Relasi damai Islam dan non muslim sudah terjalin sejak awal Islam muncul. Perbedaan agama, tak menjadi jurang pemisah antara masyarakat muslim dengan Yahudi, Kristen, Zoroaster, dan sebagian kaum pagan Mekah. Praktik toleransi itu langsung dicontohkan oleh Rasulullah. Nabi sendiri
Yusuf Qardhawi dalam kitab Goiru al Muslim fi almujtama’ al Islami, memuat kisah pelbagi kebaikan terhadap non muslim. Nabi senantiasa bergaul dengan masyarakat ahli kitab. Dalam suatu waktu, Nabi bertandang pada tetangga yang non muslim. Memuliakan mereka, dan mengunjungi tetangga yang sedang sakit.
Dr. Yusuf Qardhawi berkata;
وتتجلى هذه السماحة كذلك في معاملة الرسول صلى الله عليه وسلم لأهل الكتاب يهودًا كانوا أو نصارى، فقد كان يزورهم ويكرمهم، ويحسن إليهم، ويعود مرضاهم، ويأخذ منهم ويعطيهم.
Artinya; Rasulullah senantiasa menyemarakkan toleransi dalam pergaulan dengan ahli kitab, sama ada itu Yahudi dan Nasrani, maka sesungguhnya Nabi mengunjungi mereka untuk bersilaturrrahmi, dan nabi juga memuliakan mereka, dan berbuat kebajikan pada mereka, dan mengunjungi orang yang sakit, dan ia mengambil dari mereka dan juga memberi pada mereka.
Pada sisi lain, sebagaimana termaktub dalam kitab Goiru al Muslim fi almujtama’ al Islami, sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Hasan—seorang ahli fikih dan pakar perundang-undangan dari mazhab Hanafi—, bahwa Rasulullah menyerahkan bantuan harta pada penduduk Mekah ketika terjadi musim paceklik (kemarau). Bantuan itu dibagikan pada penduduk yang miskin dan fakir, tanpa melihat latar belakang agamanya.
Sementara itu, Ibnu Ishaq dalam kitab Sirah Ibn Ishaq, mengisahkan, pada suatu waktu ada sekelompok Kristen dari Bani Najran datang ke Madinah. Saat mereka tiba bertepatan dengan waktu Ashar, kemudian mereka langsung masuk ke dalam Masjid.
Melihat non muslim masuk ke dalam masjid, para sahabat yang hadir berencana untuk menghalau dan melarang mereka masuk masjid. Mengetahui rencana para sahabat, Rasullah lantas berkata, “Biarkan kamu mereka,”. Kemudian, dalam masjid itu, kaum Kristen Najran melaksanakan sembahyang dengan menghadap ke arah Timur.
Pada kesempatan lain, Rasulullah juga pernah bersedekah pada seorang Yahudi. Kisah ini diriwayatkan oleh Said bin Musaib, bahwa Rasulullah memiliki tetangga yang beragama Yahudi. Adapun tetangga Nabi ini tergolong orang yang miskin. Karena kemiskinan itu, Rasulullah sering memberikan sedekah padanya.
Ketika non muslim meninggal dunia, Rasulullah tetap menghormati mereka. Hal itu sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari. Suatu waktu, ada iring-iringan jenazah yang lewat di hadapan Nabi dan para sahabat. Melihat rombongan dan iring-iringan orang yang mengangkut jenazah tersebut, Nabi pun segera berdiri. Itu beliau perbuat sebagai tanda penghormatan bagi jenzah tersebut.
Melihat baginda nabi berdiri, sahabat segera memberitahu, “ Itu jenazah orang Yahudi,” kata sahabat pada Nabi. Rasulullah pun bersabda, “Bukankah jenazah itu juga seorang manusia?” timpal Rasulullah.
Pelbagai kisah ini memberikan sinyal bahwa Nabi sosok yang menghormati siapapun, termasuk non muslim. Beliau menjalin kerjasama dengan Yahudi dan Kristen. Perbedaan doktrin teologis, tak menjadi penghalang bagi beliau untuk senantiasa berbuat kebajikan.