Jangan Korbankan Persaudaraan Demi Kontestasi Politik Lima Tahunan

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kontestasi politik menjadi bagian tak terpisahkan. Begitu pula dengan proses pemilihan umum (Pemilu) yang menjadi momen penting dalam perjalanan demokrasi suatu negara. Namun, dalam prosesnya, kita tidak boleh melupakan nilai-nilai persaudaraan yang sangat ditekankan dalam Islam.

Kontestasi politik dalam Pemilu seharusnya tidak menjadi alasan untuk merenggangkan persaudaraan dan menimbulkan permusuhan di antara sesama warga negara. Sebaliknya, momen Pemilu seharusnya dijadikan sebagai panggung untuk memperkuat persatuan dan mempererat tali persaudaraan di antara beragam lapisan masyarakat.

Pemungutan suara telah usai, tetapi proses perhitungan terus berlangsung. Kita wajib hormati proses yang ada dengan tidak menimbulkan euphoria kemenangan sebelum waktunya. Begitu pula kita tidak boleh menebar permusuhan seolah kondisi negeri ini sangat darurat dan genting tentang krisis demokrasi.

Persaudaraan adalah segalanya sementara Politik Pemilu adalah musiman. Allah SWT dalam Al-Quran berfirman: “Dan hendaklah kamu sekalian bersama-sama berpegang teguh kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.” (QS Ali Imran: 103)

Ayat ini menegaskan bahwa persaudaraan adalah karunia besar dari Allah SWT kepada umat manusia. Mereka yang sebelumnya hidup dalam permusuhan dan permusuhan, Allah menyatukan hati mereka dalam tali persaudaraan yang kuat.

Islam mengajarkan umatnya untuk menjauhi sikap bermusuhan dan membina hubungan yang penuh kasih sayang serta saling menghormati. Rasulullah Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya seorang mukmin bagi mukmin yang lain itu ibarat sebuah bangunan, yang setiap bagiannya saling menguatkan satu sama lain.”

Hadis ini menekankan betapa pentingnya persaudaraan dalam Islam. Setiap individu dalam masyarakat, terlepas dari latar belakang dan pilihannya dalam kontestasi politik, seharusnya berperan sebagai bagian dari bangunan yang kokoh, saling menguatkan satu sama lain.

Pemilu seharusnya menjadi momentum untuk memperkuat persatuan dan persaudaraan di antara berbagai elemen masyarakat. Alih-alih memperkuat perpecahan, mari kita jadikan Pemilu sebagai wahana untuk menunjukkan kedewasaan politik kita dan semangat kebersamaan kita sebagai bangsa.

Jika kita melihat perbedaan sebagai pelengkap, bukan sebagai pemisah, kita dapat membangun kehidupan berbangsa yang lebih kokoh dan harmonis. Marilah kita memupuk sikap saling menghormati, saling mendukung, dan saling mencintai sebagai warga negara yang beradab.

Mengingat nilai-nilai Islam yang mengedepankan persaudaraan dan toleransi, marilah kita bersama-sama menjaga kebersamaan, menghormati perbedaan, dan merajut persatuan dalam keragaman. Dengan demikian, Pemilu bukanlah momen untuk memecah belah, tetapi untuk mempersatukan kita sebagai satu bangsa yang besar.

Dalam menjalani kontestasi politik, mari kita bawa semangat keislaman yang memperkuat persaudaraan dan menghindarkan sikap bermusuhan. Dengan begitu, kita dapat meraih kemenangan sejati sebagai bangsa yang bersatu dan berdaulat.

Kemenangan bagi siapapun adalah kemenangan bagi rakyat Indonesia. Proses demokrasi telah dan terus berlangsung menandai sistem ini masih dipercaya dalam mengatur sistem bernegara dan bermasyarakat. Jangan hancurkan kepercayaan publik karena ketidakpuasaan dan kekecewaan politik. Dalam kontestasi ada yang kalah dan menang. Tetapi yang terpenting persaudaraan kebangsaan adalah tujuannya.

ISLAMKAFFAH