Kita harus menyadari bahwa tak ada satupun manusia yang tak memiliki dosa, entah itu orang lain ataupun diri kita sendiri. Alasannya karena sebaik-baiknya manusia tetap memiliki hawa nafsu dan juga ada setan yang sudah berjanji akan menjerumuskan manusia dalam kesesatan.
Manusia bukanlah malaikat yang dijamin tidak akan pernah melakukan kesalahan dan berbuat maksiat terhadap Allah. Tentu malaikat adalah satu-satunya makhluk yang akan selalu taat akan apapun yang di perintahkan Allah. Rasulullah bersabda, “Jikalau kalian tidak berbuat dosa, niscaya Allah akan menggantikanmu dengan suatu kaum yang pernah berbuat dosa, hingga mereka memohon ampunan dan Allah mengampuni mereka,” (HR. Muslim).
Artinya tak akan ada manusia yang luput dari dosa, namun sayangnya terkadang ada mansusia yang justru gemar mengumbar kesalahan orang lain dan dijadikan bahan perbincangan atau ghibah. Bahkan di era digital seperti sekarang ini, banyak sekali kita lihat orang yang dengan sengaja memposting sebuah kesalahan bahkan aib dari manusia lain untuk dikonsumsi oleh publik.
Padahal bisa saja pelaku dosa tersebut sudah bertaubat dari dosa yang ia lakukan, namun kita justru malah mengumbar aib saudara kita sendiri yang sudah mengakui kesalahannya dan sedang memperbaiki diri. Perintah Allah untuk tidak mengumbar aib dan keburukan yang dilakukan orang lain.
Saat itu, ketika salah satu sahabat Rasulullah Salman al Farisi selesai makan ia langsung tidur dengan mendengkur. Kelakuan Salman diketahui orang lain dan menjadi bahan pergunjingan, hingga akhirnya aib tersebut tersebar luas. Atas kejadian tersebut Allahpun menurunkan sebuah ayat, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Hujurat:12).
Aib adalah sesuatu yang ada pada diri seseorang yang sifatnya buruk atau tidak menyenangkan. Karena itu, sudah semestinya aib harus ditutup rapat-rapat dan tak boleh disebarkan. Meski bukan sejenis hoaks, namun aib sesuatu yang buruk sehingga tak boleh diketahui orang lain.
Banyak kejadian yang cukup menyita perhatian, ialah hal tentang perselingkuhan yang banyak tersebar dalam aplikasi tiktok dan apapun yang berbau perselingkuhan bisa di pastikan menjadi trending. Masyarakat yang tidak mengetahui apa yang sedang terjadi justru heboh membicarakannya bahkan mencela serta terlalu banyak berkomentar dengan menerka-nerka saja.
Padahal mereka yang sedang sibuk berkomentar dan menghakimi bisa saja terjerumus dalam dosa yang sama karena ada faktor kagum terhadap dirinya sendiri, sombong dan mensucikan diri. Tentu ini bentuk kesombongan yang nyata dan sangat merendahkan orang lain.
Apabila seorang manusia mampu menjelek-jelekkan manusia lainnya yang telah melakukan dosa, maka bisa jadi ia akan melakukan dosa tersebut juga. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Setiap maksiat yang dijelek-jelekkan pada saudaramu, maka itu akan kembali padamu. Maksudnya, engkau bisa dipastikan melakukan dosa tersebut.” (Madarijus Salikin, 1: 176)
Manusia memang bisa menilai perilaku manusia lainnya, dengan apa yang Nampak bathil dan apa yang haq, mana yang haram dan mana yang halal. Namun, sebagai manusia kita tidak bisa menghakimi hati seseorang karena tak ada satupun manusia yang berhak menghakimi manusia lainnya. Karena penghakiman yang dilakukan oleh manusia kepada manusia lainnya termasuk dalam suul adab atautidak memiliki tata krama kepada Allah.
Lantas siapakah kita, sampai kita berani menghakimi orang lain yang jelas dalam diri kita juga tak lepas dari dosa. dan besar kecilnya sebuah dosa, hanya Allahlah yang berhak menilainya. Karena sejatinya Allahlah sang pemilik kehidupan.