Gafatar Disebut Preteli Ajaran Islam

Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) menulai polemik karena disebut menjadi organisasi masyarakat (ormas) tempat menampung beberapa pegawai negeri sipil (PNS) yang hilang di daerah.

Pembicara kajian Islam tadabbur Alquran Masjid At Tin, Jakarta,  Parwis L Palembani mengungkapkan, Gafatar sudah mempreteli ajaran Islam. Padahal, dia menjelaskan, umat Islam mempunyai hal baku dalam berkeyakinan yang ditunjukkan dengan adanya rukun iman dan hal baku dalam beribadah yang ditunjukkan oleh rukun Islam.

Parwis mengatakan banyak aliran menyimpang yang ditemui, mempreteli kedua hal tersebut, misalnya mengajarkan pengikutnya untuk tidak melakukan shalat lima waktu. “Makanya kalau rukun tersebut sudah diutak-atik, maka tidak usah dipertanyakan lagi. Berarti sudah di luar Islam,” kata Parwis. Ini juga dapat menjadi indikator untu menilai apakah suatu aliran menyimpang atau tidak dari ajaran Islam.

Dia mengungkapkan, Gafatar menjual nilai sosial untuk menarik anak muda menjadi anggotanya. Ormas ini menunjukkan sisi humanis terhadap sesama seperti berbagi kepada anak yatim ataupun warga kurang mampu. Dari sisi sosial, tidak ada yang salah dengan hal tersebut. “Namun bukan berarti ini menjadi indikator bahwa aliran tersebut bukan aliran menyimpang,” ujarnya.

 

sumber: Republika Online

Ormas Ini Dituding Menyimpang dari Ajaran Islam

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara mengimbau masyarakat untuk mewaspadai aliran sesat dan paham radikal. Ini menyusul munculnya kelompok masyarakat yang menamakan diri Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di sejumlah kabupaten dan kota di provinsi itu. Ormas ini dinilai telah menyebarkan ajaran yang menyimpang dari akidah Islam.

Kepala Kantor Kementerian Agama Wilayah Sulawesi Tenggara Muhammad Ali Irfan saat ditemui di kantornya mengatakan, dari hasil kajian, Gafatar telah menyebarkan paham menyimpang. Antara lain, mereka tidak mengakui Muhammad sebagai nabi terakhir.

Mereka juga tidak wajib menunaikan ibadah haji dan melaksanakan salat Jumat berjemaah di masjid. “Kami pernah menggelar diskusi, dan memang Gafatar tidak mengakui Muhammad sebagai nabi terakhir,” kata Ali Irfan.

Menurut Ali, Gafatar mengakui generasi setelah Nabi Muhammad adalah Ahmad Musadek. “Ia diakui datang ke dunia sebagai utusan Tuhan,” kata Ali Irfan.

Dalam menyebarkan ajarannya, Ali Irfan menuding Gafatar berkedok sebagai organisasi kemasyarakatan. Kelompok ini kerap mengadakan berbagai kegiatan sosial, seperti donor darah, sunat massal, aksi bersih lingkungan, hingga memberikan modal usaha dan pupuk untuk pertanian.

“Ini ajaran sesat yang dibungkus dengan kegiatan sosial. Pengikutnya disuruh menandatangani surat pernyataan yang berisi anggota Gafatar harus meninggalkan segala kegiatan yang bernuansa syariah,” kata Ali Irfan.

Atas penemuan itu, menurut Ali Irfan, pihaknya sudah menggelar rapat terpadu dua hari lalu dengan melibatkan unsur pemerintah, kepolisian, Majelis Ulama Indonesia, dan Muhammadiyah. Forum itu menginstruksikan kepada wali kota dan bupati untuk tidak memberikan izin sekaligus melarang kegiatan Gafatar di seluruh wilayah Sulawesi Tenggara.

 

sumber: TEMPO

Begini Cara Gafatar Rekrut Anggotanya

Polisi menduga organisasi Gafatar mengandalkan prinsip kasih sayang dan antikekerasan untuk menarik minat masyarakat agar bergabung dengan organisasi mereka.

“Mereka menggunakan asas kasih sayang dan antikekerasan. Ini kedok mereka,” kata Kadivhumas Polri Irjen Anton Charliyan, di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (12/1).

Gafatar, kata Irjen Anton Charliyan, menawarkan keringanan-keringanan dalam melaksanakan ibadah sehingga menarik bagi mereka yang enggan beribadah sesuai syariat Islam.

“Kedok mereka, agama dipermudah. Bagi yang nggak ingin ribet, maka ini sangat menarik. Di Gafatar, seorang Muslim nggak perlu shalat dan puasa,” kata Anton.

Gafatar merupakan sebuah organisasi yang telah lama dinyatakan terlarang oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Adapun organisasi tersebut kini telah bermetamorfosis menjadi Negara Karunia Allah (NKA).

 

Sumber : Antara

Din Sebut Kelompok Anak Muda Ini Jadi Sasaran Empuk Gafatar

Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI) Din Syamsuddin mengatakan anak muda yang masih labil menjadi sasaran empuk bagi gerakan menyimpang, seperti Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

“Di tengah perkembangan anak muda yang mencari jati diri ini yang kadang dimanfaatkan sejumlah gerakan menyimpang,” kata Din di Jakarta, Rabu (13/1).

Bahkan, kata Din, anak yang masih mencari jati diri itu cenderung digiring Gafatar untuk tidak perlu menghormati orang tua kandung mereka jika berbeda pandangan.

Menurut mantan Ketum Muhammadiyah ini, Gafatar juga memiliki kecenderungan untuk merekrut anggota baru secara halus. Dengan cara ini, banyak lapisan masyarakat yang ikut dengan Gafatar karena tertarik dengan program-programnya yang menawarkan tentang pemberdayaan masyarakat.

 

Sumber : Antara/Republika Online

Ini Penilaian KH Said Aqil Soal Gafatar

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) berpendapat bahwa Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) adalah organisasi masyarakat (ormas) yang perlu untuk diwaspadai. Sebab sepak terjangnya yang bersifat eksklusif, tertutup dan cenderung mengisolir diri.

Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj menilai, setiap ormas atau gerakan yang cenderung eksklusif dan tidak terbuka muaranya pasti bermisi untuk menyebarkan doktrin-doktrin yang menyimpang. “Sebab parameter yang sahih untuk digunakan menilai gerakan sebauah ormas adalah keterbukaan dan sikap inklusifnya dalam menjalankan misi dan misi serta agenda organisasi massanya,” ucapnya Rabu (13/1).

PBNU menghimbau kepada masyarakat Indonesia untuk selalu waspada terhadap gerakan yang cenderung menutup diri dan diam-diam dalam menyebarkan paham dan ajarannya. Menurut dia, hidup di era sekarang ini harus jeli dan teliti untuk mengambil sebuah keputusan, termasuk memutuskan untuk bergabung dengan sebuah ormas.

Ia juga mendesak kepada pemerintah untuk segera melakukan investigasi yang valid dan mengabarkan kepada khalayak mengenai jati diri ormas Gafatar. Masyarakat berhak tahu seluk beluk dan sepak terjang ormas Gafatar ini.

“Organisasi Gerakan Fajar Nusantara atau yang lebih karib di telinga belakangan dengan akronim Gafatar beberapa hari ini menjadi perbincangan yang instens,” ujar dia. Banyak pihak mulai mencari tahu siapa, apa dan bagaimana ajaran, misi sekaligus sepak terjang organisasi massa ini.

Gafatar diakui oleh pihak Kesbangpol Kemendagri telah terdaftar sebagai ormas sejak tahun 2011 silam. Organisasi ini memiliki segala bentuk persyaratan mendidirkan ormas termasuk AD/ART yang disahkan oleh pihak Notaris.

Pada perjalannya Gafatar sebagaimana ormas lain lebih banyak berkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan berdimensi sosial. Sejumlah kegiatan semisal baksos, bantuan sekolah, bersih-bersih kawasan, hingga santunan untuk keluarga kurang mampu rutin dilakukannya. Namun, hilangnya sejumlah mahasiswa belakangan yang ditengarai menjadi anggota Gafatar membuat ormas ini menjadi buah bibir perbincangan masyarakat luas.

 

sumber: Republika Online