Hari penghitungan amal atau yaumul hisab dilakukan saat hari kiamat.
Yaumul Hisab (Hari Perhitungan) adalah hari di mana setiap orang Muslim akan dihitung amalnya dan dimintai pertanggungjawaban atas segala perbuatan selama menjalani kehidupan di dunia. Allah SWT berfirman:
فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ ࣖ
“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Az Zalzalah ayat 7-8)
Dalam ayat lain, ditekankan juga sebagai berikut:
وَنَضَعُ الْمَوَازِيْنَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيٰمَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔاۗ وَاِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ اَتَيْنَا بِهَاۗ وَكَفٰى بِنَا حٰسِبِيْنَ
“Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan.” (QS. Al Anbiya ayat 47)
Termasuk juga ayat 17 Surat Gafir, yang berisi ganjaran atas setiap perbuatan seorang hamba. Allah SWT berfirman:
اَلْيَوْمَ تُجْزٰى كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا كَسَبَتْ ۗ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ ۗاِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ
“Pada hari ini setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. Gafir ayat 17)
Di Yaumul Hisab, setiap anggota tubuh akan berbicara dan menjadi saksi atas perbuatan yang dilakukan, dan mulut terkunci. Tidak ada tempat bagi dusta, ketidakjujuran, kepalsuan, kepura-puraan, atau pembantahan, pada Yaumul Hisab itu.
Adapun dalam riwayat hadits, juga dijelaskan mengenai suatu hari yang di dalamnya setiap hamba akan ditanya tentang kenikmatan yang dirasakan di dunia. Berikut haditsnya:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةَ { ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنْ النَّعِيمِ } قَالَ النَّاسُ يَا رَسُولَ اللَّهِ عَنْ أَيِّ النَّعِيمِ نُسْأَلُ فَإِنَّمَا هُمَا الْأَسْوَدَانِ وَالْعَدُوُّ حَاضِرٌ وَسُيُوفُنَا عَلَى عَوَاتِقِنَا قَالَ إِنَّ ذَلِكَ سَيَكُونُ
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, dia berkata bahwa telah turun ayat ini, ‘Kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu).’ (Surat At Takasur ayat 8).
Maka orang-orang berkata, “Wahai Rasulullah, kenikmatan apa yang kami akan ditanya? Sesungguhnya hanya ada dua hal yang hitam (kurma dan air), musuh datang sementara pedang-pedang kami berada pada pundak-pundak kami.” Beliau SAW bersabda, “Sesungguhnya itu akan terjadi.” (HR. Tirmidzi)
Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam kitab tafsirnya terhadap ayat 8 Surat At Takasur, bahwa pada hari itu setiap hamba akan ditanya tentang bentuk syukur atas anugerah yang telah Allah berikan. Anugerah ini bisa berupa kesehatan, keamanan, rezeki dan lainnya. Bentuk syukur dan ibadah seperti apa yang dilakukan untuk membalas nikmat yang dianugerahkan Allah SWT.
Umar bin Khattab pernah menyampaikan sebuah perkataan ihwal hisab ini. Dia berkata, “Haasibu anfusakum qabla antuhasabu”, yang artinya ialah “Hisablah dirimu (amalmu) sebelum kelak engkau dihisab (oleh Allah SWT).”
Maka di sinilah letak pentingnya seorang hamba untuk selalu introspeksi atau evaluasi diri selama hidup di dunia, sebelum datang hari perhitungan amal yakni Yaumul Hisab.
sumber : Islamqa