Berbakti kepada orang tua adalah suatu keniscayaan yang harus dilakukan oleh setiap anak. Di dalam kitab Lubbabul Hadis bab ketiga puluh, imam As-Suyuthi (w. 911) menuliskan sepuluh hadis tentang fadhilah atau keutamaan berbakti kepada orang tua yang perlu kita perhatikan sebagaimana berikut.
Hadis Pertama:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {رِضَا الرَّبِّ فِيْ رِضَا الْوَالِدِ، وَسَخَطُ اللهِ فِيْ سَخَطِ الْوَالِدِ}
Nabi saw. bersabda, “Ridha Tuhan itu di dalam ridhanya orang tua, dan ketidak ridhaan Allah itu di dalam ketidak ridhaan orang tua.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Al-Hakim dan imam At-Tirmidzi dari sahabat Abdullah bin Amr r.a. Hanya saja dengan menggunakan redaksi wa sakhatur rabb.
Hadis Kedua:
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {بُرُّوا آبَاءَكُمْ تَبُرَّكُمْ أَبْنَاؤُكُمْ وَعِفّوا تَعِفَّ نِسَاؤُكُمْ}.
Nabi saw. bersabda, “Berbuat baiklah kepada orang tua-orang tua kalian maka anak-anak kalian akan berbuat baik kepada kalian, dan jagalah diri kalian (dari zina), maka istri-istri kalian akan terjaga (dari zina).” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ath-Thabarani dari sahabat Ibnu Umar r.a.
Hadis Ketiga:
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {مَنْ أَصْبَحَ وَلَهُ أبَوَانِ رَاضِيَانِ عَنْهُ أَوْ أَحَدُهُمَا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الجَنَّةِ وَمَنْ أمْسَى وَلَهُ أَبَوَانِ سَاخِطَانِ عَلَيْهِ أَوْأحَدُهُمَا فُتِحَتْ لَهُ أبْوَابُ جَهَنَّمَ}.
Nabi saw. bersabda, “Siapa yang dipagi hari kedua orang tuanya atau salah satunya ridha padanya maka pintu-pintu surga telah dibuka untuknya dan siapa yang di sore harinya kedua orang tuanya atau salah satunya marah (benci) padanya, maka pintu-pintu neraka jahannam telah dibuka untuknya.” Berdasarkan penelusuran kami, kami belum menemukan periwayat hadis ini. Begitu pula dengan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menjelaskan periwayatnya.
Hadis Keempat:
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {إِذَا كُنْتَ فِى الصَّلَاةِ فَدَعَاكَ أبُوْكَ فَأَجِبْهُ وَإِنْ دَعَتْكَ أُمُّكَ فَأَجِبْهَا}.
Nabi saw. bersabda, “Jika kalian di dalam shalat (sunnah), lalu orang tua mu memanggilmu maka jawablah (panggilannya), dan jika ibumu memanggilmu maka jawablah.” Berdasarkan penelusuran kami, kami belum menemukan periwayat hadis ini. Begitu pula dengan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menjelaskan periwayatnya.
Hadis Kelima:
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {مَنْ آذَى وَالِدَيْهِ أَوْ آذَى أَحَدَهُما يَدْخُلُ النَّارَ}.
Nabi saw. bersabda, “Siapa yang menyakiti kedua orang tuanya atau salah satunya maka ia akan masuk neraka.” Berdasarkan penelusuran kami, kami belum menemukan periwayat hadis ini. Begitu pula dengan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menjelaskan periwayatnya.
Hadis Keenam:
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ حِكَايَةٌ عَنِ الله تَعَالى: {قُلْ لِلْبَارِّ لِوَالِدَيْهِ اعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّ اللهَ يَغْفِرُ لَكَ}.
Nabi saw. bersabda cerita dari Allah ta’ala (hadis qudsi), “Katakalanlah kepada orang yang berbuat baik kepada orang tuanya, lakukanlah apa yang kamu mau, karena sungguh Allah mengampunimu.” Berdasarkan penelusuran kami, kami belum menemukan periwayat hadis ini. Begitu pula dengan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menjelaskan periwayatnya.
Hadis Ketujuh:
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {بِرُّ الْوَالِدَيْنِ كَفَّارَةٌ لِلْكَبَائِرِ}.
Nabi saw. bersabda, “Berbuat baik kepada orang tua itu dapat melebur dosa-dosa besar.” Berdasarkan penelusuran kami, kami belum menemukan periwayat hadis ini. Begitu pula dengan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menjelaskan periwayatnya.
Hadis Kedelapan:
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {مَنْ وَضَعَ طَعَامًا طَيِّبًا فِيْ بَيْتِهِ وَأَكَلَهُ دُوْنَ وَالِدَيْهِ حِرَمَهُ اللهُ تَعَالَى لَذِيْذَ طَعَامِ الْجَنَّةِ}.
Nabi saw. bersabda, “Siapa yang meletakkan makanan baik di rumahnya dan ia memakannya tanpa kedua orang tuanya maka Allah telah mengharamkan lezatnya makanan surga untuknya.” Berdasarkan penelusuran kami, kami belum menemukan periwayat hadis ini. Begitu pula dengan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menjelaskan periwayatnya.
Hadis Kesembilan:
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {مَنْ بَاتَ شَبْعَانًا رَيَّانًا وَأحَدُ وَالِدَيْهِ جَوْعَانٌ أوْ عَطْشَانٌ حَشَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ جِوْعَاناً وَعَطْشَانًا وَلَمْ يَسْتَحِ اللهُ تَعَالَى مِنْ عَذَابِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ}.
Nabi saw. bersabda, “Siapa yang bermalam dalam keadaan kenyang dan tidak kehausan sedangkan salah satu kedua orang tuanya dalam keadaan lapar atau haus maka Allah akan mengumpulkannya di hari Kiamat dalam keadaan lapar dan haus dan Allah taala tidak malu akan mengadzabnya di hari Kiamat.” Berdasarkan penelusuran kami, kami belum menemukan periwayat hadis ini. Begitu pula dengan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menjelaskan periwayatnya.
Hadis Kesepuluh:
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {مَنْ رَفَعَ يَدَهُ لِيَضْرِبَ أَحَدَ وَالِدَيْهِ غُلَّتْ يَدُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَى عُنُقِهِ مَشْلُوْلَةً قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَإِنْ ضَرَبَهُمَا قَالَ: تُقْطَعُ يَدُهُ قَبْلَ أنْ يَجُوْزَ عَلَى الصِّرَاطِ وَتَضْرِبُهُ الْمَلَائِكَةُ}.
Nabi saw. bersabda, “Siapa yang mengangkat tangannya untuk menampar salah satu kedua orang tuanya maka tangannya akan digantung ke lehernya di hari Kiamat dengan kesakitan, mereka berkata, Wahai Rasulullah jika ia memukul keduanya? Nabi saw. bersabda, “Tangannya dipotong sebelum ia melewati shirat (jembatan), sedangkan malaikat menamparnya.” Berdasarkan penelusuran kami, kami belum menemukan periwayat hadis ini. Begitu pula dengan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menjelaskan periwayatnya.
Demikianlah sepuluh hadis yang telah dijelaskan oleh imam As-Suyuthi tentang keutamaan berbakti kepada orang tua di dalam kitabnya yang berjudul Lubbabul Hadits. Di mana di dalam kitab tersebut, beliau menjelaskan empat puluh bab dan setiap bab beliau menuliskan sepuluh hadis dengan tidak menyantumkan sanad untuk meringkas dan mempermudah orang yang mempelajarinya.
Meskipun begitu, di dalam pendahuluan kitab tersebut, imam As-Suyuthi menerangkan bahwa hadis nabi, atsar, maupun riwayat yang beliau sampaikan adalah dengan sanad yang shahih (meskipun menurut imam An-Nawawi di dalam kitab Tanqihul Qaul Al-Hatsits ketika mensyarah kitab ini mengatakan ada hadis dhaif di dalamnya, hanya saja masih bisa dijadikan pegangan untuk fadhailul a’mal dan tidak perlu diabaikan sebagaimana kesepakatan ulama). Wa Allahu A’lam bis Shawab.