Oleh Rahmat Saptono Duryat
Buya HAMKA berbagi kisah dalam bukunya. “Kalau saya bawa bermenung saja kesulitan dan perampasan kemerdekaanku itu, maulah rasanya diri ini gila. Tetapi akal terus berjalan; maka ilham Allah pun datang. Cepat-cepat saya baca Alquran, sehingga pada lima hari penahanan yang pertama saja, tiga kali Quran khatam dibaca. Lalu saya atur jam-jam buat membaca dan jam-jam buat mengarang tafsir Alquran yang saya baca itu. Demikianlah hari berjalan terus dengan tidak mengetahui dan tidak banyak lagi memikirkan bilakah akan keluar”
Akhirnya, beliau dibebaskan dari penjara setelah sempat mengkhatamkan Alquran lebih dari 150 kali dan menulis tafsir Alquran 28 juz hanya dalam masa dua tahun (juz 19 dan 20 telah ditafsirkan sebelum dipenjara).
Bagi Buya HAMKA kisah menjadi salah satu bukti kebenaran janji Allah SWT dalam kitab-Nya. “Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” QS. al-Insyirah(94):4-5. Demikian janji Allah kepada Rasul-Nya, saat dihimpit kesulitan. Allah SWT bahkan memberi penekanan dengan mengulangnya.
Jika kita renungkan maknanya, dapat kita pahami bahwa kemudahan diciptakan bersama dengan kesulitan. Kesulitan dan kemudahan bagaikan satu paket yang tidak terpisahkan (built-in). Rasulullah SAW, sebagaimana dikutip Ibnu Katsir dari riwayat Anas bin Malik, pernah mengilustrasikannya saat duduk bersama para sahabat di depan sebuah batu. “Saat kesulitan datang dan masuk batu ini, maka kemudahan pasti akan datang dan masuk pula menghilangkan kesulitan tersebut”
Dalam tafsir Ibnu Abbas RA lebih jauh diterangkan bahwa Allah Ta’ala menyebut “satu kesulitan di antara dua kemudahan”. Menurut penjelasan ulama, alasannya adalah karena kesulitan (al-usr) yang tersurat di dalam dua ayat tersebut memiliki bentuk definitif atau tunggal. Jadi, walaupun disebut dua kali, cuma satu kesulitannya. Sementara itu, kemudahan (yusr) diekspresikan dengan indefinite article yang mengindikasikan bentuk jamak.
Terkait hal ini, Buya HAMKA pernah berkisah pula tentang syair lagu yang sering didengarnya dari Buya AR Sutan Mansyur iparnya.
“Apabila bala bencana telah bersangatan menimpamu. Fikirkan segera Surat Alam Nasyrah. ‘Usrun terjepit di antara dua Yusran. Kalau itu telah engkau fikirkan, niscaya engkau akan gembira.”
Syair itu sangat membekas dalam ingatan dan hatinya. Mungkin, dengan sebab itulah ilham Allah SWT datang saat Buya HAMKA dihimpit kesulitan dalam penjara. Wallahu’a’lam.