Jamaah dengan Penyakit Jantung Diminta tidak Paksakan Diri Melontar Jumrah

Kepala Pos Kesehatan Mina Enny Nuryanti Enny mengimbau seluruh tenaga kesehatan haji (TKH) kelompok terbang (kloter) mengarahkan agar jamaah risiko tinggi (risti), terutama penyakit jantung melontar jumrohnya dibadalkan. Karena secara medis jamaah yang memiliki riwayat penyakit jantung tidak boleh kelelahan.

Hal itu demi mengurangi risiko kematian akibat kelelahan. “Kami meminta teman-teman TKH, yang mau melontar, agar jamaahnya yang memiliki penyakit jantung diarahkan untuk dibadalkan saja,” katanya, Sabtu (9/7/2022).

Seorang jamaah haji dengan penyakit jantung meninggal dunia saat berangkat ke jamarat untuk melontar jumroh, Sabtu pukul 05.45 WAS. Jamaah asal Bandung, Jawa Barat ini wafat karena kelelahan saat perjalanan melontar jumrah. 

“Menurut keterangan keluarga, almarhum disarankan badal melontar jumroh, tapi memaksakan diri ingin melontar sendiri,” kata Enny. 

Enny menuturkan, masih menurut keluaganya, almarhum memang memiliki riwayat jantung sejak di Tanah Air. Untuk itu, almarhum membawa obat-obatan pribadinya untuk diminum selama di Tanah Suci. 

Enny mengatakan, saat ini banyak jamaah dengan penyakit jantung yang mengalami serangan akut karena memaksakan diri untuk melontar. “Mohon ini menjadi perhatian teman-teman di kloter,” katanya.

Dokter Spesialis Jantung Pos Kesehatan Mina Muhaimin Munizu mengatakan sampai pukul 10.12 WAS, ada 18 jamaah haji yang dirawat dengan penyakit jantung. Hampir seluruh jamaah kelelahan menjalani prosesi Armuzna. 

“Beberapa diantaranya memaksakan diri tetap melaksanakan lontar jumrah sehingga mengalami serangan jantung dan gagal jantung akut,” katanya.

Untuk itu, Muhaimin menghimbau kembali kepada TKH agar mengingatkan jamaahnya terutama yang memiliki riwayat penyakit jantung agar prosesi lontar jumrahnya dibadalkan. “Demi menjaga jiwa, melontar jumrahnya lebih baik dibadalkan saja,” katanya.

IHRAM