Harta Karun Kontroversial Palestina-Israel (Bagian I)

Saat ini topeng itu diyakini sebagai salah satu yang tertua di dunia

Ketika seorang misionaris Inggris melintasi Al-Ram pada tahun 1881 meminta barang antik, penduduk desa Palestina mencoba untuk menghentikannya. Berbekal senjata, sekelompok pria menolaknya. Itulah kisah yang ditulis oleh Thomas Chaplin yang akhirnya berhasil mengambil sebuah topeng.

“Seorang wanita membawakan saya topeng batu yang sangat aneh. Segera saya beli dengan harga murah,” tulis Chaplin. Kala itu, ia adalah Direktur Evangelis London Society for Promoting Christianity Amongst the Jewish Hospital di Yerusalem.

Namun, topeng itu dianggap sebagai sesuatu yang tidak bisa dipisahkan oleh penduduk desa. Upaya penduduk desa untuk merebut kembali topeng itu tidak berhasil. Saat ini topeng tersebut diyakini sebagai salah satu yang tertua di dunia dan merupakan bagian dari koleksi arkeologi Palestine Exploration Fund (PEF), sebuah komunitas Inggris yang berbasis di London.

“Ini adalah objek yang menarik, kami yakin itu berasal dari periode Neolitik, sekitar 10 ribu tahun yang lalu,” kata Kepala Eksekutif PEF, Felicity Cobbing. Didirikan pada tahun 1865 di bawah perlindungan kerajaan Ratu Victoria, koleksi PEF di London mencakup ribuan artefak yang diambil dari Palestina antara tahun 1860-an dan 1930-an.

Tindakan Chaplin tidak ilegal dan tidak melanggar Undang-Undang Barang Antik Ottoman. Sebab, dia sudah membayar dan memperolehnya dalam transaksi terbuka. Meski begitu, tidak semua orang yakin keabsahannya.

Warga yang tinggal di Al-Ram dan bekerja sebagai akuntan di Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Tawfiq Abu Hammad mengatakan topeng tersebut harus dikembalikan.

Bagi penduduk Al-Ram, perampasan barang antik di akhir abad ke-19 hanyalah sebuah episode dalam sejarah panjang perampasan sistematis rakyat Palestina oleh kekuatan kolonial.

“Sekarang kesulitan terbesar di Al-Ram adalah tembok dan pencurian tanah yang terus menerus,” kata Abu Hammad. Al-Ram terletak di timur laut Yerusalem,dan sekarang menjadi kota yang di tiga sisinya dikelilingi oleh tembok pemisah yang dibangun oleh Israel. Sejak diduduki oleh Israel pada tahun 1967, setidaknya seratus hektare tanah telah disita untuk membangun permukiman Yahudi dan pangkalan militer Israel.

Ada 15 topeng lain yang ditemukan di Tepi Barat dan dekat Laut Mati dan diyakini berasal dari periode yang sama. “Topeng ini juga merujuk pada beberapa kepercayaan dan praktik orang Zaman Batu. Terutama topeng ini dipakai untuk melakukan ritual keagamaan dan operasi penguburan orang meninggal,” kata Direktur Purbakala di Jericho, Mohammad Jaradat.

Tersebar di seluruh dunia, topeng-topeng itu tidak dapat diakses oleh sebagian besar orang Palestina karena Tepi Barat hanya dapat dimasuki dengan izin militer. Pemilik koleksi pribadi topeng Neolitik terbesar yang diambil dari Tepi Barat adalah miliarder Michael Steinhardt. Dia memiliki delapan topeng di rumahnya di New York yang dipajang di samping lukisan Picasso. Steinhardt juga mensponsori perjalanan gratis ke Israel untuk orang dewasa dan mengumpulkan seni serta barang antik selama beberapa dekade.

Koleksinya telah mendapat sorotan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2017, batang marmer yang telah dicuri dari Sidon selama perang saudara Lebanon ditemukan di apartemennya di Manhattan dan dikembalikan ke Lebanon. Setahun kemudian, sembilan karya disita dari rumahnya oleh pihak berwenang yang mengatakan benda-benda itu telah dijarah dari Yunani dan Italia.

Museum Israel memiliki dua topeng dan pecahan topeng. Salah satunya ditemukan oleh tim arkeolog pada tahun 1983 di sebuah gua di Nahal Hemar, dekat Laut Mati. Yang lainnya diambil dari Tepi Barat pada tahun 1970 oleh Moshe Dayan.

Sebelum menjadi menteri, Dayan menjabat sebagai panglima tertinggi tentara Israel. Namanya masih tertulis di bagian dalam topeng Neolitik. Dayan menulis bahwa dia membeli topeng itu dari pedagang barang antik di dekat Hebron. Buruh yang menemukan topeng itu hanya meminta izin untuk mengemudikan traktor sebagai kompensasi.

Menurut Arkeolog Israel Raz Kletter, dia sering menggunakan posisi dan kewenangannya untuk mengumpulkan artefak secara ilegal. Dia mengatakan beberapa orang Palestina sangat terintimidasi oleh jenderal yang kuat sehingga jika mereka memiliki artefak untuk dijual, mereka hanya akan menagih sebagian kecil dari nilai pasar.

“Dayan menggunakan sumber daya tentara, bahkan helikopter untuk menemukan arkeologi yang sesuai,” ungkap Kletter. Pemimpin militer itu tidak memiliki lisensi dan tidak memiliki pelatihan formal sebagai seorang arkeolog. Namun, dia sering mencari artefak untuk koleksi pribadinya di wilayah pendudukan, dari Sinai dan Dataran Tinggi Golan hingga Tepi Barat dan Gaza.

Banyak artefak disimpan di taman Dayan yang menjadi salah satu koleksi barang antik pribadi terbesar di Israel. Ketika Dayan meninggal pada tahun 1981, jandanya menjual koleksinya seharga 1 juta dolar Amerika ke Museum Israel. Penjualan tersebut dikritik secara luas. Sebab, menurut Kletter dan arkeolog lainnya, banyak dari 1.000 objek dalam koleksinya diperoleh secara ilegal.

IHRAM