Bersyukur menurut Imam Al-Ghazali adalah menyadari dan mengakui bahwa segala kenikmatan yang kita peroleh, baik besar, kecil, banyak, maupun sedikit, semuanya berasal dari Allah SWT. Syukur juga berarti menggunakan nikmat tersebut sesuai dengan petunjuk Allah SWT. Nah berikut bersyukur menurut Imam al-Ghazali.
Imam Al-Ghazali dalam karyanya Kitab Arbain Fi Ushuluddin Juz 1, halaman 132, mengulas tentang konsep bersyukur kepada Allah SWT. Dalam literatur ilmu tasawuf, bersyukur kepada Allah SWT, termasuk maqam atau kedudukan yang sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari sabar, khauf, zuhud, dan sebagainya. Nah berikut cara bersyukur menurut Imam Al-Ghazali.
Imam Al-Ghazali menegaskan:
اعلم أن الشكر من المقامات العالية، وهو أعلى من الصبر والخوف والزهد وجميع المقامات التي سبق ذكرها، لأنها ليست مقصودة فى أنفسها، وإنما تراد لغيرها
Artinya: “Ketahuilah! Sesungguhnya syukur merupakan sebagian dari beberapa kedudukan yang tinggi. Dan syukur itu lebih tinggi kedudukannya dari pada sabar, rasa takut, zuhud, dan semua kedudukan yang telah disebutkan. Karena sesungguhnya semua kedudukan (selain syukur) itu tidak dimaksudkan pada dirinya sendiri. Dan sesungguhnya semua kedudukan tersebut dikehendaki untuk selain dirinya”.
Kenapa bersyukur kepada Allah maqam atau kedudukannya lebih tinggi dibandingkan dengan sabar, khauf, dan zuhud? Karena tujuan sabar untuk memerangi hawa nafsu, khauf akan mengantarkan kepada maksud yang terpuji, zuhud menyibukkan diri untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Sedangkan syukur itu untuk diri sendiri, dan tidak akan terputus sampai ke surga. Artinya, syukur akan kekal abadi selamanya sampai di surga nanti. Selanjutnya Imam Al-Ghazali menyusun konsep hakikat bersyukur kepada Allah. Konsep tersebut dibagi atas tiga bagian, ilmu, hal, dan amal. Adapun uraiannya sebagai berikut:
Pertama, ilmu. Artinya, seorang hamba harus mengetahui atau mengenal nikmat dan yang memberi nikmat, supaya ia bisa bersyukur. Untuk merealisasikan syukur, ia harus mensucikan Allah atau beriman kepada Allah. Ketika seorang hamba mempunyai keyakinan bahwa kenikmatan yang diperoleh bukan dari Allah, maka bersyukurnya tidak akan sempurna, karena ia masih berpaling dari Allah.
Kedua, hal. Artinya, ketika seorang hamba dianugerahi kenikmatan ia harus tunduk dan mengagungkan yang memberi nikmat yaitu, Allah SWT. Dan paling sempurnanya bersyukur adalah bergembira atas anugerah nikmat, kemudian nikmat tersebut dijadikan wasilah atau perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Ketiga, amal. Artinya, menggunakan kenikmatan yang dianugerahi oleh Allah kepada jalan yang disenangi atau diridhai oleh Allah, bukan digunakan untuk bermaksiat kepada Allah. Contohnya, kenikmatan penglihatan digunakan untuk membaca kitabullah, telinganya digunakan untuk mendengar sesuatu yang bermanfaat, lisannya digunakan untuk berzikir.
Demikian penjelasan terkait cara bersyukur menurut Imam Al Ghazali. Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam Bissawab.