Kementerian Agama telah memutuskan 1 Dzulhijah 1437 Hijriah akan bertepatan dengan 3 September 2016. Dengan demikian maka hari raya Idul Adha 1437 Hijriah akan jatuh pada Senin 12 September 2016.
Bulan Dzulhijjah penuh dengan keutamaan, terutama 10 hari pertama dari Dzulhijjah.
Dari Ibnu Abbas رضي الله عنهم, Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ العَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ العَشْرِ ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ
“Tiada hari-hari yang amalan sholeh di dalamnya lebih dicintai oleh Alloh daripada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rosululloh, tidak pula jihad di jalan Alloh?” Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam menjawab: “Tidak juga jihad di jalan Alloh, kecuali seorang yang berangkat dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak ada yang kembali sedikit pun ” [HR al-Bukhori. Lafadz ini dari riwayat at-Tirmidzi]
Dari Jabir bin Abdullah, Rosulullah bersabda:
أفضل أيام الدنيا أيام العشر
“Hari yang paling utama di dunia adalah hari sepuluh Dzulhijjah.” (Shohihul Jami’)
Karena besarnya keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah ini, Allah Ta’ala sampai bersumpah dengannya dalam firman-Nya:
وَلَيَالٍ عَشْرٍ
“Dan demi malam yang sepuluh.” (Qs. al-Fajr: 2)
Yaitu: sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah, menurut pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Katsir dan Ibnu Rajab [serta menjadi pendapat mayoritas ulama].
Imam Ibnu Hajar al-’Asqalani berkata, “Tampaknya sebab yang menjadikan istimewanya sepuluh hari (pertama) Dzulhijjah adalah karena padanya terkumpul ibadah-ibadah induk (besar), yaitu: shalat, puasa, sedekah dan haji, yang (semua) ini tidak terdapat pada hari-hari yang lain.”
Amalan-Amalan di Bulan Dzulhijjah
Berikut ini diantara amalan-amalan yang sangat diutamakan untuk dilakukan di sepuluh hari awal Dzulhijjah:
1. Haji
Dzulhijjah dinamakan Dzulhijjah karena di bulan inilah dilaksanakannya ibadah haji
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Alloh, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitulloh. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Alloh Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” [Ali Imron: 97]
2. Memperbanyak amal sholeh
Dari Ibnu Abbas رضي الله عنهم, Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ العَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ العَشْرِ ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ
“Tiada hari-hari yang amalan sholeh di dalamnya lebih dicintai oleh Alloh daripada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rosululloh, tidak pula jihad di jalan Alloh?” Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam menjawab: “Tidak juga jihad di jalan Alloh, kecuali seorang yang berangkat dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak ada yang kembali sedikit pun. ” [HR al-Bukhori. Lafadz ini dari riwayat at-Tirmidzi]
Dan amal sholeh dalam hadits ini umum mencakup puasa, sholat, dzikir, membaca al-Qur’an,
bersedekah.
3. Tidak memotong atau mencabut rambut, kulit dan kuku bagi yang akan berkurban
Dari Ummu Salamah, Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
“Jika telah masuk sepuluh hari pertama Dzulhijjah dan salah seorang dari kalian ingin berkurban, maka janganlah ia mengambil rambut dan kulitnya sedikitpun.” [HR. Muslim no. 1977]
Hukum ini khusus bagi orang yang berniat ingin berkurban, adapun yang selainnya tidak dilarang.
4. Memperbanyak Sedekah
Sedekah secara umum hukumnya sunnah, dan nilai kesunnahannya pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah ini semakin kuat.
Allah berfirman, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir terdapat seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah (2): 261)
5. Memperbanyak Takbir
Ibnu Umar dan Abu Huroiroh رضي الله عنهم keluar ke pasar pada 10 hari (pertama) Dzulhijjah sambil bertakbir dan orang-orangpun bertakbir dengan takbir mereka berdua.” [Diriwayatkan al-Bukhori secara mu’allaq. Dishohihkan al-Albani dalam al-Irwa’ no. 651]
6. Puasa Arofah Pada Tanggal 9 Dzulhijjah
Puasa sunnah mulai 1 Dzulhijjah diperbolehkan bahkan termasuk anjuran memperbanyak amal sholih di 10 hari pertama Dzulhijjah (kecuali puasa tanggal 10 Dzulhijjah yang dilarang).
Dan puasa yang paling utama adalah puasa Arafah tanggal 9 Dzulhijjah.
Dari hadits Abu Qotadah al-Anshori, bahwa Rosululloh صلى الله عليه وسلم ditanya tentang puasa Arofah, beliau menjawab: “Puasa Arofah menggugurkan dosa setahun yang telah lalu dan setahun yang akan datang.” [HR. Muslim no. 1162, Ahmad no. 22621, an-Nasa’i dalam al-Kubro no. 2826]
7. Sholat Iedul Adha
Ali bin Abi Tholib رضي الله عنه berkata:
مِنَ السُّنَّةِ أَنْ تَخْرُجَ إِلَى الْعِيْدِ مَاشِيًا
“Termasuk perbuatan sunnah, kamu keluar mendatangi sholat ied dengan berjalan kaki”. [HR.At-Tirmidzy dalam As-Sunan (2/410); dihasankan al-Albani dalam Shohih Sunan at-Tirmidzi (530)]
Abu ‘Isa At-Tirmidzy- berkata dalam Sunan At-Tirmidzy (2/410), “Hadits ini di amalkan di sisi para ahli ilmu. Mereka menganjurkan seseorang keluar menuju ied dengan berjalan kaki”.
8. Berkurban
Berkurban adalah ibadah kepada Allah dengan menyembelih seekor kambing atau sepertujuh onta atau sapi pada hari Idul Adha dan tiga Hari Tasyriq (11, 12, 13 Dzulhijjah). Hukumnya sunnah mu’akkadah menurut jumhur ulama. Ibadah kurban bukan kewajiban sekali seumur hidup, tetapi sunnah yang dianjurkan setiap tahun jika dirinya mampu, bahkan Rasulullah saw ketika di Madinah beliau selalu berkurban setiap tahunnya.
Dari Abu Huroiroh رضي الله عنه, Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ، وَلَمْ يُضَحِّ، فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا
“Barangsiapa memiliki kelapangan (rizki) tapi tidak berkurban, janganlah ia mendekati tempat sholat kami.” [HR. Ibnu Majah Dihasankan oleh al-Albani dalam Takhrij Musykilatul Faqr no. 102]
9. Tidak berpuasa pada hari raya Idul Adha dan Hari Tasyriq
Dari Abu Huroiroh رضي الله عنه berkata:
«أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ صِيَامِ يَوْمَيْنِ يَوْمِ الْأَضْحَى، وَيَوْمِ الْفِطْرِ»
“Bahwa Rosululloh melarang puasa pada 2 hari: hari raya Idul Adha dan Idul Fithri.” [HR. Muslim no. 139, Malik 1/376, Ahmad no. 10634, Ibnu Hibban no. 3598]
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
“Hari-hari tasyriq adalah hari makan dan minum.” (HR. Muslim no. 1141).
PENUTUP
Demikianlah beberapa syi’ar Islam di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, maka hendaknya kita mengagungkan syi’ar-syi’ar tersebut.
وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
“Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu menunjukkan ketakwaan hati.” [Al-Hajj: 32]
Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam
*Maroji’: Fiqhul-Islam wa Adillatuh karya Prof. DR. Wahbah Zuhayli, dll