Salah satu ciri istri sholehah yang kini mulai langka yaitu kuat ibadah wajib dan sunnahnya ditambah memiliki ketegaran dalam mempertahankan prinsipnya
TIDAK sulit menemukan muslimah yang giat hadir dalam pengajian, bahkan kerap kali jumlah mereka lebih banyak dari kaum pria. Tetapi wanita yang mampu mengumpulkan antara kekuatan ibadah wajib dan sunnahnya dengan ketegaran dalam mempertahankan prinsipnya kini telah langka.
Adalah Nusaibah, wanita yang sanggup memompa semangat juang keempat putranya, hingga tatkala terdengar berita syahidnya keempat putranya dia bertahmid, Alhamdu lillahiladzi asyrafani biqathlihim (segala puji bagi Allah yang telah memuliakan diriku dengan syahidnya mereka).
Atau seperti Mu’adzah yang tatkala didatangi oleh kaum muslimah yang hendak takziyah lantaran terbunuhnya suami dan seorang anaknya dia berkata, “Jika kedatangan kalian adalah untuk mengucapkan selamat (atas syahidnya suami dan anaknya-pen), saya ucapkan selamat datang, namun jika bukan untuk itu (yakni untuk berbela sungkawa), maaf, silakan kalian kembali.”
Ketegaran inilah yang menjadikan ibadah lebih berarti, pahala terjaga dari segala penyakit dunia. Betapa banyak segunung amal menjadi sia-sia karena bobol benteng pertahanan imannya.
Tetapi juga ketegaran hatinya, stamina kesabarannya tatkala menghadapi segala kondisi yang menguji keimanannya. Inilah ciri-ciri istri sholehah yang mulai langka;
Istri Sholehah Tahan Godaan Dunia
Contoh yang mudah ketika seorang istri tak tahan untuk hidup seadanya, menahan diri dari apa yang tidak dimampui suaminya. Memang menjadi hak bagi istri untuk men dapatkan nafkah dari suami, namun bukanlah menjadi keharusan bagi suami untuk memenuhi apa yang di luar kesanggupannya.
Prahara rumah tangga seringkali berawal dari ketidaksabaran istri untuk menahan keinginannya. Terkadang tak hanya berujung pada tidak harmonisnya keluarga, namun juga rusaknya agama keduanya.
Bagi sang istri, ketika merasa apa yang menjadi keinginannya tak terpenuhi, maka kebaikan-kebaikan yang pernah diberikan suami kepadanya seakan sirna tak ada apaapanya. Jadilah dia sebagai seorang istri yang mengkufuri pemberian suaminya, padahal inilah potensi terbesar yang menyebabkan wanita masuk neraka.
Nabi ﷺ bersabda:
وأريــت النار فلم أر منظرا كاليوم قط أفظع ورأيت أكثر أهلها النساء قالوا بم يا رسول الله قال بكفر من قيل يكفرن بالله قال يكفرن العشير ويكفرن الإحســان لو أحسنت إلى إحداهن الدهر كله ثم رأت منك شيئا قالت ما رأيت منك خيرا قط
“Dan diperlihatkan kepadaku neraka dan belum pernah aku melihat pemandangan yang lebih mengerikan dari itu, dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah wanita.” Beliau ditanya, “Dengan sebab apa wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Karena kekufuran mereka.” Beliau ditanya lagi, “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “Tidak, tapi karena kekufuran mereka terhadap pemberian dan kebaikan, jika engkau (suami) telah berbuat baik kepadanya selama setahun penuh kemudian dia melihat pada dirimu sesuatu yang tidak disukainya dia akan berkata, “Kami belum pernah berbuat baik kepadaku sedikitpun.” (HR: Al-Bukhari)
Amankah perasaan Anda jika dihinggapi musibah ini meski shalat Anda bagus, tahajud tak pernah putus, shaum jalan terus dan semangat beramal tak pernah pupus? Adapun bahaya bagi suami, ketika dia ingin menjaga gengsinya di hadapan istri, tidak mau dilecehkan usahanya oleh istri seringkali hal ini menggelincirkan ia untuk menempuh jalur pintas untuk mendapatkan keinginan sang istri.
Kasus terlalu banyak untuk disebutkan, kerajaan yang bangkrut gara-gara permaisuri atau pejabat nekat korupsi karena diprovokasi sang istri.
Istri yang Tahan Sanjungan
Banyak pula para gadis tergelincir ke lembah nista dan dan terperosok ke dalam lumpur dosa karena gila sanjungan dan popularitas. Ketika kritikan dan nasehat menghujaninya justru dia bertambah tegar di atas kemaksiatannya, bangga dengan dosa-dosa yang dilakukannya.
Padahal Nabi bersabda:
كل أنني معافى إلا المجاهرين وإن من المجاهرة أن يعمل الرجل بالليل عملائه يصبح وقد ستره الله عليه فيقول يا فلان عملت البارحة كذا وكذا وقد بات يسترهربه ويصبح يكثيف سيتر الله عنه “
“Semua umatku akan dimaafkan kecuali yang terang-terangan melakukan dosa, termasuk orang yang dianggap terang-terangan melakukan dosa adalah seseorang yang di malam harinya melakukan dosa di malam hari sedangkan Allah telah menutupinya hingga pagi hari, namun kemudian dia berkata, “Wahai fulan, saya telah melakukan ini dan itu kemarin malam,”Allah telah menutupinya pada alam hari namun dia sendiri yang membuka penutup tersebut.” (HR: Al-Bukhari)
Jika orang yang menceritakan dosanya (bukan karena ingin meminta nasehat) saja dianggap terang-terangan melakukan dosa, terlebih lagi jika seseorang bangga dengan dosa-dosanya. Para penyanyi, penari latar dan pengumbar aurat adalah contohnya, kecuali yang akhirnya diberi hidayah oleh Allah dan meninggalkannya.
Bukankah apa yang mereka kerjakan mendapat ancaman dari Nabi “laa yad-hulnal jannata walaa yajidna riihaha”, mereka tidak masuk jannah dan bahkan tidak mencium baunya?
Istri yang Tahan Menghadapi Musibah
Ibadah (dengan makna khusus) yang berkesinambungan tanpa dilengkapi dengan kekuatan menahan beban penderitaan seringkali menghasilkan nilai kurang dan terkadang hasilnya “nihil”. Pahala bias sirna tak tersisa karena digerogoti oleh dosa yang jauh lebih besar dari pahalanya.
Niyahah (meratap) ketika anggota keluarga meninggal adalah contoh peristiwa yang banyak terjadi di kalangan wanita. Demikian pula keputusan untuk menempuh segala cara untuk menghilangkan penderitaan dan mendapatkan sesuatu yang telah hilang biasanya karena tidak tahannya seorang wanita menyandang beratnya kesabaran.
Sebagian bertanya kepada dukun dan tukang ramal padahal Allah tidak menerima shalatnya selama empat puluh hari empat puluh malam, bahkan umumnya mereka membenarkan berita dari tukang ramal padahal Nabi menyebutnya sebagai bentuk kekufuran terhadap risalah yang dibawa oleh Muhammad.
Istri Sholehah adalah Wanita Perkasa
Maka wanita yang perkasa bukan sekedar kuat ibadah dan amaliahnya, namun juga tabah menanggung segunung beban penderitaan, sanggup mengarungi selaut halangan dan rintangan, tegar ditimpa selangit hujan cobaan dan ujian, dan tak goyah oleh sebumi badai fitnah yang menggodanya, sabar dan syukur adalah senjata andalannya. Wallahu a’lam bishawwab.*/Abu Umar Abdillah