Hukum Menjual Barang Temuan

Dalam kehidupan sehari–hari, seringkali kita menemukan barang milik orang lain. Entah itu di tempat kerja, di pinggir jalan atau dimanapun kita berada. Namun, banyak pula di antara kita yang menggunakan barang temuan itu sambil mencari orang untuk mengembalikan barang temuan itu kepada yang berhak. Bahkan, ada juga sebagian orang yang justru menjual barang temuan tersebut. Lantas, bagaimana hukum menjual barang temuan?

Dalam literatur kitab fikih, dijumpai beberapa keterangan yang menjelaskan mengenai kesunnahan bagi seseorang yang amanah untuk mengambil barang temuan dan mengumumkannya kepada orang lain. Hal ini sebagaimana dalam kitab Majmu Syarh Muhadzab berikut, 

وموضوع الفصل: هل يجبُ أخذُ اللقطة ، أم تركُها؟ نقل المزني عن الشافعي رحمه الله في المختصر قال: «ولا أحبُّ لأحدٍ ترك لقطةٍ وجدها إذا كان أميناً عليها» . وفيه استحباب أخذها. 

Artinya : “Inti dalam dalam pembahasan fasal ini :  ‘Apakah wajib untuk mengambil barang temuan atau membiarkannya?’ Dalam hal ini Imam Muzani pernah menukil keterangan dari Imam asy-Syaafi’i dalam kitab al-Mukhtashor, Imam asy-Syafi’i pernah berkata ‘Aku tak menyukai terhadap seseorang yang membiarkan barang temuan tergeletak apabila ia berstatus orang yang terpercaya dalam mengamankan benda tersebut”. Dalam Qaul dari Imam asy-syafi’i ini terkandung penetapan disunnahkan untuk mengambilnya.”

Apabila seseorang menemukan barang yang tidak bernilai harta maka boleh langsung memilikinya dan tidak perlu diumumkan. Jika berupa barang yang bernilai harta dan jumlahnya sedikit, maka menurut pendapat yang paling sahih tidak perlu diumumkan selama setahun, akan tetapi cukup diumumkan sebentar saja sekiranya pemiliknya sudah tidak memperdulikannya.

Sebagaimana dalam keterangan kitab Kifayatul Akhyar berikut;

إِذَا وَجَدَ مَا لاَ يَتَمَوَّلُ كَزَبِيْبَةٍ وَنَحْوِهَا فَلاَ يُعَرَّفُ وَلِوَاجِدِهِ اْلاسْتِبْدَادُ بِهِ وَإِنْ تَمَوَّلَ وَهُوَ قَلِيْلٌ فَاْلأَصَحُّ أَنَّهُ لاَ يُعَرَّفُ سَنَةً بَلْ يُعَرَّفُ زَمَنًا يُظَنُّ أَنَّ فَاقِدَهُ يُعْرِضُ عَنْهُ غَالِبًا وَضَابِطُ الْقَلِيْلِ مَا يَغْلِبُ عَلَى الظَّنَّ أَنَّ فَاقِدَهُ لاَ يَكْثُرُ أَسَفُهُ عَلَيْهِ وَلاَ يَطُوْلُ طَلَبُهُ غَالِبًا

Artinya : “Jika menemukan barang yang tidak bernilai harta, misalnya biji-bijian dan lainnya, maka tidak perlu diumumkan dan bagi yang menemukan boleh memilikinya. Jika berupa barang yang bernilai harta dan jumlahnya sedikit, maka menurut pendapat yang paling sahih tidak perlu diumumkan selama setahun, akan tetapi cukup diumumkan sebentar saja sekiranya pemiliknya sudah tidak memperdulikannya. Batasan sedikit adalah barang sekiranya tidak banyak merugikan orang yang kehilangan dan mencarinya juga tidak lama.”

Selain itu, Seseorang juga diperbolehkan menggunakan dan menjual barang tersebut dengan syarat harus menggantinya ketika telah datang pemiliknya.

 Hal ini berdasarkan hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Zaid bin Khalid al-Juhani, dia berkata;

سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ اللُّقَطَةِ الذَّهَبِ أَوْ الْوَرِقِ فَقَالَ اعْرِفْ وِكَاءَهَا وَعِفَاصَهَا ثُمَّ عَرِّفْهَا سَنَةً فَإِنْ لَمْ تَعْرِفْ فَاسْتَنْفِقْهَا وَلْتَكُنْ وَدِيعَةً عِنْدَكَ فَإِنْ جَاءَ طَالِبُهَا يَوْمًا مِنْ الدَّهْرِ فَأَدِّهَا إِلَيْهِ

“Rasulullah saw pernah ditanya tentang barang temuan berupa emas atau perak, lalu beliau berkata, ‘Kenalilah pengikat dan penutupnya, lalu umumkan satu tahun. Jika tidak diketahui (pemiliknya), maka gunakanlah dan hendaknya barang itu bagaikan titipan di sisimu. Tetapi jika datang pemiliknya mencari barang itu suatu hari dari masa, maka serahkanlah barang itu padanya.”

Demikian penjelasan mengenai hukum menjual barang temuan. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

BINCANG SYARIAH