Fokuslah dengan Masa Depanmu !

Menangisi yang lalu dan terlalu bergembira dengan apa yang didapat, keduanya bukanlah sesuatu yang baik.

Allah Swt berfirman :

لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS.al-Hadid:23)

Bersedih atas sesuatu yang telah berlalu adalah suatu hal yang sia-sia karena semua itu telah terjadi dan tidak akan bisa kembali. Sementara rasa senang berlebihan atas sesuatu yang didapatkan adalah bagian dari tipuan duniawi yang dalam waktu singkat juga akan menjadi biasa dan merasa bosan.

Seseorang mukmin berada di jalur tengah. Ia tidak menyesali apa yang telah lalu dan tidak terlalu senang dengan apa yang ia dapat. Ia fokus memandang ke depan dan mempersiapkan masa depan.

Arti masa depan dengan makna yang luas adalah apa yang tersisa dari kehidupan kita.

Dalam sebuah ayat yang berkaitan dengan hal ini, Allah Swt berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.al-Hasyr:18)

Sekilas kehidupan di dunia ini hanya sekejap mata bila dibandingkan dengan kehidupan di akhirat. Sebut saja kita mendapatkan jatah umur 100 tahun di dunia, semua itu tidak akan dibandingkan dengan kehidupan abadi kita di akhirat.

Karena itu aneh sekali manusia begitu serius mengatur kehidupan singkatnya di dunia dan tidak pernah memperhatikan kehidupan abadinya di akhirat. Dan semuanya disebabkan oleh panjangnya angan-angan dan khayalan, seperti firman Allah Swt.

ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ ۖ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ

Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka). (QS.al-Hijr:3)

Tiada yang tau berapa sisa waktu kita yang tersisa. Bisa saja dalam waktu berapa menit kita telah menjadi penduduk akhirat. Dan selama ini kita lalai dan tidak pernah mengurusinya. Hanya mereka orang yang meyakini akhirat, yang akan mempersiapkan bekalnya menuju kesana.

وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ

Dan mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. (QS.al-Baqarah:4)

Dan dari awal Al-Qur’an selalu memperingatkan berulang-ulang bahwa kehidupan dunia hanya tipu daya.

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (Ali Imran:185)

Karenanya kita juga mendengar ada seruan Al-Qur’an yang sangat aneh, orang-orang beriman diminta untuk beriman.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا

Wahai orang-orang yang beriman, beriman-lah” (an-Nisa’:136)

Kuatkan imanmu, manfaatkan waktumu, Jadikan akhir hidupmu khusnul khotimah.

Karena orang yang sukses adalah orang yang selalu sadar bahwa bisa saja setelah ini ia mati dan berpindah ke akhirat. Keyakinan semacam ini yang akan menjaganya dari kelalaian dan penyimpangan. Sementara orang yang paling berani melakukan maksiat adalah orang yang lupa dengan akhirat.

Semoga bermanfaat.