfaat lebih, manfaat yang terus mengalir bahkan sampai pada masa setelah kematian kita.
Mereka yang berorientasi dunia secara cerdas menginvestasikan kelebihan hartanya untuk masa pensiun dan kehidupan anak cucunya. Mereka yang berorientasi akhirat secara tepat menginvestasikan kelebihan-kelebihannya untuk masa depan abadinya, bukan hanya untuk diri dan anak cucunya melainkan pula untuk kedua orang tuanya dan nenek moyangnya.
Manakah yang lebih hebat dari kedua model manusia di atas? Yang paling bodoh adalah mereka yang menghabiskan apa yang dimilikinya adalah hanya untuk perutnya untuk kemudian dibuang dalam WC atau toiletnya dan tak berkesempatan bertemu lagi dengannya setelah semua digunakannya. Marilah berinvestasi dengan cerdas dan tepat, semoga kehidupan penuh berkah dan rahmah saat ini dan akan datang. Salam, AIM@PondokPesantrenKota Alif Laam Miim Surabaya. [*]
– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2296503/marilah-berinvestasi-dengan-cerdas-dan-tepat#sthash.5ohPaDMx.dpuf