Bukan tentang Kapan, Tapi Bagaimana Kita Mati

Kematian, bagaikan bayangan yang selalu mengikuti kita, meskipun kita berlari kencang ia tidak akan pernah terlepas dari diri kita. Mati adalah keniscayaan sebagaimana kita hidup adalah sebuah pemberian.

Mati adalah takdir, bukan teka-teki yang harus kita cari jawabannya. Bukan bertanya tentang kapan kita mati, tetapi bagaimana kita mati. Ia akan datang kapan saja, tanpa aba-aba dan tanda. Tidak perlu pertanyaan filosofis dan ilmiah tentang kapan, tetapi sekali lagi tentang bagaimana.

Cara kita menjawab bagaimana kita mati adalah dengan menghargai kehidupan. Tentu saja, kehidupan diri kita dan kehidupan orang lain. Kita tidak bisa mengendalikan kematian dalam waktu dan tempat tertentu, tetapi yang bisa kita kendalikan bagaimana hidup ini bermakna dan meninggalkan jejak yang bermakna bagi diri dan orang lain.

Sampailah kita pada pertanyaan penting bagaimana cara meninggalkan dunia. Caranya tentu hanya sederhana, bagaimana kita memberi manfaat kepada orang lain. Bagaimana kita mati meninggalkan jejak kebaikan yang akan selalu diingat. Kebaikan yang selalu diingat adalah pahala bagi diri kita yang terus mengalir.

Cari Meninggalkan Kebaikan sebelum Meninggal

Nabi memberikan penjelasan bagaimana cara kita meninggalkan kebaikan. Nabi bersabda : “Apabila anak Adam meninggal dunia, terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau do’a anak yang shalih.” (HR. Muslim)

Kenapa tigal hal ini? Sekedah adalah kebaikan yang terus mengalir jika orang yang kita beri terus mendapatkan manfaat kebaikan atas pemberian kita. Karena kebaikan kita ia menjadi lebih baik. Ilmu yang kita berikan mendorong seseorang berbuat baik dan akan menjadi amal kita. Kesabaran kita dalam mendidik anak akan bermanfaat menghasilkan anak yang membanggakan diri kita.

Sampai kapan kebaikan itu akan mengalir? “Barangsiapa menanam pohon dan diambil oleh manusia, burung, atau hewan, maka pahalanya tetap untuknya hingga hari kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim). Poin utama bukan tentang pohon, walaupun itu sangat penting bagi pelajaran Islam dalam menjaga lingkungan. Namun poin pentingnya adalah memberikan kebaikan. Nabi memberikan contoh hanya sekedar menanam pohon yang mendorong kebaikan kepada yang lain itu akan selalu melekat pahala hingga hari kiamat.

Ingatlah Kebaikan itu Menularkan Pahala Kebaikan

Bagaimana kita meninggalkan hidup ini adalah dengan meninggalkan kebaikan. Kebaikan itu akan menularkan kebaikan. Dan penularan kebaikan akan menghasilkan pahala bagi orang yang memulainya.

Nabi bersabda : Sebagaimana Rasullah SAW bersabda : “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim).

Artinya, sekecil apapun kebaikan bukan hanya selalu dikenang, tetapi akan mendorong orang lain untuk melakukan kebaikan. Orang yang menginfakkan hartanya untuk masjid akan selalu mendorong orang lain berbuat baik. Ia akan selalu dikenang dengan jasanya.

Kebaikan adalah menularkan kebaikan. Dan apa yang terbaik bagi kita untuk ditinggalkan sebelum mati adalah perbanyak kebaikan. Bukan sebalikanya, memperbanyak keburukan yang bisa menularkan keburukan.

Hidup adalah tentang bagaimana kita menjalaninya secara bermakna bagi diri dan orang lain. Sementara kematian adalah bukan tentang kapan, tetapi bagaimana kita meninggalkan kebaikan sebelum diri kita meninggal.

ISLAMKAFFAH