Syekh Muhammad Al Farabi dalam kajian “Ber canda Masa Gitu” di Masjid Agung Al Azhar, Ke bayoran Baru, Jakarta Selatan, belum lama ini, menjelaskan bagaimana Islam memberikan pedoman dalam bercanda.
Tag: humor
Setan Kepedasan
Suatu malam, dua pemuda santri di salah satu pesantren di Yogyakarta sedang menikmati makanan khas Surabaya, rujak yang diracik secara mandiri. Aroma cabai begitu menyengat, fantasi rasa super pedasnya pun melambai-lambai di batang hidung.
Sebut saja Sabiq dan Burhan. Rujak dinikmati dan air es sudah disiapkan untuk menetralkan suasana.
Sabiq: Bismillahirrahmanirrahim, allahumma bâriklana fîmâ razaqtanâ, waqinâ adzâban-nâr.
Lalu, hleebb… Sejumlah potongan buah dalam rujak pun dilahab Sabiq. Tak merapalkan doa dipercaya sama saja dengan mengizinkan setan-setan ikut nimbrung makan.
Burhan: Kang, kenapa sampean kok baca doanya di awal?
Sabiq: Lho, memang kenapa? Kan Kanjeng Nabi meneladankan demikian. Berdoa sebelum makan.
Burhan: Makan itu ada triknya. Makan rujak pedas begini, tepatnya doa tidak di awal tapi di akhir pas mau minum.
Sabiq pun semakin bingung, lalu bertanya, “Lha kok bisa begitu?”
Burhan: Iya, supaya setannya kepedesan, Kang. Sebab, habis makan pedas tapi gak dikasih minum.
Sabiq: Owwh, jadi gitu. Yowes, tak ralat doaku kang nek ngono.
Burhan: %$#@#$&
Sumber: Nu Online