Inilah Ciri Rumah yang Diberkahi Allah

Rumah yang kosong dari dzikir dan bacaan Al-Qur’an akan menjadi gelap gulita laksana kuburan. Rumah di dalamnya digunakan dzikir dan bacaan Al-Qur’an akan ketenangan dan menjadi rumah yang diberkahi Allah

SEMUA orang Mukmin berharap memiliki rumah yang diberkahi Allah. Karenamerupakan tempat tinggal bagi seseorang atau keluarga dalam menata kehidupannya, dan keluarga bisa betah dan hidup tenang.

Sering kita mendengar ada orang berkata rumahnya laksana “neraka”, penuh gundah gulana, penuh konflik dan kekacauan. Suasana tidak nyaman menjadi pemandangan keseharian, pertengkaran suami istri seakan-akan menjadi agenda harian.

Siapa yang menjadi faktor penyebab dan siapa penerima akibat menjadi semakin tidak jelas. Jawabannya kembali kepada penghuninya.

Menjadi keniscayaan setiap keluarga untuk dapat menata dan menciptakan rumah tangga yang ideal sesuai dengan yang diidamkan. Hal ini agar tempat tinggal kita menjadi rumah yang diberkahi Allah.

Konsep rumah ideal bagi seorang mukmin adalah rumah yang memenuhi kriteria marhamah, muthma ‘innah, dan mubarakah. Artinya, rumah yang penuh dengan kasih sayang, penuh kedamaian, serta senantiasa mendapat berkah dari Allah.

Rumah seperti ini akan memancarkan cahaya Ilahi yang sanggup memberikan kedamaian, keharmonisan, dan ketenteraman kepada penghuninya. Inilah ciri rumah yang diberkahi Allah di dalamnya.

Sebaliknya jika rumah tidak diberkahi Allah, suasana rumah tangga tidak memberikan ketenangan dan ketenteraman. Sasana rumah tangganya berantakan, tidak harmonis, ujungnya memberikan dampak kurang baik terhadap pergaulannya penghuninya.

Rumah yang besar dan mewah bukan jaminan bahwa ia adalah rumah yang diberkahi Allah. Mungkin saja rumah yang kecil dan sederhana itu menjadi rumah ideal, sebagaimana rumah Rasulullah ﷺ yang sangat sederhana tapi bisa menciptakan surga di dalamnya.

Hal ini sesuai dengan sabdanya, “Rumahku adalah surgaku.”

Bagaimana kita bisa menciptakan rumah keluarga Muslim yang ideal? Agar menjadi rumah yang diberkahi Allah?

Agar tempat tinggal kita menjadikan rumah diberkahi,  tentu tergantu dengan penghuni yang mendiami rumah tersebut. Untuk mewujudkan rumah tangga yang tenang, tenteram, damai dan berdampak pada rumah yang diberkahi Allah tentu memerlukan kiat-kiat khusus.

Inilah 10 ciri rumah yang diberkahi Allah;

Pertama, menyemaikan salam

Nabi ﷺ pernah bertemu Abu Umamah, seorang sahabat yang umurnya sekitar 16 tahun. Beliau bersabda, “Wahai Abu Umamah, ada di antara manusia yang jika saya melihatnya, hati saya menjadi sejuk dan engkau termasuk di antara mereka. Wahai Abu Umamah, jika engkau masuk rumah, berilah salam kepada penghuni rumah agar menjadi berkah bagimu dan bagi penghuni rumah. Abu Umamah berkata, “Demi Allah, sejak saat itu saya tidak melupakan nasihat Nabi tersebut.”

Kedua, rumah yang selalu digunakan shalat & berjamaah

Pertama kalinya di negeri Makkah yang penuh berkah, Allah Swt menciptakan rumah ibadah (Baitullah) di muka bumi. Melalui Baitullah, Sang Pencipta memperkenalkan diri-Nya dan sang hamba pun berusaha menyambut guna mendekatkan diri kepada-Nya.

Melalui “rumah ibadah manusia disadarkan untuk mengenal Pemilik, Pemelihara “Bangunan Tua” (Baitul Atig) agar tidak resah dan ingkar, lalu meninggalkan amal ibadah di sela-sela kesibukan hidup yang diperjuangkannya. Agar manusia memperoleh ketenangan hidup, dengan mental dan keyakinan kuat karena “mengenal” Allah, Tuhan Yang Esa, bukan tuhan menurut hawa nafsu mereka.

Rumah adalah tempat untuk beristirahat melepaskan kepenatan bekerja. Tempat berteduh dari panas terik matahari, terpaan angin malam, dan tempat berlindung dari gangguan binatang buas bahkan setan.

Tempat tinggal ini berfungsi untuk memelihara keharmonisan keluarga, menenangkan hati, memusatkan pikiran, memulihkan tenaga, dan sebagai ladang amal untuk memaknai kehidupan.

وَٱللَّهُ جَعَلَ لَكُم مِّنۢ بُيُوتِكُمْ سَكَنًا وَجَعَلَ لَكُم مِّن جُلُودِ ٱلْأَنْعَٰمِ بُيُوتًا تَسْتَخِفُّونَهَا يَوْمَ ظَعْنِكُمْ وَيَوْمَ إِقَامَتِكُمْ ۙ وَمِنْ أَصْوَافِهَا وَأَوْبَارِهَا وَأَشْعَارِهَآ أَثَٰثًا وَمَتَٰعًا إِلَىٰ حِينٍ

“Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu).” (QS: An-Nahl: 80)

Kebahagiaan memiliki rumah tinggal yang luas sejatinya diimbangi pula dengan upaya mensyukurinya. Para penghuni rumah dengan hati yang selalu terpaut dengan Baitullah, tempat bersujud (mu’allaqun bil masājid), akan sarat dengan kemaslahatan, keberkahan, dan ketenangan.

Lalu, bagaimana dengan rumah kita yang luas? Adakah kebahagiaan di rumah itu saat beribadah kepada-Nya?

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًا ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَٱلْعَٰقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS: Thaha [20]: 132).

Rumah yang digunakan untuk shalat – dan shalat berjamaah—akan turun rahmat di dalamnya sehingga memberikan ketenangan dan ketenteraman bagi penghuniya. Jika penghuni rumah telah memperoleh ketenangan dan ketenteraman, berarti suasana rumah telah mendapatkan berkah Allah.* (bersambung)

HIDAYATULLAH