Dr. H. Tohari Musnamar menuliskan tentang kematian, “Ketika roh keluar dari jasadnya, ibarat burung keluar dari sangkarnya. Ia terbang membawa seluruh amalnya. Amal baik dan amal buruk semuanya ia bawa. Tidak ada satu pun yang tersisa. Amal baik membawa pengharapan. Amal buruk membawa penyesalan. Tidak ada lagi yang dapat dihapus, karena suratan sudah terputus. Pintu amal sudah ditutup dan pintu kubur mulai mengatup”
Berbicara tentang kematian adalah berbicara tentang sesuatu yang penuh dengan misteri. Namun hakikatnya kematian bukanlah suatu kejadian yang tiba-tiba. Peringatan-peringatan akan kematian di sekitar kita yang dikirim oleh Allah Swt sebenarnya adalah hal alamiah yang harus kita maknai.
Allah telah memperingatkan kita akan datangnya kematian, namun itu semua kembali kepada diri kita memaknai peringatan tersebut. Imam al-Qurthubi menjelaskan tentang peringatan kematian ini bisa bermacam-macam. Ada yang berpendapat bahwa peringatan kematian adalah kematian kerabat, tetangga, teman, atau saudara, maupun kematian orang lain. Dengan mendengar kabar kematian dari orang lain, akan menggiring hati kita mengingat bahwa kita juga akan mengalami hal yang serupa. Ada juga yang mengatakan bahwa yang memberi peringatan kematian adalah akal yang sempurna.
Kematian adalah mata rantai yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan ini sendiri. Saat kematian datang, canda tawa akan menjadi tangisan sedang rasa gembira menjadi kesedihan. Saat-saat yang akan menentukan nasib kita, akankah berada di kebahagiaan atau justru dalam siksaan yang kekal. Satu kata yang dapat menggambarkan suasana itu adalah sakaratul maut.
Imam al-Ghazali melukiskan bahwa sakaratul maut ialah ungkapan tentang rasa sakit yang menyerang inti jiwa dan menjalar ke seluruh bagian jiwa sehingga tidak ada lagi satupun bagian jiwa yang terbebas dari rasa sakit itu. (hlm. 13)
Datangnya kematian adalah datangnya rasa tersendiri bagi orang-orang beriman maupun orang-orang yang durhaka. Bagi orang-orang yang berimna, ia akan merasakan keistimewaaan tersendiri. Adapun orang-orang yang durhaka baginya kerugian yang sangat besar.
Demikian kematian adalah suatu hal yang memaksa. Tak ada yang dapat kita lakukan, kecuali mempersiapkan diri untuk menghadapinya dengan amal kebaikan. Kita tidak dapat menghindarinya, tak dapat pula bersembunyi darinya karena kematian ibarat pemburu yang profesional. Sekalipun kita mencoba bersembunyi di tempat yang menurut kita aman pun, jika ajal telah tiba, pasti kematian akan menemukan dan menjemput kita. Karena ia adalah bagian dari ketentuan Allah Swt.
Tampaknya tak ada yang paling setia menunggu kita di dunia ini selain kematian kita sendiri. Sayang, tidak semua orang menyadari hal itu sehingga menyebabkan manusia lalai dalam hidupnya. Beruntunglah orang yang selalu mengingat kematian. “ketika seseorang sering mengingat kematian, hatinya akan terasa lembut. Hal yang penting dengan mengingat kematian, seseorang akan termotivasi dan tergugah untuk memeprsiapkan diri dengan amal kebaikan” (hlm. 34)
Allah mencatat bentuk amal yang kita kerjakan dan pengaruh dari amal itu. Jika baik, maka dicatat sebgai kebaikan. Namun, jika buruk maka dicatat sebagai keburukan. Orang bahagia adalah yang ketika mati, maka dosanya ikut mati bersamanya. Sedangkan orang celaka adalah orang yang ketika mati, dosanya tidak ikut mati bersamanya justru masih terus tumbuh berkembang. Na’udzubillah.
Dalam suasana kubur yang mengerikan, ada beberapa orang yang kebaikannya selalu mengalir. Ruh mereka pun bersemayam dengan tenang, namun pahala terus berdatangan tak kunjung berhenti. Inilah masa pensiun di alam kubur yang teramat indah, yang dunia seisinya pun tak cukup untuk membelinya.
Dalam hadis Anas bin Malik ra. Rasulullah Saw bersabda, “Ada tujuh amalan yang pahalanya tetap mengalir untuk seorang hamba setelah ia meninggal dunia, padahal ia berada di alam kuburnya. (1) Orang yang mengajarkan ilmu agama (2) Orang yang mengalirkan sungai (yang mati), (3) Orang yang membuat sumur, (4) Orang yang menanam kurma, (5) Orang yang membangun masjid, (6) Orang yang memberi mushaf al-Qur’an, (7) Orang yang meninggalkan seorang anak yang senantiasa memohonkan ampun untuknya setelah ia meninggal dunia” (HR. Al-Bazzar dalam musnadnya 7289, al-Baihaqi dalam Syuabul Iman 3449) (hlm. 48)
Penulis menjelaskan bahwa ada sepuluh amal yang pahalanya terus mengalir. Tiga yang lainnya adalah sedekah jariyah, berjuang untuk tanah air, dan menyediakan rumah singgah. Amal-amal di atas adalah investasi pahala kita. Mari menanam investasi itu selama kita masih di dunia. Adapun yang selain ilmu bermanfaat dan anak soleh, amal-amal itu bisa sebut sebagai sodaqah jariyah karena keberadaannya yang terus dimanfaatkan oleh orang lain walau kita telah tiada.
Namun pahala dari apa yang telah kita lakukan itu akan juga dialirkan kepada kita oleh Allah Swt. Maka, jangan lewatkan walau semenit waktu kita supaya bisa beramal dan bertaubat mengingat Allah. Karena semenit saja yang kita lewatkan adalah angan-angan berjuta manusia. Jadikan “angan-angan orang mati” senantiasa hadir dalam benak dan membasahi bibir. Insya Allah kita akan menjalani menit-menit dengan ketaatan hingga kita tidak menyesal kemudia.
Judul Buku : 10 Amalan Dahsyat yang Pahalanya Terus Mengalir Meski Kematian Memisahkan
Penulis : Ahmad Kamil al-Jauzi
Penerbit : Araska
Tahun Terbit : Oktober 2019
Halaman : 240 hlm
ISBN : 978-623-7145-81-3