Bahaya Menghujat, dan Mengapa Islam Melarangnya

BETAPA bahaya menghujat ternyata bisa mematikan hidup seseorang.

Kita tidak pernah tahu apa yang sedang dialami dan dirasakan seseorang. Karena itu jangan sembarangan berkomentar, menghujat dan mencemooh orang lain. Sebab bisa saja komentar dan hujatan tersebut semakin memperkeruh kehidupan seseorang yang sedang menghadapi permasalahan yang pelik dan sebagainya?

Seperti suatu kali, pernah da Sulli seorang aktris asal korea dikabarkan bunuh diri setelah beberapa tahun terakhir dirinya berjuang melawan depresi akibat dihujat netizen. Meski menyayangkan tindakan Sulli tersebut, namun publik juga mengecam hujatan-hujatan netizen yang secara tidak langsung dinilai membunuh Sulli secara mental sehingga akhirnya mendorong artis tersebut bunuh diri.

Terlepas dari benar atau tidak nya kabar tersebut namun, tidak sedikit kasus di Indonesia mengenai bullying yang dilakukan oleh anak di bawah umur. Betapa mirisnya hal itu dilakukan di negara yang mayoritas memeluk agama islam ini. Hal ini menandakan bahwa memang penting adanya edukasi mengenai perbuatan menghujat sesama manusia, khususnya sesama saudara semuslim.

Dalam Islam sendiri, perbuatan menghujat orang lain sangat tidak diperbolehkan. Jika melihat dalam QS al-Humazah ayat 1, menghujat lewat media sosial dapat digolongkan dalam hujatan al-lamz yaitu hujatan melalui perkataan. Tindakan seperti ini sangat dikecam dan tidak dibenarkan.  Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah berikut ini,

“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.” (QS Al-Humazah: 1)

Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya, dalam ayat ini diterangkan bahwa mencela ada dua macam. Yaitu mencela dengan perbuatan (al-hamz) dan mencela melalui perkataan (al-lamz). Hujatan yang sering dilancarkan dalam kolom komentar di dunia maya termasuk dalam golongan al-lamz yang meski tidak menyakiti secara fisik tapi perkataan tersebut memberikan bekas yang menyakitkan dalam hati.

Teguran yang disampaikan dalam firman Allah di atas sebagai peringatan bahwa perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang tercela dan melampaui batas. Sebab orang yang mencela dan mengumpat biasanya melakukan perbuatan melampaui batas dengan menghamburkan fitnah di manapun dan kapan pun. Hal ini dijelaskan dalam ayat lainnya yang menjelaskan tentang kriteria pencela atau pengumpat,

“Yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah.” (QS. Al-Qalam: 11)

Dikutip dari buku ‘Kesempurnaan Ibadah Puasa’ Abdul Manan bin Hajji Muhammad Sobari, ada 10 siksaan yang Allah janjikan untuk golongan ini. Abu Hurairah RA berkata bahwa Nabi Muhammad SAW telah bersabda:

“Barang siapa selama hidupnya mengumpat satu kali, maka Allah menyiksanya dengan 10 macam siksaan, yaitu: ia jauh dari rahmat Allah, para malaikat tidak mau mendekat, saat sakaratul maut yang menyakitkan, dekat dengan neraka, semakin jauh dari surga, dahsyat siksa kuburnya, amal baik dihapus, ruh Nabi Muhammad sakit karena dia, Allah SWT murka, dan ia akan jadi orang pailit ketika ditimbang amal di hari kiamat.”

Abu Umamah Al Baahily juga pernah berkata bahwa: besok pada hari kiamat ada seorang hamba diberi catatan amal dan ia melihat beberapa kebaikan yang tidak ia kerjakan. Ia kemudian bertanya pada Allah: Wahai Tuhanku! dari mana kebaikan ini. Allah menjawab ‘ini amal baik orang yang pernah mengumpatmu sementara kamu tidak tahu dan tidak merasa’.

Sayyidina Ali RA pun pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda “Jauhilah olehmu sekalian dari mengumpat, karena sesungguhnya dalam mengumpat ada tiga bencana: yakni doa tidak dikabulkan, kebaikan tidak diterima, dan kejelekan bertambah.”

Alasan lain Islam melarang umatnya saling meremehkan, menghujat dan menghina sesama adalah sebab belum tentu yang meremehkan lebih baik dari pada yang diremehkan. Karena, boleh jadi mereka yang diolok-olok lebih baik di sisi Allah dari mereka yang mengolok-olok. Sebagaimana Allah berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS. Al-Hujurat; 11)

Berdasarkan ayat tersebut, menurut Ibnu Katsir meremehkan dan mengolok-olok orang lain termasuk ciri-ciri sifat sombong. Sebab dengan melakukan itu berarti kita telah merendahkan orang lain dan merasa lebih baik darinya.

Karenanya, jangan pernah kita meremehkan perkataan yang terucap dari lisan. Sungguh perkataan itu bisa menghidupkan sekaligus membunuh. Mari kita membiasakan diri untuk berpikir sebelum berucap, karena setiap perkataan akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah swt. Bahkan, hal yang kita anggap remeh ini akan menjadi besar dihadapan Allah swt.

“(Ingatlah) ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar.” (QS An-Nur 15). []

ISLAMPOS