Akibat suatu kendala tertentu membuat sebagian orang tidak melaksanakan puasa Ramadhan secara penuh. Tetapi, kebanyakan orang tidak lantas mengqadha puasanya, bahkan ada yang memilih untuk melaksanakan puasa sunnah terlebih dahulu. Lantas, bolehkah melaksanakan puasa sunnah sebelum qadha puasa Ramadhan?
Dalam literatur kitab fikih, dijumpai beberapa keterangan yang menjelaskan mengenai kewajiban untuk menyegerakan qadha puasa Ramadhan yang tertinggal. Kewajiban ini harus didahulukan dari pelaksanaan puasa sunnah, karena merupakan perintah yang wajib dikerjakan.
Sebagaimana dalam kitab I’anah at-Thalibin, juz 4, halaman 294 berikut,
وعبارة الزواجر الحادي عشر أي من شروط التوبة التدارك فيما إذا كانت المعصية بترك عبادة ففي ترك نحو الصلاة والصوم تتوقف صحة توبته على قضائها لوجوبها عليه فورا وفسقه بتركه كما مر فإن لم يعرف مقدار ما عليه من الصلوات مثلا قال الغزالي تحرى وقضى ما تحقق أنه تركه من حين بلوغه
Artinya : “Redaksi dalam kitab az-Zawaajir, mengenai urutan yang ke sebelas dari syarat-syaratnya taubat adalah mengqadha ibadah, yakni apabila maksiat yang dilakukan akibat meninggalkan ibadah di masa silam, maka dalam meninggalkan shalat dan puasa misalnya, untuk dapat mengabsahkan taubatnya, dia harus mengqadha terlebih dahulu karena mengqadhanya diwajibkan sesegera mungkin dan dihukumi fasik bila ditinggalkan seperti keterangan yang telah lewat.
Bila tidak diketahui jumlah yang wajib ia qadha seperti dalam kasus shalat misalnya, maka menurut al-Ghazali wajib baginya meneliti dan mengqadha yang telah nyata ia tinggalkan mulai masa balighnya.”
Akan tetapi, bagi seseorang yang ingin melaksanakan puasa sunnah diperbolehkan untuk menggabung niat qadha puasa dan puasa sunnah, sehingga dapat memperoleh kedua pahalanya secara bersamaan.
Sebagaimana dalam kitab al Asbahu wa al Nazhair berikut,
ولو صام في يوم عرفة مثلًا قضاء أو نذرًا أو كفارة ونوى معه الصوم عن عرفة، فأفتى البارزي بالصحة والحصول عنهما. قال: كذا إن أطلق. فألحقه بمسألة التحية
Artinya : “ Seandainya seorang puasa pada hari Arafah misalnya, ia melaksanakan puasa qadha, nazar, atau kafarat, kemudian ia berniat beserta puasa Arafah, maka menurut Imam Al Barizi puasanya sah dan memperoleh pahala dari kedua puasa tersebut.
Beliau berkata ‘ Demikian pula jika secara mutlak’. Imam Al Barizi menyamakan kasus ini dengan kebolehan menggabung shalat tahiyat masjid.”
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kewajiban qadha puasa yang tertinggal harus didahulukan dari pelaksanaan puasa sunnah, karena merupakan perintah yang wajib dikerjakan. Tetapi, seseorang yang ingin melaksanakan puasa sunnah diperbolehkan untuk menggabung niat qadha puasa dan puasa sunnah, sehingga dapat memperoleh kedua pahalanya secara bersamaan.
Demikian penjelasan mengenai bolehkah melaksanakan puasa sunnah sebelum qadha puasa Ramadhan. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.