Menjadi Muslim terbaik pasti menjadi dambaan setiap orang yang menganut agama Islam. Oleh karena itu, mereka hanya bisa berusaha untuk senantiasa melakukan perintah ajaran Islam dan menjauhi apa yang dilarang. Namun, sebenarnya terdapat hadis yang menunjukkan cara menjadi Muslim terbaik menurut Rasulullah saw.
Di dalam literatur hadis setidaknya ada dua teks hadis yang secara gamblang menyebutkan cara menjadi Muslim terbaik sebagaimana berikut.
Pertama, memberikan makanan dan mengucapkan salam untuk orang yang dikenal maupun tidak dikenal. Teks hadis ini diriwayatkan oleh sahabat Abdullah bin Amru.
أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ ؟ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ. رواه البخاري ومسلم وابو داود والنسائي وابن ماجة.
Ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw., “Islam bagaimanakah yang terbaik?” Beliau menjawab, “Hendaknya engkau memberi makanan, dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal maupun tidak engkau kenal.” (H.R. Al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, An-Nasai dan Ibnu Majah).
Berdasarkan teks hadis tersebut menunjukkan bahwa, muslim terbaik menurut Rasulullah saw. adalah yang membiasakan memperlakukan orang lain dengan baik. Yakni ia yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Rasulullah saw. menggambarkan seorang Muslim yang tidak pelit untuk membagi makanan yang ia miliki kepada orang lain, baik ketika menjamu tamu, mengadakan tasyakuran atau berbagi dengan kaum duafa, fakir, dan miskin.
Selain itu, Rasulullah saw. juga mengapresiasi umat Muslim yang mau menyebarkan kedamaian kepada siapapun, baik yang ia kenal maupun tidak. Di dalam teks hadis tersebut beliau menggambarkan Muslim terbaik adalah yang tidak enggan mengucapkan salam kepada koleganya maupun bukan. Imam At-Thibi mengatakan bahwa menyebarkan salam merupakan faktor pendorong timbulnya rasa cinta. Dan rasa cinta itu simbol dari sempurnanya iman seseorang. Dan menyebarkan salam yang dapat menimbulkan rasa cinta itu dapat mendorong timbulnya rasa cinta antarsesama muslim. Dan hal tersebut dapat mengokohkan persatuan agama Islam.
Muslim terbaik itu bukan muslim yang gengsi menyapa sesama Muslim lainnya baik satu partai maupun beda partai, baik satu pendapat maupun berbeda. Bukan pula yang ada masalah atau gesekan sedikit langsung emosi, tidak mau saling sapa dan duduk bersama. Kalau dengan sesama saudara Muslimnya seperti itu, apalagi kepada saudara yang tidak seiman. Maka sekali lagi, Muslim terbaik menurut Rasulullah saw. adalah yang mau menyebarkan salam atau kedamaian baik kepada yang ia kenal maupun tidak.
Kedua, Muslim terbaik adalah yang ucapan dan tindakannya tidak menyakiti orang lain. Hal ini sebagaimana riwayat Abu Musa r.a. sebagai berikut
قَالُوا يا رَسُولَ اللهِ أَيُّ الإِسْلامِ أَفْضَلُ قَالَ: مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسانِهِ وَيَدِهِ أخرجه البخاري.
Mereka bertanya kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, Islam bagaimanakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Orang yang lisan dan tangannya selamat (tidak menyakiti) orang-orang Muslim lainnya.” (HR. Al-Bukhari).
Pernyataan Rasulullah saw. di dalam teks kedua ini juga masih seputar ranah sosial, di mana Rasulullah saw. memberikan apresiasi kepada umatnya yang bisa menjaga ucapan dan tindakannya sebagai umat Muslim terbaik.
Demikianlah Muslim terbaik menurut Rasulullah saw. yakni mereka yang mau membagi makanannya, menyebarkan salamnya kepada orang yang dikenal maupun tidak, serta mereka yang dapat menjaga lisan dan tindakannya untuk tidak menyakiti hati orang lain. Jadi, Muslim yang terbaik bukanlah Muslim yang hanya mementingkan ibadah individualnya, tetapi Muslim yang dapat memberikan cinta dan manfaat kepada orang lain. Semoga kita dapat menjadi Muslim terbaik menurut Rasulullah saw. ini. Aamiin. Wa Allahu A’lam bis Shawab.