ISTILAH joki tak cuma di ujian masuk perguruan tinggi negeri saja. Di Masjidil Haram, pengurus dan jamaah haji dan umrah asal Indonesia juga mengenal istilah “Joki Hajar Aswad”.
Hajar Aswad, seperti dilansir lembaga proyek Pengagungan Proyek Suci Haramain 2010, adalah batu dari surga yang dibawa oleh malaikat Jibril. Lokasinya di sudut timur Kakbah, diantara pondasi (zadsarwan) dan dinding kakbah. Tingginya 1,10 m dari lantai thawaf.
Dibungkus lempengan oval perak, Hajaratul Aswad menjadi batas titik dinding multazam dengan pintu emas kakbah.
Multazam dari kata iltizam, yang berarti “pasti”. Diriwayatkan dan diyakini jadi tempat doa para nabi usai mencium 8 kepingan kecil batu putih sorga, yang disatukan dalam batu hitam.
Joki hajar aswad adalah profesi sampingan sejumlah pekerja, tenaga kerja Indonesia. Kebanyakan dari mereka tenaga musiman (temus) di Mekah yang berusia 20 hingga 31 tahun.
Berkonotasi negatif, sebab memperdagangkan ritual haji/umrah yang suci untuk mendapat keuntungan material.
“Salah kalau dianggap mereka mahasiswa Indonesia, mereka temus, kebanyakan dari Sunda, Madura, dan di musim haji banyak dari Makassar,” kata M Sabri, salah seorang mutawwif haji/umrah asal Gowa, Sulsel yang kerap bersentuhan dengan joki ini.
Tugas mereka, gampang-gampang susah. Memastikan, jamaah yang menggunakan jasanya bisa mencium batu hitam di sudut kubus Kabah.
“Sedekahnya tergantung jamaah,” kata Asep, buruh bangunan di Grand Zam-zam, yang mulai habis Maghrib, beralih profesi jadi joki hajar aswad.
Saat menyebut angka 50 real, atau setara Rp 150 ribu, dia tersenyum. “Yang dibawa perempuan usia berapa, berapa orang,” dia tanya balik, saat tribun menanyakan bayaran jasanya.
Tribun bertemu dengan Asep, pria usia 29 tahun ini, tanpa sengaja di selasar jalan akses dari super market Bin Dawood, di Hilton Tower dengan pintu utara Pelataran Masjidil Haram.
Jasa mereka banyak dipakai oleh pengurus haji atau mutawwif. Bayaran rata-rata yang beredar antara 100 Real bahkan ada yang berani bayar 400 hingga 500 real.
Bayaran juga kadang tergantung pondok/hotel tempat menginap. Jika hotel mewah, bayarannya tinggi. Kalau hotel pinggiran bisa 75 hingga 100 SR per orang.
Mereka kebanyakan meladeni perempuan. Usia jamaah juga menentukan tarif. Kian berumur seorang klien jamaahnya, bayarannya bisa dua kali lipat.
“Umurnya berapa Pak,” kata Asep saat tawar menawar dengan Tribun.
Asep, seperti joki-joki lain, memiliki potongan tubuh seragam. Tingginya sekitar 165 cm dengan berat taksiran 55 hingga 60 kg.
“Kalau badan besar, susah tembus, kecil gampang nyelinap di antara orang Turki, Yaman, Afrika, Pakistan, dan Mesir,” kata Sabri.
Transaksi dilakukan di luar area masjidil haram. Jika sudah ada kesepakatan waktu, harga, dan tempat “kencan” di dekat kakbah, panjar dibayar setengah.
Sisanya, usai jamaah mencium. Jika sudah ada kesepakatan, ada pertukaran nomor telepon genggam.(thamzilthahir)