Tonggak Penting Sejarah Islam di Cina

Masjid Huaisheng atau dikenal Masjid Agung Guangzhou ini dikenal sebagai masjid pertama di Cina. Arsitektur masjid itu merupakan perpaduan arsitektur Cina dan Islam. Masjid yang dibangun untuk mengenang Nabi Muhammad ini dikenal pula sebagai Masjid Guangta.

Pembangunan masjid ini merupakan tonggak penting dalam sejarah Islam di Cina. Ini merupakan masjid tertua yang bertahan di seluruh Cina dan berusia lebih dari 1.300 tahun. Masjid ini masih tetap tegak berdiri di Guangzhou modern, setelah diperbaiki dan direnovasi.


Jejak lainnya dari peradaban Islam di Cina adalah Da Qingzhen Si atau Masjid Agung Chang’an, sekarang bernama Xi’an, di Provinsi Shaanxi. Masjid ini didirikan pada 742 Masehi. Ini merupakan masjid awal terbesar dan terbaik di Cina, dengan ukuran 12 ribu meter persegi.

Masjid ini dibangun saat pemerintahan Dinasti Ming pada 1392, seabad sebelum jatuhnya Granada. Sejumlah catatan menyatakan, pendirinya adalah Zheng He. Di dalam masjid itu, terdapat tablet batu untuk mengingat dukungannya atas pembangunan masjid tersebut.

Model masjid ini, dengan keindahan dan dinding yang mengelilinginya, paviliun dan halaman masjid yang indah bisa dilihat di Hong Kong Museum. Saat berjalan memasuki ruang shalat, simbol naga terukir pada lantai tangga masuk.

Tersebut pula, Sheng-You Si atau Mosque of the Holy Friend, dikenal pula dengan nama Qingjing Si atau Mosque of Purity dan Al-Sahabah Mosque, dibangun dengan granit murni pada 1009 Masehi selama pemerintahan Dinasti Song (960-1127).

Rancangan arsitektur dan gaya masjid ini meniru Masjid Agung Damaskus, Suriah. Di Cina, ada Masjid Qingjing yang terletak di Madinat al-Zaytun, Quanzhou. Dikenal pula, dengan Kota Zaitun. Menurut tradisi Arab atau Islam, zaitun merupakan simbol perdamaian.

Masjid ini berada di Provinsi Fujian, yang di sana juga terdapat makam dua sahabat Nabi Muhammad, yang mendampingi Sa’d ibn Abi Waqqash. Namun, kedua sahabat tersebut lebih dikenal dengan nama Cinanya, yaitu Sa-Ke-Zu dan Wu-Ku-Su.

Selain itu, ada Zhen-Jiao Si atau Mosque of the True Religion, yang juga dikenal dengan Feng-Huang Si di Hangzhou, Provinsi Zhejiang. Diyakini, masjid ini dibangun pada saat pemerintahan Dinasti Tang. Masjid ini memiliki menara dan tempat mengamati bulan.

Masjid ini memiliki sejarah panjang. Masjid dibangun kembali dan direnovasi berulang-ulang dalam beberapa abad. Masjid ini bertambah kecil dibandingkan bangunannya semula karena adanya proyek pelebaran jalan pada 1929.

Sedangkan masjid lainnya, terletak di Kota Yangzhou, Provinsi Jiangsu. Suatu masa, wilayah ini menjadi kota perdagangan dan ekonomi yang sangat sibuk, terutama pada masa Dinasti Song (960-1280). Masjid Xian-He Su merupakan masjid tertua dan terbesar di kota itu.

Masjid itu dibangun pada 1275 oleh Pu-ha-din, seorang juru dakwah, yang diyakini sebagai keturunan ke-16 Nabi Muhammad. Menurut Anthony Garnaut, pakar interaksi budaya Cina dan Islam, penaklukan Mongol atas sebagian besar Eurasia, membaurkan budaya Cina dan Islam.

 

sumber: Republika ONline

3 Masjid Bersejarah Negeri Tirai Bambu

Islam dipercaya sampai ke negara Cina sejak lebih dari 1.400 tahun yang lalu.
Sebelum umat Islam berhijrah dari Makkah ke Madinah. Nabi Muhammad SAW mengutus beberapa orang sahabat supaya ber dakwah ke Cina.

Di antaranya adalah Saad bin Abdul Qais, Qais bin Hudhafah, Urwah bin Abi Uthtan, dan Abu Qais bin alHarith.

Menurut Ann Wan Seng dalam bukunya yang berjudul Rahasia Islam di Cina, walau pun tidak ada catatan pasti terkait waktu ke datangan Islam ke Cina, dalam catatan Dinasti Tang dijelaskan hubungan diplomatik te lah terjalin antara pemerintahan Cina dan pe merintahan Utsman bin Affan sekitar 618 M.

Jejak peninggalan Islam di Cina masih dapat disaksikan hingga saat ini, salah sa tunya keberadaan masjid. Masjid menjadi sa lah satu bukti kedatangan dan penyebaran Islam. Di Cina, terdapat sekitar 35 ribu masjid.

Sebagian berusia ratusan tahun. Bah kan, ada masjid yang berusia lebih dari seri bu tahun. Berikut di antara masjidmasjid bersejarah di negera berjuluk Negeri Tirai Bambu itu:

Masjid Nujie
Salah satu masjid tertua yang masih digunakan sebagai tempat beribadah adalah Masjid Nujie.  Masjid ini dibangun pada 996 Masehi pada masa pemerintahan Dinasti Song. Masjid ini banyak menampilkan ciri budaya dan kesenian Cina.

Ciri yang membedakannya dengan monumen Cina yang lain, yaitu hiasan kaligrafi dan tulisan Arab yang memenuhi seluruh ruang masjid. Masjid yang terletak di Beijing ini menyimpan banyak khazanah yang berkaitan dengan sejarah perkembangan Islam di Cina.

Seperti naskah Alquran tulisan tangan dan dua makam ulama tersohor yang hidup pada zaman pemerintahan Kublai Khan.

Masjid Huai Shen
Masjidmasjid di Cina masih dijaga dengan baik dan rapi. Oleh sebab itu, sebagian masjid lama masih dalam keadaan utuh.

Masjid paling tua di Cina ialah Masjid Huai Shen yang dikenal sebagai monumen mengenang Muhammad SAW.

Masjid ini terletak di Guangzhou, selatan Cina, dan dipercaya dibangun pada abad ke7. Masjid ini mempunyai ciri seni arsitektur Arab yang menunjukkan adanya pengaruh yang ditinggalkan oleh para sahabat nabi dan pedagang Timur Tengah. n c62 ed: nashih nashrullah

Masjid Huajue  Lance
Masjid ini terletak di Bandar Xian, barat laut Cina.
Keistimewaan masjid ini ialah memiliki desain arsitektur yang menyerupai istana rajaraja. Ukiranukiran bunga dan tulisan ayatayat Alquran yang terdapat pada hiasan dalam masjid menunjukkan hasil kerja dan ketekunan umat Islam.

Keindahan masjid ini memukau pengunjung karena terdapat sebuah taman bunga di dalam pekarangan masjid.

 

sumber: Republika Online

Siapa Pembawa Bendera Islam Pertama Kali ke Negeri Cina?

Islam datang ke Negeri Tirai Bambu tak berjarak lama dari era Rasulullah, yakni sekitar abad ketujuh. Sejarah mencatatnya, tetapi banyak legenda yang diyakini Muslim Cina mengenai siapa pembawa bendera Islam kali pertama ke negeri mereka.

Ada yang percaya, dia adalah salah seorang paman Rasulullah dan makamnya berada di Kanton. Yang lain, percaya bahwa penyebar dakwah Islam ke Cina merupakan empat utusan Rasulullah yang datang saat era Dinasti Tang. Mereka membagi tugas dakwah di Guang Zhou, Yang Zhou, dan dua lain di Quan Zhou. Ada pula empat makam yang diyakini sebagai makam mereka. Hingga kini, makam-makam tersebut pun sangat dihormati Muslim Cina.

Namun, legenda-legenda tersebut hanya menjadi dongeng sebelum tidur karena ketiadaan bukti kuat yang membenarkannya. Para cendekiawan Cina mencatat, Islam datang ke Cina saat era kekhalifahan Usman bin Affan. Tak jelas siapa yang diutus ke Negeri Panda tersebut.

Namun, beberapa menyebutkan, sahabat Rasulullah Sa’ad bin Abi Waqqas yang diutus khalifah untuk berdakwah di sana. Saat itu, Dinasti Tang (618-905 M) yang tengah berkuasa di daratan Cina.

Mengenai kapan tahun pengutusan Usman tersebut, menurut Chen Yuen dalam A Brief Study of the Introduction of Islam to Cina, Islam masuk pada 30 Hijriyah atau 651 Masehi. Kaisar yang memimpin dari Dinasti Tang saat itu ialah Kaisar Yung Wei atau Yong Hui.

Namun, menurut Thomas Arnold dalam The Spread of Islam in the World, dalam riwayat Dinasti Tang Tua disebutkan bahwa negara Da Si, yakni penyebutan kekhalifahan Islam oleh Cina, mengirim utusan kehormatan ke Istana Tang pada 651 saat kepemimpinan Kaisar Gao Zong.

Menurut Thomas, hubungan antara Arab dan Cina saat itu sebatas hubungan diplomatik. Sejak saat itu, keduanya saling mengirimkan utusan diplomatik sehingga terjalin hubungan persahabatan yang erat.

Setuju dengan pendapat Thomas, Tan Ta Sen dalam bukunya, Cheng Ho; Penyebar Islam dari Cina ke Nusantara menuturkan, kedatangan Islam ke Cina merupakan produk sampingan dari perdagangan dan ikatan diplomatik Cina-Arab semasa Dinasti Tang dan Dinasti Song. Kontak Cina dengan bangsa Arab sejak abad ketujuh memang berbeda atau bertolak belakang dengan pendekatan proaktif dan agresif di dunia Arab dan Asia Tengah. “Tidak ada upaya yang dikerahkan oleh para pendakwah dan penguasa Arab, seperti halnya khalifah,” ujar Tan.

Dalam perkembangannya, banyak saudagar Arab yang singgah, bahkan bermukim di Cina. Mereka kemudian membentuk komunitas-komunitas Muslim di pusat-pusat perdagangan. Perkembangan Islam semakin menjadi ketika era kekhalifahan Abbasiyyah. Menurut Philip K Hitti dalam History of the Arabs, kala itu perdagangan mulai dikuasai Muslimin. Para pedagang Muslim di bagian Timur pun telah banyak yang berhasil menjelajah Cina. Bahkan, menurut Hitti, hubungan perdagangan Arab-Cina telah terbentuk sejak abad ketiga Hijriyah.

Menurut Tan, sejak abad ketujuh hingga abad ke-13, komunitas Muslim tumbuh sangat pesat. Mereka kemudian tersebar di berbagai wilayah Cina, seperti Chang-An (Xi-An), Yangzhou, Ningpo, dan kota-kota pelabuhan Guangzhou dan Quanzhou di Cina hingga Champa di Semenanjung Indocina. Bahkan, di Kota Guang Zhow, menurut Hugh Kennedy dalam The Great Arab Conquests, terdapat sebuah masjid tertua Cina yang setiap Jumat jamaahnya mencapai 2.000 Muslim.

Mi Shou Jiang dalam bukunya, Islam in China, menyebutkan, pada periode abad ketujuh hingga abad ke-13, jumlah Muslimin Cina mencapai 20 juta jiwa. Angka tersebut pun terus mengalami perkembangan signifikan. Dakwah Islam pun mencapai Hong Kong, Macau, dan Taiwan. Periode tersebut, yakni pada era Dinasti Tang dan Dinasti Song, dianggap sebagai periode pertama dan periode pesatnya Islam di negeri tembok raksasa.

Saat periode tersebut, menurut Jiang, banyak pedagang, utusan militer, dan utusan diplomatik yang membaur dengan warga setempat. Kemudian, banyak terjadi pernikahan silang. Kehadiran Muslimin tersebut pun tak dianggap ancaman. Warga Cina menganggap mereka datang karena urusan bisnis dan negara, bukan untuk kepentingan dakwah. Alhasil, kedatangan mereka dihormati. Penguasa Cina juga memberi izin kepada mereka untuk tinggal dan menetap di Cina.

 

sumber: Republika Online