Inilah 3 Cara Menghindari Kesedihan (Bagian 3)

Di antara cara berdzikir yang paling agung adalah beribadah kepada Allah Ta’ala dengan membaca Al-Qur`an.

Sungguh bahagia orang yang Allah Ta’ala jadikan Al-Qur`an sebagai penyegar dalam hatinya, cahaya dalam dadanya, penawar kesedihannya, pemusnah kegalauan dan kepedihannya, dan penggiringnya ke arah rahmat dan keridhaan Allah Ta’ala.

Dalam kaitan ini, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

“Tidaklah suatu kaum duduk di suatu majelis, dimana mereka mengingat Allah, melainkan mereka dikelilingi para malaikat, dipayungi rahmat Allah, dituruni ketenteraman, dan Allah ceritakan hal-ihwal mereka di kalangan makhluk-makhluk yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim)

Adapun dzikir-dzikir yang sangat penting dan patut untuk diamalkan, antara lain adalah dzikir-dzikir pada dua penghujung siang.

Allah Ta’ala berfirman,

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِيْنَ

Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah.” (QS. Al-A’raf: 205).

Di antara kasih-sayang Allah dan karunia-Nya atas hamba-hamba-Nya–sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam– adalah Dia akan memberi balasan bagi orang yang banyak mengucapkan wirid atau dzikir-dzikir.

Dengan balasan itu diharapkan akan tumbuhlah semangat mereka untuk melakukannya. Contohnya, seperti sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,

مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ لَمْ يَأْتِ أَحَدٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ أَوْ زَادَ عَلَيْهِ

“Barangsiapa mengucapkan ‘Subhanallahi wa bihamdihi’ di waktu pagi dan sore (masing-masing) seratus kali, maka pada hari kiamat takkan ada seorang pun yang datang dengan membawa sesuatu yang lebih utama dari apa yang dia bawa, kecuali orang mengucapkan seperti yang dia ucapkan atau lebih dari itu.” (HR. Muslim).

Begitu juga, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، مَنْ قَالَ حِينَ يُمْسِي فَمَاتَ مِنْ لَيْلَتِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Penghulu istighfar adalah, ‘Allaahumma Anta Rabbii laa ilaaha illaa Anta, khalaqtanii wa ana ‘abduka, wa ana ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika mastatha’tu. A’uudzu bika min syarri maa shana’tu, abuu`u laka bi ni’matika ‘alaiya, wa abuu`u bi dzanbii faghfir lii. Fa innahuu laa yaghfirudz dzunuuba illaa Anta’,

(Ya Allah, Engkaulah Rabb-ku, tidak ada sesembahan selain Engkau. Engkau telah menciptakan aku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku setia pada perintah-Mu dan janjiku kepada-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan apa-apa yang aku perbuat. Aku mengakui nikmat-Mu [yang diberikan] kepadaku, dan aku mengakui dosaku.

Oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Engkau). Barangsiapa mengucapkan kalimat ini di waktu sore lalu meninggal pada malam harinya, maka dia masuk Surga. Dan, barangsiapa mengucapkannya di waktu pagi lalu meninggal pada hari itu, maka dia masuk Surga.” (HR. Al-Bukhari)

Sesungguhnya konsistensi seorang muslim terhadap wirid-wirid yang syar’i akan membuahkan kedamaian jiwa, ketenteraman, rasa aman, dan terpelihara. Selain itu, ini adalah hal yang telah teruji kebenarannya.

Demikian dikutip dari kitab Salwa Hazin karya Sulaiman bin Muhammad bin Abdullah Al-Utsaim. Semoga bermanfaat. Aamiin.

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Inilah 3 Cara Menghindari Kesedihan (Bagian 2)

2. Bersedekah dan memberi infak di jalan kebaikan dalam rangka mencari ridha Allah Ta’ala

Dengan bersedekah dan berbuat kebajikan kepada sesama makhluk, dada menjadi lapang, hati menjadi lega, kesulitan menghilang, dan dijauhkan dari sifat kikir. Sedekah dan infak adalah bukti atas adanya iman.

Selain itu, pengaruh bersedekah terhadap jiwa dan timbulnya ketenangan serta kedamaian dalam hati setelah bersedekah adalah hal yang sudah teruji kebenarannya.

Oleh karena itu, amatilah olehmu suatu hari ketika kamu bersedekah, pasti kamu rasakan tidak seperti keadaanmu di hari yang lain ketika kamu tidak bersedekah.

Dalam ayat Al-Qur’an bahkan dinyatakan bahwa tidak ada rasa khawatir dan kesedihan datang kepada orang-orang yang bersedekah dan berinfak. Allah Ta’alaberfirman,

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنًّا وَلَا أَذًى لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, kemudian tidak mengiringi apa yang dia infakkan itu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 262)

Ibnul Qaiyim Rahimahullah menuturkan,

“Sesungguhnya sedekah itu mempunyai dampak yang sangat menakjubkan dalam menolak berbagai macam bencana, meski sedekah itu berasal dari orang yang berbuat durhaka, atau orang yang berbuat zhalim, atau bahkan dari orang kafir sekalipun.

Dengan sedekah, Allah Ta’ala menolak berbagai macam bencana dari pelakunya. Ini adalah hal yang sudah dimaklumi di kalangan manusia, baik orang-orang khusus maupun orang-orang awam. Seluruh penduduk bumi mengakui hal ini karena mereka telah mengalaminya.”

3Banyak berdzikir kepada Allah Ta’ala

Dzikir kepada Allah Ta’ala juga mempunyai pengaruh yang menakjubkan untuk melapangkan dada, menenangkan jiwa, memberi kedamaian di hati, turunnya ketenteraman, dan menghilangkan kegalauan dan kesedihan dari dalam hati.

Allah Ta’ala berfirman,

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللهِ أَلَا بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Inilah 3 Cara Menghindari Kesedihan

Seorang muslim mengimani dengan sepenuh hati bahwa musibah apa pun yang menimpanya dalam kehidupan ini, tidak lain karena sudah ada ketentuannya dari Allah Ta’ala.

Oleh karena itu, apa pun yang ditakdirkan menimpanya tidak mungkin meleset darinya, dan apa pun yang tidak ditakdirkan atasnya tidak mungkin akan mengenainya.

Hal ini dikarenakan Allah Ta’ala telah mencatat semua yang Dia takdirkan di alam semesta ini, sebagaimana Dia firmankan,

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرٌ

Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadid: 22).

Selain itu, diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin Ash, dia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

إِنَّ اللهَ كَتَبَ مَقَادِيرَ كُلَّ شَيْءٍ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

“Sesungguhnya Allah telah mencatat takdir segala sesuatu limapuluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi.”(HR. Muslim dan At-Tirmidzi)

Dari sinilah, maka seorang muslim disyariatkan untuk melakukan upaya-upaya yang dapat membantunya menghindari kesedihan. Yang dimaksud di sini adalah menyebutkan upaya-upaya yang dapat membantu seseorang untuk menghindari sumber-sumber kesedihan.

Manusia sebenarnya mampu menghindari sumber-sumber kesedihan, maka Allah Ta’ala melarang Nabi-Nya untuk menyerah begitu saja kepada kesedihan sebagaimana tercantum di beberapa ayat dalam Al-Qur`an, di antaranya, firman Allah Ta’ala,

وَلَا يَحْزُنْكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ

Dan janganlah engkau (Muhammad) dirisaukan oleh orang-orang yang dengan mudah kembali menjadi kafir.” (QS. Ali Imran: 176).

Sekali lagi bahwa yang dimaksud di sini hanyalah sakadar menyebutkan upaya-upaya yang dapat membantu seseorang untuk menghindari kesedihan, agar dia berusaha menunaikannya.

Sedangkan berhasil atau tidaknya upaya tersebut, hal tersebut tetap ada di tangan Allah Ta’ala. Manusia hanyalah dokter bagi dirinya sendiri.

Adapun upaya-upaya yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Berusaha meningkatkan dan memantapkan iman dalam hati

Iman adalah nikmat paling agung yang Allah Ta’ala karuniakan kepada orang yang dikehendaki-Nya di antara makhluk-makhluk-Nya, sebagaimana Dia firmankan,

يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا قُلْ لَا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُمْ بَلِ اللهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ

Mereka merasa berjasa kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah, “Janganlah kamu merasa berjasa kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang benar.” (QS. Al-Hujurat: 17).

Iman adalah nikmat yang membuat umur manusia menjadi bersih, hidupnya menjadi berkah, menghapus ketergantungan hatinya pada dunia dan segala gemerlapnya, beralih ketergantungannya kepada Rabbnya, serta membuatnya selalu berusaha menggapai keridhaan-Nya.

Begitu juga, iman itu memberi kepada manusia kemauan yang teguh dan memperkuat keterikatannya dengan Allah Ta’alaHal tersebut dikarenakan orang mukmin itu yakin bahwa segala urusannya ada dalam genggaman Allah Azza wa Jalla, hanya kepada-Nya segala urusan itu kembali.

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]