Jamaah Haji Terkapar Usai dari Gua Hira Diharap Jadi Pelajaran bagi KBIH

Hariyanto akhirnya harus dilarikan ke Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah setelah naik Gua Hira dalam kondisi badan tidak vit setelah menyelesaikan rangkaian ibadah haji. Kepada Republika Hariyanto bercerita bahwa dia, naik ke Gua Hira itu setelah melaksanakah tawaf ifadah, diajak salah satu Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) asal Jawa Timur.

“Diajak teman-teman karena memang ada programnya dari KBIH,” kata Hariyanto yang siap dievakuasi ke KKHI Madinah, Selasa (2/8/2022) pagi.

Hariyanto mengaku, lupa tanggal berapa dia naik Gua Hira itu. Tapi yang dia ingat tiga hari sebelum naik Gua Hira itu sudah diworo-woro akan ada program masuk Gua Hira, karena senang akan ada jalan-jalan, dia lupa minum obat untuk penyakit diabetes dan hipertensi. 

“Lupa dek tanggal berapa, tapi sebelum berangkat itu saya lupa minum obat,” kata Hariyanto yang siap dievakuasi ke KKHI Madinah, Selasa (2/8/2022) pagi.

Hariyanto mengakui, saat naik Gua Hira itu tidak memikirkan apa yang akan terjadi setelahnya. Karena dia memiliki penyakit diabetes dan darah tinggi yang harusnya tidak boleh melakukan aktivitas yang berlebihan.

“Waktu itu saya tidak menghiraukan (bawa obat-obatan). Saya hanya bawa obat pegal linu,” katanya.

Hariyanto mengatakan, selain ingin menghilangkan pegal-pegal, mendatangi Gua Hira itu untuk mengenang perjalan Nabi Muhammad mendapat wahyu pertama di Gua Hira.

“Saya ingin merasakan bagaimana waktu Rasulullah itu ada di Gua mendapatkan wahyu pertama,” katanya.

Jika melihat medannya Haryanto mengaku tidak akan bisa naik Gua Hira, berhubung sudah ada di lokasinya dan semua teman-temannya sesama jamaah begitu semangat, akhirnya dia memaksakan diri meskipun dengan cara merangkak.

“Saya paksa sampai engos-engosan berangkak menuju Gua Hira,” katanya.

Melihat keadaan Hariyanto naik Gua Hira dengan cara merangkak, Tiyas Munarni menangis sesegukan, meminta agar Haryanto turun tidak melanjutkan naik ke Gua Hira apalagi dengan cara merangkak.

 “Saya menangis itu supaya dia turun, tapi malah naik aja,” kata Tiyas yang berada di samping suaminya yang sedang berada di kursi roda.

Setelah sampai di atas akhirnya dia kecewa, di Gua Hira tidak bisa masuk karena di dalam penuh sesak oleh jamaah dari seluruh dunia yang sama-sama naik ingin masuk ke Gua Hira. Akhirnya dia shalat di luar Gua Hira. 

Hariyanto mengatakan dia sudah sampai sebelum subuh di Gua Hira dan baru bisa turun ke bawah sekitar setengah tujuh. Sama dengan naik, turunnya juga Hariyanto merangkak. 

Untuk memulihkan tenaganya istrinya Tiyas membuatkan mie dalam kemasan gelas di kaki gunung Gua Hira. Namun, sama sekali tidak dimakan karena merasakan lelah yang amat dahsyat.

Ketika itu, Hariyanto hanya minta segera pulang ke pemondokannya di sektor satu Hotel Arkan Bakkah daerah Mahbas Jin. Sesampainyadi hotel, kondisi Hariyanto semakin menurun sehingga harus segera ditangani secara intensif. 

Di saat tim dokter akan merujuk ke KKHI Makkah, Hariyanto tidak sadarkan diri saturasinya menurun drastis. Karena kondisi inilah Hariyanto harus dilakukan resusitasi jantung paru alias (RJP) di KKHI Makkah untuk mengembalikan fungsi jantungnya. 

Alhamdulillah, berkat rahmat Allah SWT, dan kegigihan tim keshatan, akhirnya Haryanto yang tidak sadarkan diri kembali sadar. Untuk penanganan lebih lanjut akhirnya Hariyanto dibawa ke RSAS Al-Nur. 

Setelah kejadian itu Hariyanto di rawat di rumah sakit Al-Nur selama 3 hari dan di KKHI Makkah selama 6 hari. Atas kejadian ini Hariyanto mengaku kapok dan menyesal tidak ingin mengulangi lagi. 

Untuk itu dia menyarankan kepada jamaah lainnya agar tidak memaksakan diri ikut program KBIH. Jangan sampai kejadian yang menimpa dirinya hampir meninggal karena terulang kepada jamaah lain. 

“Saya sarankan jangan paksakan diri kalau fisiknya tidak kuat. Pengalaman saya mau lewat jangan terulang sama jamaah lain,” katanya.

Sementara, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi bidang kesehatan akan terus berupaya agar jamaah haji tidak melakukan aktivitas yang berlebihan. Tahun depan jamaah haji yang akan mengikuti program di luar rukun dan wajib haji perlu ada rekomendasi dari Tenaga Kesehatan haji (TKH) kelompok terbang (kloter).

“Jika dimungkinkan ke depannya, untuk ritual ibadah sunnah, para KBIH membawa jamaah konsul dulu ke dokter kloter untuk mendapatkan izin. Sehingga betul betul jemaah sehat yang bisa lakukan ibadah sunnah,” kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana belum lama ini.

Budi memastikan apa yang dilakukan pemerintah melalui Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan demi keselamatan jamaah. Karena berdasarkan laporan dari tenaga kesehan, banyak jamaah haji kritis dibawa ke KKHI Makah setelah melakukan aktivitas berlebihan di luar rukun dan wajib haji.

“Hal ini demi kemaslahatan jamaah,” ujarnya.

Dihubungi terpisah, TKH kloter MES 09 dokter Ernawati mengaku setuju jika rekomendasi itu menjadi sebuah kebijakan yang harus dijalankan jamaah haji. Karena jika hal itu diatur, TKH memiliki kekuatan menghimbau jamaah haji dan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) tidak membuat program yang menyebabkan jamaah sakit karena kelelahan. 

“Soal rekomendasi itu saya setuju,” katanya.

Erna mengatakan banyak program di luar rukun dan wajib haji yang dibuat KBIH untuk diikuti para jamaah haji. Program seperti umroh sunnah dan ziarah ini dilaksanakan sebelum Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna) maupun setelahnya.

“Karena terkadang dari KBIH nya mereka sudah punya program tersendiri, umroh sunnah bisa sampai delapan kali, sementara kondisi fisik nya tidak memungkinkan,” katanya.

Erna mengaku tidak bisa berbuat banyak ketika KBIH membawa jamaah haji mengikuti program di luar rukun wajib. Karena itulah dia tak bisa melarang ketika jamaah haji ikut program yang dibuat KBIH.

“Tetapi satu sisi saya juga tidak berhak melarang mereka dengan alasan mereka ke Tanah Suci memang untuk ibadah. Kalau sudah ini jawabannya saya tidak tau harus bilang apa,” katanya.

Erna mengatakan selama ini KBIH tidak pernah memberitahu banyak program di luar rukun wajib haji yang harus diikuti jamaah. Seharusnya KBIH menyampaikan pemberitahuan jika ada jadwal perjalanan umroh sunnah dan ziarah.

“Jadi kita bisa memantau jamaah mana yang bisa atau tidak untuk mengikutin kegiatan tersebut. Selama ini kami tidak diberitahu mengenai rencana perjalanan KBIH dan tiba-tiba sudah berjalan saja,” katanya.

Dihubungi terpisah TKH JKG 03 dr Puti Kalindan Suto mengakui tak bisa mencegah jamaah haji untuk tidak ikut program yang dibuat KBIH.  Karena faktanya di lapangan KBIH memiliki kekuatan penuh membawa jamaah haji kemanapun mereka mau. 

“Berdasarkan pengalaman saya bertugas tahun ini memang kami para petugas kloter kadang kalah power terhadap KBIH yang sudah bertahun-bertahun pengalamannya antar jamaah ke Tanah Suci,” katanya.

Meski demian kata dia, sebagai dokter kloter sudah mengingatkan jamaah sejak di Tanah Air, mana saja ibadah yang harus diprioritaskan jamaah haji. Jamaah terus diedukasi mana ibadah wajib dan sunnah yang harus dijalankan.

“Jadi peran TKH sangat penting dalam penentuan aktivitas jamaah haji, tapi tidak sedikit KBIH yang sudah tau porsinya dokter untuk kegiatan sunnahnya,” katanya.

Puti menceritakan, di kloternya ada satu yang mengeluh kaki bengkak setelah melaksanakan umroh sunnah dua kali. Meski kakinya bengkak, jamaah tersebut akan melaksanakan umroh lagi. 

Karena hal itu, Puti meminta jamaah tersebut tidak memaksakan diri ikut melaksanakan umroh, karena jamaah itu didiagnosa mengalami gagal jantung kongestif (CHF). Akhirnya setelah dilakukan komunikasi persuasif dengan memberikan penjelasan kepada karomnya bahwa jamaah tersebut tidak bisa ikut umroh sunnah dan harus dibawa ke KKHI. 

“Dan Alhamdulillah teratasi dengan baik dan jamaah haji tersebut bisa menjalani proses haji sampai tuntas. Alhamdulillah karom/KBIH maupun mandiri di JKG03 sangat kooperatif dan mengerti,” katanya.

IHRAM