Hari Tarwiyyah, 8 Dzulhijah, adalah hari dimulainya hajjul akbar di mana seluruh kaum Muslimin dan Muslimat berbondong-bondong berangkat dari Makkah ke Mina. Pada hari Kamis, 8 Dzulhijah, Rasulullah Muhammad SAW memerintahkan kepada kaum Muslimin yang sudah bertahallul (menggunting rambut dan melepaskan ihram) karena tidak membawa hewan hadyu (kurban), untuk memakai ihram buat haji.
Rasulullah dengan berkendaraan unta bernama Qashwa bersama-sama para sahabatnya dan kaum muslimin yang berjumlah 114 ribu orang, berangkat menuju Mina, sekitar 7 kilometer dari Makkah. Di Mina, Rasulullah bermalam, menegakkan shalat Zhuhur, Asar, Maghrib, Isya, dan Subuh. Pada hari Arafah, 9 Dzulhijah, Rasulullah SAW berangkat menuju Namiroh, sebuah tempat dekat Padang Arafah, setelah matahari terbit, melewati Masy’aril Haram.
Sesampainya di Namiroh, Rasul berhenti di suatu gua (sekarang sudah tidak ada) yang di depannya telah dipasang tenda, dan beliau beristirahat di situ hingga pada waktu menjelang zawal (tergelincir matahari). Kemudian Rasul turun ke Wadi (lembah) Namiroh (sekarang Masjid Namiroh) dan berkhutbah di sana yang terkenal dengan ‘Khutbatul Wada’. Dalam khutbah yang panjang itu beliau meninggalkan pesan-pesan yang sangat penting bagi umat Islam. “Aku tinggalkan dua perkara untuk kamu sekalian (kaum Muslimin), kamu tidak akan sesat selama-lamanya jika kamu berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabullah (Alquran) dan sunah Nabi-Nya,” katanya.
Kemudian Beliau menyuruh orang untuk azan dan iqamat, lalu Beliau shalat dua rakaat. Kemudian Beliau memerintahkan iqamat lagi, dan Beliau shalat dua rakaat lagi. Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, bahwa Rasulullah menjamak shalat Dzuhur dengan Ashar, masing-masing dua rakaat dengan azan dan iqamat seperti di atas. Rasul tidak melakukan salat selain yang telah dikerjakannya itu, dan sekalian sahabat serta muslimin lainnya dan yang datang dari Makkah mengerjakan salat seperti shalatnya Rasulullah.
Di Padang Arafah
Jabir berkata, kemudian Nabi SAW mengendarai unta menuju ke tempat wukuf (mauqif) di sebuah batu terhampar, Beliau menghadap ke kiblat. Beliau wukuf di Arafah itu hingga terbenamnya matahari. Beliau memerintahkan agar semua manusia (Muslimin) keluar dari lembah ‘Irnah (Namiroh) untuk berwukuf dan bersabda, “Saya berwukuf di sini, tetapi seluruh Arafah ini adalah mauqif (tempat wukuf).” Kemudian Rasulullah memerintahkan pula untuk berwukuf di Masy’aril Haram setelah mereka bertolak dari Arafah, sebab itu adalah dari peninggalan Nabi Ibrahim as.
Di sinilah Ahlu Najd (warga Najd) pernah bertanya kepada Rasul tentang persoalan haji. Rasul Allah menjelaskan, “Haji itu adalah Arafah. Barang siapa melaksanakan wukuf sebelum subuh, maka sungguh ia menjumpai haji. Hari Mina adalah hari tasyrik. Barang siapa yang tergesa dalam masa dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barang siapa berakhir (memenuhi tiga hari), maka tidak pula dosa baginya.”
Ketika berdoa, Rasulullah mengangkat tangannya setinggi dada. Dan di Arafah itu Rasul bersabda, “Sebaik-baik doa adalah doa di Arafah.” Di Arafah ini turun ayat, “Al-yauma akmaltu lakum diinakum wa-atmamtu ‘alaikum bini’mati warodliitu lakumul Islaama diina (Pada hari ini telah Aku (Allah) sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagi kamu sekalian.” (Alquran, surat al-Maidah, ayat 3).
Di Arafah ini pula seorang sahabat yang sedang berpakaian ihram jatuh dari untanya dan meninggal dunia. Kemudian Rasul memerintahkan para sahabat untuk memakamkannya tanpa dimandikan dan diberikan wewangian dan tanpa ditutup kepalanya, sebab besok pada hari kiamat, ia akan dibangkitkan dalam keadaan bertalbiyah.
Mabit di Muzdalifah
Pada malam hari Nahar, 10 Dzulhijjah setelah terbenam matahari, Rasulullah SAW bertolak dari Arafah menuju Muzdalifah. Di belakang untanya duduk Usamah bin Zaid, dan dalam perjalanan Nabi bertalbiyah. Sesampainya di Muzdalifah, Nabi memerintahkan adzan dan iqamat, kemudian Beliau shalat Maghrib. Selesai shalat, Nabi perintahkan iqomat lagi, kemudian shalat Isyah qashar.
Kemudian Beliau mabit (bermalam) di Muzdalifah dan mengizinkan keluarganya untuk datang ke Mina sebelum fajar karena kondisi mereka lemah. Rasul mewasiatkan keluarganya agar tidak melempar jumrah sampai matahari terbit.
Pada awal waktu Subuh, Rasulullah memerintahkan untuk azan dan iqamat dan Beliau melakukan shalat Subuh. Kemudian Nabi pergi menuju Masy’aril Haram dan Beliau berzikir dan berdoa di situ hingga di ufuk timur terlihat merah sekali (tanda akan terbitnya matahari).
Melempar jumrah
Selanjutnya dengan membonceng Fadlal bin Abbas, Rasulullah SAW berangkat menuju Mina–diikuti oleh seluruh kaum Muslimin, dan Beliau bertalbiyah serta memerintahkan kepada Fadlal agar mengambil batu kerikil di sepanjang jalan yang dilaluinya. Sewaktu sampai di lembah Wadi Muhassir (sekarang sudah tak tampak), maka Rasul mempercepat jalan untanya, Qashwa. Sampai di Mina, waktu menunjukkan sudah awal waktu Dhuha. Beliau melempar jumrotul aqobah (jumrotul kubro) dengan tujuh kali lemparan batu kerikil, dan bertakbir pada setiap akan melempar.
Rasul melempar jumrotul aqobah dari lembah di atas untanya dan dipayungi oleh Usamah, sedangkan Bilal memegang kendali untanya. Kemudian beliau kembali ke Mina dan berkhutbah di sana. Setelah itu, Nabi memotong hewan hadyunya (kurban) sebanyak 63 ekor kambing dengan tangan beliau sendiri dan memerintahkan kepada Ali untuk menyembelih selebihnya (37 ekor). Dan Rasul memerintahkan daging kurban itu diberikan kepada masakin (orang-orang miskin).
Setelah selesai menyembelih kurbna, Ia memanggil Mu’ammar bin Abdullah, tukang cukur untuk mencukur rambut Beliau. Di kala Mu’ammar berdiri dengan pisau cukurnya, Rasul bersabda, “Hai Mu’ammar, Rasulullah menempatkanmu pada daun telinganya dengan pisau terbuka.” Maka Mu’ammar menjawab, “Ya Rasulullah inilah kenikmatan Allah atas diri saya.”
Rasul memerintahkan agar dicukur sebelah kanan dahulu, kemudian baru yang sebelah kiri. Selesai itu, rambut itu diserahkan kepada Abu Thalhah dan dia membagikannya di antara orang-orang yang di dekatnya. Khalid bin Walid mendapatkan bagian itu.
Tawaf Ifadah
Rasulullah SAW kemudian berganti pakaian dan istrinya Aisyah mengharuminya. Kemudian beliau meneruskan perjalanan menuju Makkah al-Mukarramah untuk melakukan tawaf ifadah pada hari Nahar, 10 Dzulhijah itu. Beliau shalat Zhuhur di luar kota Mina dan kembali ke Mina setelah melakukan Thawaf Ifadloh. Menurut riwayat Muslim dari Jabir bin Abdullah, Rasul shalat Dzuhur di Makkah pada tanggal 10 Dzulhijjah dan kembali ke Mina untuk bermalam di sana selama hari-hari tasyrik.
Pada hari kedua, tanggal 11 Dzulhijah, Rasulullah tidak melontar jumrah melainkan setelah zawalus syamsi (tergelincirnya matahari). Pada hari itu, beliau melempar jumrah dengan tujuh kali lempar. Setiap lemparan Beliau mengucapkan: Allahu Akbar. Ketika melempar jumrah, beliau menghadap ke kiblat. Seusai melempar, Beliau menengadahkan tangan (mengangkat tangan tinggi-tinggi) sambil berdoa, lama sekali. Kemudian beliau menuju jumrotul wustho. Sebagaimana di jumrotul ula, Beliau menghadap kiblat, kemudian melempar tujuh kali, dan berdoa setelah selesai melempar.
Selanjutnya, Beliau menuju jumrotul aqobah dan melemparnya dengan tujuh buah batu kerikil seperti yang dilakukan pada jumrah sebelumnya. Beliau menghadap ke utara sehingga Ka’bah berada di sebelah kiri dan Kota Mina di sebelah kanannya. Selesai melempar jumrah, beliau cepat-cepat meninggalkan jumrah itu tanpa berdoa. Dalam melaksanakan haji tersebut, Rasulullah berdoa di enam tempat, yaitu di Shafa dan Marwah, ketiga di Arafah, keempat di Muzdalifah, kelima di jumrotul ula, dan keenam di jumrotul wustho (Mukhtashor Siratur-Rasul: II/397).
Dan beliau berkhutbah empat kali, pertama di Dzulhulaifah (Bir Ali), kedua di Arofah, ketiga di Mina pada tanggal 10 Dzulhijjah, dan keempat juga di Mina pada tanggal 12 Dzulhijjah. Pada tanggal 13 Dzulhijjah, Rasulullah SAW keluar dari Mina setelah Dzuhur (dalam riwayat lain ada dikatakan menjelang waktu Dzuhur), dan singgah di al-Abthoh, perkampungan Bani Kinanah dan shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya di sana.
Rasul kemudian meneruskan perjalanan ke Makkah, dan melaksanakan tawaf wada’ pada waktu sahur. Beliau tidak berlari-lari kecil pada tiga putaran pertama sebagaimana biasanya Beliau melakukan, Beliau berjalan biasa. Menjelang waktu Subuh beliau siap keluar Kota Makkah untuk kembali ke Madinah. Beliau meninggalkan Makkah sebelum waktu Subuh, seusai Aisyah mengerjakan umrah dan thawaf wada’.