Nasihat Menghindari Rasa Iri

Rasulullah SAW meminta kita menghindari rasa iri dan dengki

Perasaan iri dan dengki di antara saudara merupakan hal yang banyak didapati di tengah-tengah masyarakat. Inilah mengapa Rasulullah SAW melalui hadis di atas menegaskan untuk menghindari rasa iri dan dengki.

Rasulullah SAW pernah bersabda, “Janganlah kamu semua dengki mendengki, jangan putus memutuskan hubungan persaudaraan, jangan benci membenci, jangan pula belakang membelakangi (seteru menyeteru) dan jadilah kamu semua hamba Allah sebagai saudara, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah kepadamu semua.” (HR Bukhari dan Muslim).

Kewajaran yang bagaimana? Ya, selama tidak menjadi menghalang untuk saling mencintai, kasih mengasihi, mendambakan kebaikan bagi saudaranya dan bahagia dengan prestasi yang diraihnya.

Rasa iri dan dengki yang baik ini perlu dimiliki, yaitu tatkala rasa iri dan dengki yang mendorong untuk membenahi diri sendiri karena orang yang cerdas adalah orang yang melakukan persaingan dengan dirinya sendiri dan bukan persaingan dengan saudaramu atau orang lain.

Rasulullah SAW meminta kita menghindari rasa iri dan dengki

Perasaan iri dan dengki di antara saudara merupakan hal yang banyak didapati di tengah-tengah masyarakat. Inilah mengapa Rasulullah SAW melalui hadis di atas menegaskan untuk menghindari rasa iri dan dengki.

Rasulullah SAW pernah bersabda, “Janganlah kamu semua dengki mendengki, jangan putus memutuskan hubungan persaudaraan, jangan benci membenci, jangan pula belakang membelakangi (seteru menyeteru) dan jadilah kamu semua hamba Allah sebagai saudara, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah kepadamu semua.” (HR Bukhari dan Muslim).

Kewajaran yang bagaimana? Ya, selama tidak menjadi menghalang untuk saling mencintai, kasih mengasihi, mendambakan kebaikan bagi saudaranya dan bahagia dengan prestasi yang diraihnya.

Rasa iri dan dengki yang baik ini perlu dimiliki, yaitu tatkala rasa iri dan dengki yang mendorong untuk membenahi diri sendiri karena orang yang cerdas adalah orang yang melakukan persaingan dengan dirinya sendiri dan bukan persaingan dengan saudaramu atau orang lain.

Bila hal ini telah disadari maka Anda tidak merasa tersiksa, resah, dan gelisah. Persaingan dengan diri sendiri berarti mengembangkan setiap potensi atau kemampuan anda untuk dijadikan kesuksesan di bidang tertentu yang disesuaikan dengan prioritas utamanya.

Bukan agar supaya diri kita lebih baik dari saudara Anda atau teman Anda, melainkan agar hidup dan kehidupan Anda menjadi berarti dan bermakna.

KHAZANAH REPUBLIKA

Tak Boleh ada yang Maju Kecuali Aku

SALAH satu penyakit yang mungkin hinggap di dalam hati banyak orang, termasuk para cerdik cendikia, adalah iri hati dan dengki. Bagaimana mungkin orang berilmu bisa iri?

Para ulama hati berargumen bahwa itu sangat mungkin saat ilmu masuk ke dalam kepalanya tanpa disertai dengan pendidikan akhlak ke dalam hatinya. Orang berilmu seperti ini selalu saja berharap hanya dirinya yang maju dan tampil dan yang lain harus mundur atau taat di bawah ketiaknya.

Mungkinkah orang berilmu yang iri hati dan dengki ini menjadi pemimpin? Mungkin saja. Namun tak akan lama karena bau busuk iri hati dan dengkinya akan tercium dengan sendirinya oleh banyak hidung. Dia akhirnya aka terbunuh oleh karakter jelek yang tetap dipupuk dalam hatinya. Senyuman palsunya tak akan mampu menutup wajah hasad yang ada dalam dirinya itu.

Imam Abu al-Laits as-Samaraqandi berkata: “Sebelum hasadnya sampai pada yang dihasadi, lima hal akan sampai duluan kepada orang yang hasad itu: derita tak berujung, musibah tak berpahala, ketercelaan yang tak pernah dipuji, murka Tuhan, tertutupnya pintu tawfiq.”

Buanglah iri hati dan dengki. Ikutlah berbangga bahagia dengan nikmat yang Allah berikan kepada saudara-saudara kita yang lain. Bangkitlah bersama-sama agar maju bersama-sama. Berhentilah berkata: “Yang boleh tampil dan maju hanyalah saya, yang lain harus mundur.” Salam, AIM. [*]

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

Cemburu pada Rezeki Orang

Tak perlulah cemburu pada rezeki orang karena rezeki kita masing-masing sudah dibagi dengan begitu adilnya oleh Allah.

Allah Ta’ala berfirman,

أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم مَّعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُم بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. ” (QS. Az-Zukhruf: 32)

Allah membagi rezeki itu begitu adil. Kenapa kita mesti cemburu pada rezeki orang lain?

Imam Ghazali rahimahullah menyebutkan fawaid dari nasihat Hatim Al-Asham:

Aku melihat manusia saling mencela dan saling membicarakan jelek (ghibah) satu dan lainnya. Aku dapati bahwa itu termasuk HASAD (cemburu atau iri) dalam harta, kedudukan dan pengetahuan.

Aku kemudian renungkan firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia.” (QS. Az-Zukhruf: 32)

Aku sadari bahwa pembagian tersebut sudah ditentukan oleh Allah sejak takdir yang dahulu ada.

Kenapa aku mesti HASAD (cemburu) pada rezeki orang lain?

Itulah yang membuatku tetap ridha pada pembagian Allah.

Dinukil dari kitab Ayyuhal Walad karya Imam Al-Ghazali, hlm. 57.

 

Wallahu waliyyut taufiq.

Moga kita semua diberi taufik untuk mengimani takdir dengan benar.

Sumber : https://rumaysho.com/12835-cemburu-pada-rezeki-orang.html