Gagalnya Seorang Sufi Berangkat Haji

Seorang ulama bernama Abu Bakar Muhammad bin Ali bin Ja’far Al Kattani pernah gagal berangkat haji. Ini hanya karena mengabaikan ibunya yang sudah sepuh.

Kisah ulama terkemuka abad ke-IV H,  kelahiran Baghdad itu ditulis Wawan Susetya dalam judul bukunya “Kisah Para Sufi”.

Ceritanya, ketika masih remaja Abu Bakar Al-Kattani meminta izin kepada ibunya untuk pergi menunaikan ibadah haji. Ia berangkat menyusuri padang pasir yang luas. Tiba-tiba ia melihat mayat yang tersenyum di padang pasir dengan penasaran ia bertanya.

“Hai mengapa engkau dapat tersenyum, padahal engkau sudah mati?” tanya Abu Bakar Al-Kattani keheranan.

“Karena kasih Allah,”jawab mayat itu.

Abu Bakar Al-Kkattani renungkan sambil berjalan melanjutkan perjalanan untuk berhaji. Namun, tiba-tiba ia menyadari bahwa perbekalan yang dibawahnya masih kurang, sehingga ia harus pulang balik kanan kembali ke kampung halamannya di Baghdad.

Sesampainya di rumah ternyata sang ibu telah menunggu kedatangan di balik pintu. Ibunya terlihat senang melihat anak semata wayangnya datang kembali pulang dari rencana menempuh perjalanan panjang.

Keceriaan wajah bundanya itu terlihat dia ke tak rela, anak pergi haji dengan meninggalkannya seorang diri. Melihat sikap Ibunya itu Abu Bakar Al-Kattani berkata untuk meminta kepastian akan kerelaannya yang sempat mengizinkannya berangkat haji.

“Ibu bukankah ibu telah mengizinkan aku pergi?” tanya Abu Bakar Al-Kattani.

“Ya,” jawab ibunya.

“Tetapi tanpa engkau aku tak sanggup melihat rumah ini sejak engkau pergi aku duduk di tempat ini terus-menerus.”

Rupanya perkataan ibunya itu telah menyadarkan Abu Bakar Al-Kattani untuk tidak mengulangi perbuatannya, meninggalkan ibunya seorang diri. Itulah sebabnya, sebelum ibunya meninggal dunia ia tidak mau mengarungi padang pasir lagi untuk berangkat haji.

Abu Bakar Al-Kattani merupakan salah seorang anggota dari keluarga Imam Junaid seorang sufi yang termasyhur. Abu Bakar Al-Kattani mendapat julukan “Pelita Masjidil Haram” karena ia menetap di kota Makkah hingga wafatnya. Selama itu pula, setiap malam, waktunya diisi dengan salat malam dan membaca Alquran sampai khatam.

Bahkan ketika thawaf di Ka’bah misalnya ia bisa membaca 20. 000 ayat. Dan yang paling mengherankan banyak orang, selama 30 tahun Abu Bakar Al-Khattani duduk sambil berzikir di bawah air mancur di dalam Majidil Haram. Itulah keperkasaan Abu Bakar Al-Kattani yang tahan tidur sepanjang malam bersuci berwudhu hanya sekali dalam sehari semalam, karena selalu menjaga kesuciannya.

IHRAM