Pakar stategi militer Mayor Jenderal Fayez Al-Duwairi, mengatakan bahwa 70% dari total kekuatan milisi pejuang Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) baru dikerahkan sebagian, dalam menghadapi tentara penjajah yang merambah ke beberapa wilayah di Jalur Gaza bagian utara.
Al-Duwairi, analisis militer di TV Al-Jazeera mengatakan, pasukan penyerang di Kota Gaza belum berpartisipasi dalam pertempuran tersebut, merujuk pada Brigade Shuja’iya dan Al-Tuffah, yang merupakan salah satu brigade cadangan di unit Al-Qassam. Sedang Brigade lain yang belum memasuki pertempuran darat, bersama dengan brigade Tal Al-Zaatar dan Jabalia Al-Balad.’
Pakar militer tersebut menunjukkan bahwa BShujaiya dan Al-Tuffah bertanggung jawab atas penangkapan tentara Zionis Israel Shaul Aaron dalam agresi terhadap Gaza pada tahun 2014. Mereka ini dikenal keberanianya menghadapi pasukan khusus Zionis dari Brigade “Golani” katanya dikutip Palestine Information Centre (PIC), Ahad (13/11/2023).
Al-Duwairi mengatakan, bahwa pasukan Al-Qassam dan faksi perjuangan pembebasan Palestina lainnya di Jalur Gaza masih kompak dalam menjalankan peran mereka dengan sangat baik setelah 15 hari perang darat yang dilancarkan penjajah, meskipun ada rasa sakit, kehancuran dan pengepungan.
Dia menekankan bahwa kelompok perlawanan terlihat baik-baik saja dan memiliki banyak keunggulan di lapangan. Ia menambahkan bahwa tentara penjajah dan para pemimpinnya tidak akan mampu mengalahkan atau melenyapkan Hamas sebagaimana bualan mereka.
Struktur Brigade Qassam
Al-Duwairi mencontohkan, organisasi Brigade Al-Qassam didasarkan pada brigade dan batalion, dan pembangunan batalion tersebut bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lain. Ia mencontohkan, Pasukan Al-Qassam dibangun atas dasar geografis, seperti Jalur Gaza, yang dibagi menjadi beberapa wilayah dan masing-masing wilayah dialokasikan satu batalion dan kadang-kadang satu brigade.
“Meski hal ini tidak konsisten dengan standar global, karena standar ini bersifat spesifik, hanya ada di Gaza,” ujarnya.
Menurutnya, ada 12 batalion Al-Qassam, terlepas dari jumlah dan komponennya – menurut Al-Duwairi – yang mengatakan bahwa beberapa dari mereka terlibat dalam perang total dan menentukan dengan pasukan penjajah yang menyerang dari utara dan selatan, dan satu lagi sebagian terlibat dalam bentrokan parsial.
Menurut pantauan Duwairi, brigade yang telah terlibat penuh sejak 15 hari operasi darat adalah: Batalion Pantai, Batalion Tal al-Hawa, Batalion Jabalia-Beit Lahia Barat, dan Batalion Beit Hanoun.
Menurut Al-Duwairi, brigade-brigade ini setara dengan 35% dari total pasukan Al-Qassam, yang mereka semua terlihat masih kompak, menjaga komando dan kendali, dan mencegah pasukan pendudukan mencapai keberhasilan.
Adapun brigade keterlibatan parsial, menurut pakar militer itu adalah: Brigade Syekh Radwan, Brigade Zaytoun, Brigade Jabalia, dan Brigade Beit Lahia, sebagaimana ia tunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan tempur yang tinggi dan 30 hingga 50% dari kekuatan mereka digunakan untuk melawan tentara penjajah yang didukung peralatan canggih mayoritas negara Barat.
Al-Duwairi mencontohkan, terdapat pasukan cadangan strategis di Brigade Al-Qassam yang diwakili oleh: Brigade Rafah, Brigade Khan Yunis, dan Brigade Al-Wusta, yang terbagi menjadi Deir Al-Balah, Al-Nuseirat, Al-Bureij, dan Al-Maghazi.
Dia mencatat bahwa brigade-brigade ini merupakan 30% dari total kekuatan Brigade Al-Qassam, yang konsisten dengan konsep militer bahwa pasukan cadangan harus berjumlah 30% dari total.*