Iblis Paling Berilmu Sejagat, Dihinakan karena Takabur

Iblis merupakan mahluk Allah SWT dari golongan malaikat yang tinggi ilmunya. Namun, Iblis sombong akhirnya Allah SWT hina dia dan akan menjadi penghuni neraka bersama sekutunya.

Iblis bagian dari golongan malaikat itu diterangkan Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Berdasarkan pendapat Muhammad ibnu Ishaq bahwa ia meriwayatkan dari Khallad ibnu Ata, dari Tawus, dari Ibnu Abbas yang menceritakan.

“Sebelum melakukan kedurhakaan, pada mulanya iblis itu termasuk golongan malaikat, dikenal dengan nama ‘Azazil. Ia termasuk penduduk bumi, juga sebagai golongan malaikat yang sangat kuat ijtihadnya dan paling banyak ilmunya. Karena itulah hal tersebut mendorongnya bersikap takabur,” tulis Ibnu Katsir.

Iblis berasal dari suatu kabilah yang dikenal dengan nama makhluk jin. Di dalam riwayat dari Khallad, dari Ata, dari Tawus atau dari Mujahid, dari Ibnu Abbas atau lainnya disebutkan riwayat yang semisal.

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, dan telah menyampaikan cerita yang sampai kepada Ibnu Abbas, bahwa pada mulanya iblis bernama Azazil, termasuk golongan malaikat yang terhormat dan memiliki empat buah sayap, kemudian menjadi iblis sesudah peristiwa tersebut.”

Sunaid meriwayatkan dari Hajyaj, dari Ibnu Juraij yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan, “Pada awalnya iblis termasuk malaikat yang terhormat dan paling disegani kabilahnya, dia ditugaskan sebagai penjaga surga dan mempunyai kekuasaan di langit dunia, juga mempunyai kekuasaan di bumi,” katanya.

Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Ad-Dahhak dan lain-lain-nya, dari Ibnu Abbas. Saleh Maula Tau-amah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa sesungguhnya di antara para malaikat terdapat suatu kabilah (golongan) yang dikenal dengan nama jin. sedangkan iblis termasuk dari kalangan mereka.

“Iblis menguasai kawasan antara langit dan bumi, lalu ia durhaka kepada Allah, maka Allah mengutuknya menjadi setan yang laknat. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir,” 

Qatadah mengatakan dari Sa’id ibnul Musayyab bahwa iblis itu pada mulanya adalah pemimpin para malaikat langit dunia.

KHAZANAH REPUBLIKA

Allah Memperkenalkan Iblis, Sosok Kafir Pertama

Kesombongan Iblis menyebabkan dirinya tergolong dalam golongan kafir.

Ramadhan telah tiba, kembali kami tampilkan uraian singkat tentang Al Qur’an sebagai tadarus singkat selama bulan Ramadhan. Tadarus ini, meneruskan tulisan sejenis yang diupload Ramadhan tahun lalu. Moga Bermanfaat.

Pada tulisan kali ini, masih ditampilkan Qs Al Baqarah ayat 34:

وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ

Wa iż qulnā lil-malā`ikatisjudụ li`ādama fa sajadū illā iblīs, abā wastakbara wa kāna minal-kāfirīn

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir. (Qs Al Baqarah 34).

Kalau pada tulisan lalu tentang ayat ini, kita fokus pada sujud atau perintah sujud. Maka pada tulisan kali ini, kita fokus pada kata kafir yang disandang oleh Iblis.

Sebelum membahas tentang kekafiran Iblis, kita lihat dulu ayat-ayat terdahulu yang terkait dengan kafir. Pertama, Qs Al Baqarah ayat 6. Di ayat ini, diberi peringatan atau tidak tetap tidak akan beriman:

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ

Innallażīna kafarụ sawā`un ‘alaihim a anżartahum am lam tunżir-hum lā yu`minụn

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman. (Al Baqarah 6)

Kedua,  Qs Al Baqarah ayat 7. Di ayat ini menyebutkan Allah telah mengunci hati, pendengaran, dan penglihatan mereka telah tertutup. Ketiga, dalam ayat 7 ini juga dinyatakan bahwa orang kafir mendapat adzab yang pedih.

خَتَمَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَعَلٰى سَمْعِهِمْ ۗ وَعَلٰٓى اَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَّلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ

Khatamallāhu ‘alā qulụbihim wa ‘alā sam’ihim, wa ‘alā abṣārihim gisyāwatuw wa lahum ‘ażābun ‘aẓīm

Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat. (Al Baqarah 7)

Keempat, Qs Al Baqarah ayat 24. Tempatnya di neraka. Ini terkait dengan mendapatkan adzab yang berat.

فَاِنْ لَّمْ تَفْعَلُوْا وَلَنْ تَفْعَلُوْا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِيْ وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ ۖ اُعِدَّتْ لِلْكٰفِرِيْنَ

Fa il lam taf’alụ wa lan taf’alụ fattaqun-nārallatī waqụduhan-nāsu wal-ḥijāratu u’iddat lil-kāfirīn

Jika kamu tidak mampu membuatnya, dan (pasti) tidak akan mampu, maka takutlah kamu akan api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. (Qs Al Baqarah 24)

Kelima, Qs Al Baqarah 26. Orang kafir mempertanyakan perumpamaan yang ada dalam Al Qur’an.

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَسْتَحْيٖٓ اَنْ يَّضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۗ فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۚ وَاَمَّا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَيَقُوْلُوْنَ مَاذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِهٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهٖ كَثِيْرًا وَّيَهْدِيْ بِهٖ كَثِيْرًا ۗ وَمَا يُضِلُّ بِهٖٓ اِلَّا الْفٰسِقِيْنَۙ

Innallāha lā yastaḥyī ay yaḍriba maṡalam mā ba’ụḍatan fa mā fauqahā, fa ammallażīna āmanụ fa ya’lamụna annahul-ḥaqqu mir rabbihim, wa ammallażīna kafarụ fa yaqụlụna māżā arādallāhu bihāżā maṡalā, yuḍillu bihī kaṡīraw wa yahdī bihī kaṡīrā, wa mā yuḍillu bihī illal-fāsiqīn

Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik. (Al Baqarah 26).

Mari kita lihat tentang kekafiran Iblis dalam Qs Al Baqarah ayat 34 ini, apakah berkesuaian dengan ayat-ayat tentang kafir di atas atau ada penambahan hal yang baru tentang kafir. Dalam ayat ini disebutkan ada dua kriteria yang menyebabkan iblis dimasukkan golongan kafir, pertama, menolak perintah Allah SwT untuk sujud kepada Adam as. Kedua, menyombongkan diri.

Yang pertama berkesesuaian dengan yang telah disebutkan pertama kali tentang kafir bahwa diberi peringatan atau tidak tetap tidak beriman. iblis tergolong tidak beriman kepada Allah karena tidak istiqamah dalam ketaatan kepada Allah. Sebab beriman pada Allah juga harus beristqamah, sebagaimana hadits berikut:

عَنْ أَبِيْ عَمْرٍو، وَقِيْلَ، أَبِيْ عَمْرَةَ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِيْ فِي الإِسْلامِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدَاً غَيْرَكَ؟ قَالَ: “قُلْ آمَنْتُ باللهِ ثُمَّ استَقِمْ” رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Abu ‘Amr—ada yang menyebut pula Abu ‘Amrah—Sufyan bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku berkata: Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku suatu perkataan dalam Islam yang aku tidak perlu bertanya tentangnya kepada seorang pun selainmu.” Beliau bersabda, “Katakanlah: aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 38]

Kemudian tentang kesombongan Iblis ini merupakan hal yang baru tentang ayat yang terkait dengan kekafiran. Boleh jadi kesombongan ini merupakan penyebab ketidaktaatan Iblis kepada Allah SwT. Mengenai kesombongan ini juga berkesesuaian dengan hadits berikut:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ  لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ. قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً. قَالَ : إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ.

Dari Abdullah bin Mas’ûd, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang ada kesombongan seberat biji sawi di dalam hatinya.” Seorang laki-laki bertanya, “Sesungguhnya semua orang senang bajunya bagus, sandalnya bagus, (apakah itu kesombongan?”) Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sesungguhnya Allâh Maha Indah dan menyintai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”.  [HR. Muslim, no. 2749]

Lalu apa yang bisa kita ambil dari pelajaran di atas?

Kesombongan Iblis menyebabkan dirinya tergolong dalam golongan kafir. Karenanya, jangan sampai kita juga terjebak dalam kesombongan sebesar apapun. Sebagaimana dalam hadits kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.  Waallahu a’lam bisshawab

Oleh: Lutfi Effendi

sumber : Suara Muhammadiyah

10 Teman Iblis

Di neraka nanti ada 10 kelompok teman iblis

Dalam riwayat Imam Bukhari, diceritakan suatu saat ketika sedang duduk, Rasulullah SAW didatangi seseorang. Rasul bertanya kepadanya, “Siapa Anda?” Ia pun menjawab, “Saya Iblis.” Rasul bertanya lagi apa maksud kedatangannya. Iblis menceritakan bahwa kedatangannya atas izin Allah untuk menjawab semua pertanyaan dari Rasulullah.

Kesempatan itu pun digunakan Rasul SAW untuk menanyakan beberapa hal. Salah satunya mengenai teman-teman Iblis dari umat Muhammad yang akan menemaninya di neraka nanti. Iblis menjawab, temannya di neraka nanti ada 10 kelompok.

Yang pertama, kata Iblis, haakimun zaa’ir (hakim yang curang). Maksudnya adalah seorang hakim yang berlaku tidak adil dalam menetapkan hukum. Ia menetapkan tidak semestinya. Tak hanya hakim, dalam hal ini bisa juga para penegak hukum secara umum, seperti polisi, jaksa, pengacara, dan juga setiap individu, karena mereka menjadi hakim dalam keluarganya.

Yang kedua, kata Iblis, adalah ghaniyyun mutakabbir (orang kaya yang sombong). Ia begitu bangga dengan kekayaan dan enggan mendermakan untuk masyarakat yang membutuhkan. Dia merasa semua yang diperolehnya merupakan usahanya sendiri tanpa bantuan orang lain. Contohnya, seperti Qarun.

Ketiga, kelompok yang menjadi teman Iblis adalah taajirun kha’in (pedagang yang berkhianat). Ia melakukan penipuan, baik dalam hal kualitas barang yang diperdagangkan maupun mengurangi timbangan. Bila membeli sesuatu, ia selalu meminta ditambah, namun saat menjualnya, ia melakukan kecurangan dengan menguranginya.

Di samping itu, ia juga menimbun barang. Membeli di saat murah dan menjualnya di saat harga melambung tinggi. Dengan begitu, ia memperoleh untung besar. Demikian juga pada pengerjaan proyek tertentu, ia membeli barang dengan kualitas rendah untuk meraih keuntungan berlipat (mark up).

Kelompok keempat yang menjadi teman Iblis adalah syaaribu al-khamr (orang yang meminum khamar). Minuman apa pun yang memabukkan, ia termasuk khamar. Misalnya, arak, wine, wisky, atau minuman yang sejenisnya.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, peminum khamar (pemabuk) dikatakan tidak beriman jika ia meninggal nanti masih terdapat khamar dalam tubuhnya. Yang kelima, al-fattaan (tukang fitnah). Fitnah lebih berbahaya daripada pembunuhan (al-fitnatu asyaddu min al-qatl), lihat QS al-Baqarah [2]: 191.

Membunuh adalah menghilangkan nyawa lebih cepat, namun fitnah “membunuh” seseorang secara pelan-pelan. Fitnah ini bisa pula “pembunuhan” karakter seseorang. Fitnah itu, di antaranya mengungkap aib seseorang yang kebenarannya tidak bisa dipertanggungjawabkan, gosip, gibah, dan lainnya.

Keenam adalah shaahibu ar-riya’ (orang yang suka memamerkan diri). Mereka selalu ingin menunjukkan kehebatan dirinya, menunjukkan amalnya, kekayaannya, dan lainnya. Semuanya itu demi mendapatkan pujian.

Ketujuh, aakilu maal al-yatiim (orang yang memakan harta anak yatim). Mereka memanfaatkan harta anak yatim atau sumbangan untuk anak yatim demi kepentingan pribadi atau kelompoknya. Ini bias dilihat QS al-Maa’un [107]: 1-7.

Kedelapan, al-mutahaawinu bi al-shalah (orang yang meringankan shalat). Mereka memahami perintah shalat adalah kewajiban, namun dengan berbagai alasan akhirnya shalat pun ditinggalkan. Allah juga mengancam Muslim yang melalaikan shalat.

Kesembilan, maani’u az-zakaah (orang yang enggan membayar zakat). Mereka merasa berat untuk mengeluarkan zakat walaupun tujuan zakat untuk membersihkan diri dan hartanya.

Teman iblis yang ke-10 adalah man yuthiilu al-amal (panjang angan-angan). Enggan berbuat, namun selalu menginginkan sesuatu. Ia hanya bisa berandai-andai, tapi tak pernah melakukan hal itu. Wallahu a’lam.

Oleh: Syahruddin el-Fikri

 

MOZAIK  REPUBLIKA

Ini Dia 10 Teman Sejati Iblis Laknatullah

IBLIS adalah makhluk Allah yang sangat terlaknat. Awalnya iblis sangat taat dan gemar beribadah. Namun karena kesombongannya, iblis kemudian dilaknat oleh Allah.

Selama hidupnya hingga hari kiamat nanti, iblis akan selalu mengganggu manusia dan mengajak kepada keburukan. Iblis adalah musuh yang sangat nyata dan besar bagi umat manusia sejak nabi Adam hingga umat Nabi Muhammad di akhir zaman.

Iblis tentu saja memiliki banyak musuh dari kalangan Rasul dan hamba Allah yang shaleh. Orang yang paling dibenci iblis adalah Nabi Muhammad SAW dan orang-orang yang mengikuti agama Allah.

Namun iblis juga memiliki teman sejati dari kalangan manusia. Berikut daftar 10 teman sejati dari iblis.

1. Sultan/Raja/Imam/Presiden yang Fasiq

Pemimpin yang fasiq adalah salah satu teman sejati dari iblis. Oleh karenanya, penting bagi setiap pemimpin menghindari sifat-sifat fasiq.

2. Orang kaya yang sombong

Teman sejati iblis selanjutnya adalah orang kaya yang sombong. Maka, orang-orang yang telah Allah amanahkan dengan harta benda tidak boleh menyombongkan diri dengan hartanya apalagi menghina orang fakir.

3. Para Penjual yang berdusta dalam berdagang.

Orang yang berdusta dalam berdagang seperti mengurangi timbangan atau tidak mengatakan yang sebenarnya mengenai barang yang dia jual juga merupakan teman sejati dari iblis.

4. Para peminum khamar/minuman keras

Hal ini juga berlaku bagi pengguna narkoba dan barang memabukkan lainnya. Mereka adalah teman sejatinya iblis.

5. Para pengadu domba.

Para pemecah belah umat dengan menyebarkan isu-isu bohong juga teman sejatinya iblis. Jangan pernah menyebar berita yang belum jelas valid atau tidaknya, apalagi jika sudah jelas berita bohong atau fitnah.

6. Para pezina

Dosa zina merupakan salah satu dosa yang sangat besar. Para pelaku zina sendiri merupakan teman sejati iblis.

7. Para pemakan harta anak yatim

Di masyarakat banyak sekali yang memakan harta anak yatim dengan berbagai modus. Hal ini tidak dibenarkan dalam Islam. Pelakunya sendiri merupakan teman sejati dari iblis.

8. Orang yang meringankan-ringankan salat

Orang-orang yang meringan-ringankan shalat juga termasuk dalam teman sejatinya iblis. Maka sebagai muslim sudah sepatutnya untuk menjaga shalat dan serius dalam mendirikan shalat.

9. Orang yang tidak mau membayar zakat.

Membayar zakat merupakan rukun Islam yang ketiga. Orang yang tidak mau membayar zakat merupakan teman sejatinya iblis. Nauzubillah.

10. Orang yang panjang angan-angannya.

Teman sejati iblis dari kalangan manusia yang terakhir adalah orang yang panjang angan-angan. Angan-angannya sangat panjang dan tidak disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.

Lebih lanjut dan detil bisa dibaca dalam Kitab Sirajut Thalibin Juz I hal.280[]

 

 

Mengapa Allah Menciptakan Setan?

Allah memerintahkan agar kita patuh dan taat kepada-Nya. Allah juga memerintahkan agar kita jangan tergoda untuk meninggalkan perintah-perintah itu.

Perintah patuh dan taat dibarengi dengan godaan. Sebab kalau tidak ada godaan, sikap taat dan patuh menjadi persoalan biasa. Taat dan patuh yang sejati yaitu apabila ada rayuan dan dorogan untuk berbuat maksiat, tetapi orang tersebut mampu menahan.

Allah menghendaki agar ketaatan dan kepatuhan seseorang timbul karena rasa takut kepada-Nya. Ini adalah ibadah.

Ibadah hanya karena Allah semata, bukan untuk siapa-siapa, walaupun besar godaan setan kepada kita mengalihkan tujuan ibadah itu.

Allah menciptakan setan adalah hikmah. Seperti hikmahnya Allah menciptakan kejahatan, maksiat, atan munkar.

Setan menurut Al-Quran adalah makhluk yang kerjanya mengajak kepada perbuatan jahat dan keji serta berbohong.

Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS. Al-Baqarah: 169)

Setan adalah musuh manusia. Allah SWT telah menegaskan bahwa setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS Al-Baqarah: 208)

Manusia diuji, apakah kuat imannya menolak ajakan dan godaan setan. Karenanya manusia diberi alat, sarana, dan kemampuan oleh Allah untuk menjauhi kejahatan itu.

Bila sadar dan mengerti ajakan (dakwah) amar ma’ruf nahi munkar, setan dan kejahatan tidak akan berhasil memperdaya manusia. Wallahua’lam.

BersamaDakwah

Ketika Iblis Membentangkan Sajadah

Jumat, siang menjelang dzuhur. Salah satu Iblis ada di Masjid. Kebetulan hari itu Jum’at, saat berkumpulnya orang. Iblis sudah ada dalam Masjid. Ia tampak begitu khusyuk. Orang mulai berdatangan.

Iblis menjelma menjadi ratusan bentuk dan masuk dari segala penjuru, lewat jendela, pintu, ventilasi, atau masuk lewat lubang pembuangan air. Pada setiap orang, Iblis juga masuk lewat telinga, ke dalam syaraf mata, ke dalam urat nadi, lalu menggerakkan denyut jantung setiap para jamaah yang hadir. Iblis juga menempel di setiap sajadah.

“Hai, Blis!”, panggil Kiai, ketika baru masuk ke Masjid itu.

Iblis merasa terusik, “Kau kerjakan saja tugasmu, Kiai. Tidak perlu kau larang-larang saya. Ini hak saya untuk menganggu setiap orang dalam Masjid ini!” jawab Iblis ketus.

“Ini rumah Tuhan, Blis! Tempat yang suci. Kalau kau mau ganggu, kau bisa diluar nanti!” Kiai mencoba mengusir.

“Kiai, hari ini, adalah hari uji coba sistem baru.”

Kiai tercenung.

“Saya sedang menerapkan cara baru, untuk menjerat kaummu.”

“Dengan apa?”

“Dengan sajadah!”

“Apa yang bisa kau lakukan dengan sajadah, Blis?”

“Pertama, saya akan masuk ke setiap pemilik saham industri sajadah. Mereka akan saya jebak dengan mimpi untung besar. Sehingga, mereka akan tega memeras buruh untuk bekerja dengan upah di bawah UMR, demi keuntungan besar!”

“Ah, itu kan memang cara lama yang sering kau pakai. Tidak ada yang baru,Blis?”

“Bukan itu saja Kiai…”

“Lalu?”

“Saya juga akan masuk pada setiap desainer sajadah. Saya akan menumbuhkan gagasan, agar para desainer itu membuat sajadah yang lebar-lebar”

“Untuk apa?”

“Supaya, saya lebih berpeluang untuk menanamkan rasa egois di setiap kaum yang kau pimpin, Kiai! Selain itu, saya akan lebih leluasa, masuk dalam barisan sholat. Dengan sajadah yang lebar maka barisan shaf akan renggang. Dan saya ada dalam kerenganggan itu. Di situ saya bisa ikut membentangkan sajadah.”

Dialog Iblis dan Kiai sesaat terputus. Dua orang datang, dan keduanya membentangkan sajadah. Keduanya berdampingan. Salah satunya, memiliki sajadah yang lebar. Sementara satu lagi sajadahnya lebih kecil. Orang yang punya sajadah lebar seenaknya saja membentangkan sajadahnya, tanpa melihat kanan-kirinya. Sementara, orang yang punya sajadah lebih kecil, tidak enak hati jika harus mendesak jamaah lain yang sudah lebih dulu datang. Tanpa berpikir panjang, pemilik sajadah kecil membentangkan saja sajadahnya, sehingga sebagian sajadah yang lebar tertutupi sepertiganya.

Keduanya masih melakukan sholat sunnah.

“Nah, lihat itu Kiai!” Iblis memulai dialog lagi. “Ada dua orang yang sedang sholat sunnah itu. Mereka punya sajadah yang berbeda ukuran. Lihat sekarang, aku akan masuk diantara mereka.”

Iblis lenyap. Ia sudah masuk ke dalam barisan shaf. Sang Kiai hanya memperhatikan kedua orang yang sedang melakukan sholat sunah. Kiai akan melihat kebenaran rencana yang dikatakan Iblis sebelumnya.

Pemilik sajadah lebar, ruku’. Kemudian sujud. Tetapi, sembari bangun dari sujud, ia membuka sajadahya yang tertumpuk, lalu meletakkan sajadahnya di atas sajadah yang kecil. Hingga sajadah yang kecil kembali berada di bawahnya. Ia kemudian berdiri. Sementara, pemilik sajadah yang lebih kecil, melakukan hal serupa.

Ia juga membuka sajadahnya, karena sajadahnya ditumpuk oleh sajadah yang lebar. Itu berjalan sampai akhir sholat.

Pada saat sholat wajib, kejadian-kejadian itu beberapa kali terihat di beberapa masjid. Orang lebih memilih menjadi di atas, ketimbang menerima di bawah. Di atas sajadah, orang sudah berebut kekuasaan atas lainnya. Siapa yang memiliki sajadah lebar, maka ia akan meletakkan sajadahnya di atas sajadah yang kecil. Sajadah sudah dijadikan Iblis sebagai pembedaan kelas.

Pemilik sajadah lebar, diindentikkan sebagai para pemilik kekayaan, yang setiap saat harus lebih di atas dari pada yang lain. Dan pemilik sajadah kecil, adalah kelas bawah yang setiap saat akan selalu menjadi subordinat dari orang yang berkuasa.

Di atas sajadah, Iblis telah mengajari orang supaya selalu menguasai orang lain.

“Astaghfirullahal adziiiim,” ujar sang Kiai pelan.

Disalin dan diedit dari sumbernya aslinya:
Bengkel Rohani. (ts)

 

ERA MUSLIM

Langkah Keenam Setan Sesatkan Manusia

BAGAIMANA tahapan setan dalam menyesatkan manusia? Ada enam langkah yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Badaiul Fawaid, 2:799-801.

Langkah keenam: Disibukkan dalam amalan yang kurang afdhal, padahal ada amalan yang lebih afdhal.

Jika ia sudah menjaga waktu dengan baik, setan akan menggoda manusia supaya ia luput dari pahala amalan yang lebih utama dan ia terus tersibukkan dengan yang kurang afdhal. Contoh, sibuk dengan ibadah, enggan mau menimba ilmu agama sehingga beribadah asal-asalan. Contoh lagi, sibuk dengan berdakwah di negeri yang jauh hingga lupa untuk menambah ilmu untuk dirinya sendiri.

Moga kita dimudahkan oleh Allah dari enam perkara yang menjadi incaran setan: Syirik dan kekafiran; Bidah, amalan yang tidak ada tuntunan; Dosa besar (al-kabair); Dosa kecil (ash-shaghair); Sibuk dengan perkara yang mubah, sehingga waktu habis sia-sia; Sibuk dengan hal yang kurang utama padahal ada hal yang lebih utama.

 

[Muhammad Abduh Tuasikal]

MOZAIK

Langkah Kelima Setan Sesatkan Manusia

BAGAIMANA tahapan setan dalam menyesatkan manusia? Ada enam langkah yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Badaiul Fawaid, 2:799-801.

Langkah kelima: Disibukkan dengan perkara mubah (yang sifatnya boleh, tidak ada pahala dan tidak ada sanksi di dalamnya)

Karena sibuk dengan yang mubah mengakibatkan luput dari pahala, waktu yang berharga jadi terbuang sia-sia. Ada yang sibuk dengan main game, motor, hingga lupa akan yang wajib seperti shalat. Jika setan tidak mampu menggoda dalam tingkatan kelima ini, maka seorang hamba akan benar-benar tamak pada waktunya. Ia akan tahu bagaimanakah berharganya waktu. Ia pun tahu ada nikmat dan ada akibat jelek jika tidak menjaganya dengan baik.

Jika tidak mampu dalam langkah kelima, maka setan beralih pada langkah yang keenam.

 

[baca lanjutan: Langkah Keenam Setan Sesatkan Manusia]

MOZAIK

Langkah Keempat Setan Sesatkan Manusia

BAGAIMANA tahapan setan dalam menyesatkan manusia? Ada enam langkah yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Badaiul Fawaid, 2:799-801.

Langkah keempat: Diajak dalam dosa kecil (ash-shaghair). Jika setan gagal menjerumuskan dalam dosa besar, setan akan mengajak pada dosa kecil. Dosa kecil ini juga berbahaya.

“Jauhilah oleh kalian dosa-dosa kecil. (Karena perumpamaan hal tersebut adalah) seperti satu kaum yang singgah di satu lembah, lalu datanglah seseorang demi seorang membawa kayu sehingga masaklah roti mereka dengan itu. Sesungguhnya dosa-dosa kecil itu ketika akan diambil pemiliknya, maka ia akan membinasakannya.” (HR. Ahmad, 5: 331, no. 22860. Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Maksud hadits, jika dosa kecil terus menumpuk dan tidak terhapus, maka dosa kecil akan membinasakan dirinya. Di sini tidak disebutkan dosa besar karena jarang terjadi di masa silam dan dosa besar memang benar-benar dijaga agar tidak terjerumus di dalamnya. Demikian dijelaskan oleh Al-Munawi. Imam Al-Ghazali menyebutkan, dosa kecil lama-lama bisa menjadi besar karena: menganggap remeh dosa kecil tersebut, terus menerus dalam berbuat dosa. Karena ingatlah yang namanya dosa ketika seseorang menganggap itu begitu besar (berbahaya), menjadi kecil di sisi Allah. Sebaliknya, ketika dosa itu dianggap remeh, maka menjadi besar di sisi Allah. (Dinukil dari Faidh Al-Qadir, 3: 127)

[baca lanjutan: Langkah Kelima Setan Sesatkan Manusia]

 

MOZAIK

Langkah Ketiga Setan Sesatkan Manusia

BAGAIMANA tahapan setan dalam menyesatkan manusia? Ada enam langkah yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Badaiul Fawaid, 2:799-801.

Langkah ketiga: Diajak pada dosa besar (al-kabair)

Kalau langkah kedua tidak berhasil, setan akan mengajak manusia untuk melakukan dosa besar (seperti berjudi, mabuk, dan selingkuh), lebih-lebih jika ia adalah seorang alim (berilmu) dan diikuti orang banyak. Setan lebih semangat lagi menyesatkan alim semacam itu supaya membuat manusia menjauh darinya, maksiat semacam itu pun akan mudah tersebar, dan akan dirasa pula bahwa maksiat itu malah mendekatkan diri pada Allah.

Yang berhasil menyesatkan manusia dalam hal ini, dialah yang nanti akan menjadi pengganti iblis.

 

[baca lanjutan: Langkah Keempat Setan Sesatkan Manusia]

MOZAIK