Rasulullah ﷺ Dijamin Masuk Surga, Ini Penjelasannya

SYUBHAT Rasulullah ﷺ tidak dapat dipastikan masuk Surga bukanlah hal baru. Keraguan seperti ini banyak disebarkan oleh orang-orang luar dan sekuler dari kalangan Muslim. Soal Rasulullah ﷺ dijamin masuk Surga, berikut ini penjelasannya.

Untuk menjawabnya cukup sederhana; “Bukankah telah disediakan telaga Al-Kautsar atau telaga Muhammad ﷺ yang disediakan bagi calon penghuni Surga?”

Hadits yang sering mereka jadikan sebagai pintu masuk untuk merasukkan doktrin keraguan (tasykik) di antaranya adalah hadits riwayat Imam al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ:

»لَنْ يُنَجِّيَ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ قَالُوا وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِرَحْمَةٍ سَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَاغْدُوا وَرُوحُوا وَشَيْءٌ مِنْ الدُّلْجَةِ وَالْقَصْدَ الْقَصْدَ تَبْلُغُوا«

 

“Salah seorang dari kalian tidak akan dapat diselamatkan oleh amalnya.” Maka para sahabat bertanya, “Tidak juga dengan engkau wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Tidak juga saya, hanya saja Allah telah melimpahkan rahmat-Nya kepadaku. Maka beramallah kalian sesuai sunnah dan berlakulah dengan imbang, berangkatlah di pagi hari dan berangkatlah di sore hari, dan (lakukanlah) sedikit waktu (untuk shalat) di malam hari, niat dan niat maka kalian akan sampai.”

Rasulullah ﷺ Dijamin Masuk Surga: Allah Limpahkan Rahmat dan Ampunan-Nya untuk Rasul

Juga hadits dalam riwayat Aisyah ra., dari Nabi ﷺ, Beliau bersabda :

»سَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا فَإِنَّهُ لَا يُدْخِلُ أَحَدًا الْجَنَّةَ عَمَلُهُ قَالُوا وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِمَغْفِرَةٍ وَرَحْمَةٍ«

“Beramallah sesuai sunnah (istiqamah) dan berlaku imbanglah, dan berilah kabar gembira, sesungguhnya seseorang tidak akan masuk surga karena amalannya.” Para sahabat bertanya, “Begitu juga dengan engkau wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Begitu juga denganku, kecuali bila Allah melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya kepadaku,” (HR Al-Bukhari).

shalawat Tanda Cinta pada Nabi Muhammad Keajaiban Bersholawat, Rindu Rasulullah, Manfaat Membaca Sholawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Keteladanan Nabi Muhammad, Keyakinan Nabi Muhammad Sebelum Diangkat Jadi Rasul, Nasihat Rasulullah, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Rasulullah ﷺ Dijamin Masuk Surga
Foto: Page Facebook Anies Baswedan

Dari hadits di atas, ada sebagian para penafsir dengan hawa nafsunya berdalih bahwa Rasulullah SAW tidak memiliki jaminan masuk surga, baik untuk dirinya maupun umatnya.

Rasulullah ﷺ Dijamin Masuk Surga:

Untuk membantah pemahaman salah tersebut, maka diperlukan pemahaman terhadap hadits dengan benar.

Dua hadits di atas mengandung hal yang mendasar dan menjadi kaidah yang penting. Hal mendasar dan sifatnya asas adalah bahwa amal perbuatan manusia tidak dapat menjaminnya untuk selamat dari api Neraka.

Dan tidak pula dapat menjaminnya untuk masuk surga, karena masuk surga dan selamat dari api neraka disebabkan oleh ampunan dan rahmat Allah SWT. Ini karena seorang Muslim meyakini dan mengimani bahwa segala sesuatu berada di Tangan Allah, dan hanya Allah sajalah yang mengetahui tempat kembalinya manusia.

Tidak seperti orang nasrani yang tersesat dengan mengimani bahwa Yesus sang penebus, yang di antara ajarannya kepada pemeluknya: “akuilah dosa-dosa kalian kepada para pendeta niscaya kalian akan diampuni,” walaupun pendeta tersebut bukan orang yang lurus.

Rasulullah ﷺ Dijamin Masuk Surga: Berbeda dengan Muslim Biasa

Berbeda dengan seorang Muslim yang berkeyakinan bahwa seseorang tidak dapat menjamin dirinya masuk surga, bahkan dengan amal shalihnya sekalipun, karena seseorang masuk surga disebabkan rahmat dan ampunan dari Allah SWT.

Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan hal di atas, di antaranya adalah:

)فَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَأُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي وَقَاتَلُوا وَقُتِلُوا لَأُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأُدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ( [آل عمران : 195]

“Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya.” (QS. Ali Imran: 195)

Ayat di atas menegaskan bahwa Allah menghapuskan kesalahan hamba-Nya baru kemudian memasukkannya ke dalam Surga.

)تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ. يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ( [الصف : 11-12]

“(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.”

Rasulullah ﷺ Dijamin Masuk Surga: Karena Maghfirah-Nya

Allah hanya memasukkan hamba-Nya yang sudah mendapatkan ampunan dosa-dosa dari-Nya.

Sekali lagi, Allah SWT menghubungkan antara masuknya seseoang ke Surga dan selamatnya dari Neraka dengan maghfirah dan rahmat-Nya untuk menunjukkan bahwa hal tersebut tidak akan didapat tanpa adanya maghfirah dan rahmat-Nya.

Para salaf berkata, “Di akhirat kelak hanya ada dua kemungkinan; ampunan Allah atau Neraka, sedangkan di dunia juga cuma ada dua hal saja; penjagaan Allah atau kebinasaan.”

Nabi Muhammad Tanda Cinta pada Nabi Muhammad, Fakta Nabi Muhammad, Cara Rasulullah Berpakaian, Hal yang Disukai oleh Rasulullah, Fakta Nabi Muhammad, Fakta Nabi Muhammad, Syafaat Nabi, Rasulullah ﷺ Dijamin Masuk Surga
Foto: Wallpaper Islami

Muhammad bin Wasi’ ra. berkata kepada para sahabatnya ketika menjelang wafat, “Alaikumus salam,  bisa jadi neraka atau ampunan Allah.”

Rasulullah ﷺ Dijamin Masuk Surga: Penjelasan dalam Al-Quran

Adapun firman Allah : (وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ( [الزخرف : 72]

“Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan.”

(كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ( [الحاقة : 24]

(kepada mereka dikatakan), “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.”

Ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa masuknya seseorang ke Surga karena rahmat Allah, dan penentuan derajat di surga berdasarkan amal seseorang.

Ibnu ‘Uyainah berkata, “Mereka berpendapat bahwa selamatnya seseorang dari api neraka itu disebabkan karena adanya ampunan dari Allah, dan masuknya seseorang ke surga disebabkan karena anugerah dari Allah serta penentuan derajat di surga berdasarkan amal seseorang.” []

SUMBER: AQLISLAMICCENTER.COM

Pemilihan Kosakata Bahasa Arab untuk Alquran Bukan Kebetulan, Ini Penjelasannya

 Ayat-ayat Alquran tersusun dengan kosa kata bahasa Arab, kecuali beberapa kata yang masuk dalam perbendaharaan akibat akulturasi. 

Pakar Ilmu Tafsir Prof Quraish Shihab dalam buku Mukjizat Alquran mengatakan, bahasa Ajam adalam bahasa selain bahasa Arab dan diartikan juga dengan bahasa Arab yang baik. 

Banyak faktor yang menyebabkan terpilihnya bahasa Arab sebagai wahyu Illahi yang terakhir. 

Faktor-faktor tersebut antara lain berkaitan dengan ciri bahasa Arab dan tujuan penyebaran ajarannya. Adapun ciri bahasa Arab, dia termasuk rumpun bahasa Semit. Sama dengan bahasa Ibrani, Aramaik (Aramea), Suryani, Kaldea, dan Bailonia. 

Kata-kata bahasa Arab pada umumnya mempunyai dasar tiga huruf mati yang dapat dibentuk dengan berbagai bentuk. Kata ‘qala’ misalnya yang berarti ‘berkata’ terambil dari huruf qaf, wawu, dan lam. Sedangkan kata ‘kalam’ yang berarti ‘pembicaraan’ walaupun terdiri dari empat huruf yakni kaf, lam, alif, dan mim sebenarnya hanya terdiri dari tiga huruf, yakni kecuali alif pada huruf-huruf tersebut. 

Usman bin Jinni (932-1002) yang merupakan pakar bahasa Arab menekankan bahwa pemilihan huruf-huruf kosa kata oleh bahasa Arab bukan suatu kebetulan. 

Melainkan mengandung falsafah bahasa tersendiri. Misalnya dari ketiga huruf yang membentuk kata ‘qala’, dapat dibentuk menjadi enam bentuk kata yang kesemuanya mempunyai makna. 

Namun kesemua makna yang berbeda itu, betapapun ada huruf yang didahulukan atau dibelakangkan, kesemuanya mengandung makna dasar yang menghimpunnya. Maknanya dalam contoh kata tersebut adalah ‘gerakan’. 

Kata ‘qala’ mengisyaratkan gerakan yang mudah dari mulut dan lidah. Karena itu pula huruf pertama yang digunakan haruslah yang bergerak, karena bukankah dia berupaya untuk (berbicara) dalam arti menggerakkan mulut dan lidah dan huruf terakhir dari kata ini haruslah huruf mati (yang tidak bergerak) karena mengakhiri perkataan berarti diam atau tidak bergerak.  /Imas Damayanti  

KHAZANAH REPUBLIKA

Khusyu dalam Sholat, ini Penjelasannya

Pakar Tafsir Alquran, M Quriash Shihab mengatakan, Alquran telah menyebut shalat sebagai sarana dan cara berzikir. Allah Swt berfirman,

اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ

Artinya: “Sesungguhnya Aku adalah Allah. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah dan Pencipta, serta Pengendali seluruh wujud) selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah shalat untuk berzikir mengingatk-Ku.” (QS. Thah [20]: 14).

Dalam bukunya yang berjudul “Wawasan Al-Quran tentang Zikir dan Doa” tertiban Lentera Hati, M Quraish menjelaskan bahwa untuk mencapai tujuan yang disebut di atas, maka siapa pun yang melaksanakan shalat, bukan saja dituntut untuk memahami substansi shalat.

Artinya, dalam hal ini tidak sekadar seperti yang didefinisikan oleh pakar-pakar hukum Islam atau ulama fikih, yakni dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Tetapi, memahami substansi yang ditegaskan Allah Swt dalam Alquran, yakni pengagungan kepada Allah Swt dan kesadaran tentang perlunya membantu siapa pun yang butuh.

Menurut M Quriash, seandainya substansi yang dimaksud hanya sekadar seperti rumusan ulama fikih, maka tentu Allah Swt tidak menegaskan bahwa shalat dapat mencegah manusia terjerumus dalam kemungkaran.

Lebih lanjut, dia menuturkan, substansi yang dikehendaki Allah bermula dari rasa khusyu’, yakni tunduk dan patuh dengan peruh hormat kepada Allah Swt. Karena, menurut dia, semua kegiatan shalat seharusnya menggambarkan ketundukan dan penghormatan yang tidak terbatas kepada-Nya semata.

Sebagian ulama menyatakan bahwa khusyu’ dalam shalat adalah “rasa takut” jangan sampai shalat yang dilakukan tertolak. Rasa takut itu bercampur dengan kesigapan dan kerendahan hati. Ibnu Katsir (w. 1373 M) menulis bahwa khusyu’ dalam shalat baru terlaksana bagi yang mengonsentrasikan jiwanya sambal mengabaikan segala sesuatu selain yang berkaitan dengan shalat.

Sementara, Imam ar-Razi menulis bahwa apabila seorang sedang melaksanakan shalat, maka terbukalah tabir antara dia dengan Tuhan. Tetapi, begitu dia menoleh, tabir itu pun tertutup. Betapapun khusyu’ itu bertingkat-tingkat, tetapi intinya adalah upaya sungguh-gungguh mengadirkan kebesaran Allah Swt dalam benak serta kepatuhan dan penghormatan kepada-Nya.

IHRAM

Bersalaman Setelah Sholat, ini Penjelasannya

Ulama asal Kanada Syekh Ahmad Kutty menjelaskan jika ada yang berpikir bahwa mengatakan,  Taqabbalallah (semoga Allah menerima sholat anda) setelah sholat berjamaah adalah bagian dari sholat, percaya bahwa sholat tidak lengkap tanpanya, maka itu sama saja dengan melembagakan  bidah. 

“Kami akan mengatakan tidak ada yang salah dengan berjabat tangan dan saling menyapa setelah sholat. Hukum ini berlaku jika kita melakukannya dengan maksud agar doa saudaranya diterima,”ujar dia.

Ini karena fakta bahwa agama adalah apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Karena tidak ada ritual seperti itu yang telah ditentukan oleh mereka. Sebaliknya, jika apa yang dikatakan tidak demikian, maka tidak dapat menganggapnya sebagai bidah.

Jika seseorang memberi tahu “semoga Allah menerima doa kami”, bagaimana itu bisa menjadi bid`ah ? Jika kita menerapkan logika ini, maka mengucapkan kata-kata yang baik, atau bersikap ramah terhadap satu sama lain menjadi  bidah, dengan dalih bahwa Nabi (SAW) dan para sahabatnya tidak pernah melakukan atau mengatakan demikian secara tepat pada waktu dan tempat yang tepat. Namun bukan itu maksud dan tujuan larangan terhadap bidah.

Oleh karena itu, jika mengatakan,  Taqaballallah adalah tindakan yang tidak bersalah, membalasnya, bagaimanapun, memang merupakan tindakan yang baik. 

“Kita harus membalas kebaikan dengan apa yang lebih baik atau setidaknya dengan yang serupa,”ujar dia.

 Allah SWT berfirman dalam surat An Nisa ayat 86,

وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا

Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan (salam), balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya atau balaslah dengan yang sepadan. Sesungguhnya Allah Maha Memperhitungkan segala sesuatu.

Namun, jika seseorang sedang shalat, lebih baik menunggu sampai dia menyelesaikan  shalatnya dan kemudian berjabat tangan dengannya atau mengucapkan, taqaballallah.

IHRAM