Doa Nabi Daud ‘alaihis salam

Di antara senjata utama para nabi dalam berdakwah adalah berdoa. Karena mereka adalah manusia yang paling memahami bahwa doa adalah perintah utama dari Allah ‘Azza Wajalla. Dialah yang mampu menyelesaikan urusan mereka. Dialah satu-satunya yang mampu menolong mereka melawan musuh-musuh Islam. Begitu seterusnya. Allah ‘Azza Wajalla berfirman,

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)

Ibnu Jarir At-Thabari rahimahullahu menjelaskan,

وإذا سألك يا محمد عبادي عني: أين أنا؟ فإني قريبٌ منهم، أسمع دعاءهم، وأجيب دعوة الداعي منهم

(Yakni) jika ada yang bertanya kepadamu wahai Muhammad tentangku, ‘Di mana Aku?’ Maka, jawablah bahwa aku dekat dengan mereka. Aku mendengarkan doa mereka. Dan Aku mengabulkan pinta mereka.” (Tafsir At-Thabari, 3: 222)

Allah ‘Azza Wajalla juga berfirman,

تَذَكَّرُونَ

Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingat-(Nya).” (QS. An-Naml: 62)

BACA JUGA: Doa untuk Kedua Orang Tua yang Meninggal Dunia

Begitu pun Nabi Daud ‘alaihissalam juga berserah sepenuhnya kepada Allah tatkala berhadapan dengan Jalut dan tentaranya dengan berdoa,

رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 250)

Allah ‘Azza Wajalla menggunakan kata “أفرغ”  yang notabene dipakai untuk kata kerja air dalam rangka menyerupakan karunia kesabaran sebagaimana ketika air disiramkan ke tubuh. Terjangkaulah seluruh bagian tubuh, yang luar maupun dalamnya. Syekh Az-Zuhaily rahimahullahu menjelaskan,

فيه استعارة تمثيلية، فقد شبه حالهم والله تعالى يفيض عليهم بالصبر، بحال الماء الذي يصب على الجسم كله

Dalam ayat ini terdapat bentuk isti’arah tamtsiliah [1], yang mana Allah menyerupakan kondisi mereka (orang beriman) dengan dicurahkan kesabaran kepada hati mereka sebagaimana kondisi air yang dituangkan ke tubuh.

Selain kesabaran, Nabi Daud ‘alaihissalam juga memohon kepada Allah akan diteguhkannya kaki beliau dan kaumnya tatkala berhadapan dengan pasukan musuh. Dan keteguhan demikian ini tidaklah dimiliki, kecuali orang-orang yang hatinya telah kukuh di atas keimanan.

Syekh As Sa’diy rahimahullahu mengatakan,

وثبت أقدامنا عن التزلزل والفرار، وانصرنا على القوم الكافرين

(Yang dimaksud dengan kekukuhan pendirian) adalah semoga Allah tetapkan pendirian kami dari goyah dan melarikan diri dan menangkan kami dari melawan orang-orang kafir.” (Tafsir As-Sa’diy, hal. 108)

Wallahu a’lam

***

Penulis: Muhammad Nur Faqih, S.Ag.

Artikel: www.muslim.or.id

Catatan kaki:

[1] Yang dimaksud dengan  isti’arah tamtsiliah adalah,

تركيبٌ استُعْمِلَ في غير ما وُضِعَ له لِعلاَقَةِ المشابَهةِ مَعَ قَرينَةٍ مَانِعةٍ مِنْ إِرادةِ مَعْناهُ الأَصْليِّ

Padanan kata yang digunakan tidak sebagaimana asalnya karena ada unsur keserupaan disertai indikasi yang mendukung untuk tidak dibawa ke makna asli tersebut.”

Seperti pada kasus ayat di atas, tercurahnya kesabaran tidak dimaknai dengan makna asli bahwa tercurah hanya khusus untuk air.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/81808-doa-nabi-daud-alaihissalam.html