Kalau Sudah Makrifat, Tidak Lagi Perlu Shalat? Buya Arrazy; Kebatilan yang Mutlak

Pada satu kesempatan Buya Arrazy Hasyim ditanya terkait, apakah seseorang kalau sudah makrifat tidak perlu shalat? Pasalnya jamak dijumpai orang yang mengaku telah ma’rifat dengan enteng berkata “Allah kan sudah ada dalam diri kita.  Kalau shalatnya baru  sujud dan rukuk, itu belum shalat,” begitu klaimnya.   

Mendengar pertanyaan tersebut, Buya Arrazy menjawab, lewat video yang dikutip dari Cafe Rumi Jakarta Buya Arrazy bahwa klaim tersebut tidak mendasar. Lebih jauh lagi, itu sikap yang bathil.  Pasalnya, seorang yang sudah makrifat tidak akan meninggalkan shalat. Shalat adalah puncak tertinggi dari makrifat.

Hal itu sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an Q.S Thaha/20; 14;

اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ – ١٤

Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah shalat untuk mengingat Aku.

Menurut Buya Arrazy, dalam Q.S Thaha/;24 di atas, Allah mengenalkan diri-Nya pada orang yang shalat. Maka untuk mengenal Allah, hendaklah shalat.  Untuk itu dari ayat 14 ini, bisa kita ambil istinbat hukum bahwa shalat adalah penghujung makrifat.

“Siapa saja yang bermakrifat, pasti dia mendapatkan puncaknya yaitu shalat. Pengenalan makrifat tanpa ibadah dan shalat adalah kebatilan yang mutlak,” terangnya.

Lebih jauh kata Buya Arrazy, Nabi merupakan orang yang paling makrifat di atas muka bumi imi.  Tak ada orang yang melebihi  Nabi dalam hal mengenal Allah (makrifah fil  Allah). Kendati demikian, kita tak menemukan riwayat, Rasulullah meninggalkan shalat  sampai akhir hayatnya–sepanjang usia Nabi.

Sementara itu, mengutip Tafsir Al Misbah karya Quraish Shihab, ayat tersebut mengandung hikmah di balik perintah melaksanakan shalat. Tak bisa dipungkiri, shalat yang baik benar akan mengantarkan seorang mengingat kebesaran Allah dan mengantarnya untuk melaksanakan perintah-perintah Allah, serta menjauhi larangan-Nya.

Pada sisi lain, Buya Arrazy menasehati, sebagai seorang hamba, seyogianya kita melaksanakan shalat dengan khusuk dan baik. Pasalnya, banyak orang yang shalat tidak membenarkan niatnya, tidak menyempurnakan shalatnya, sehingga ibadahnya tidak bermakna di sisi Allah.

“Seyogianya seorang muslim memperbaiki amal dan ibadahnya, tidak menuding orang lain. Dan tidak menjadi juri orang lain,” tutupnya.

BINCANG SYARIAH