Dr. Auda menyebut melalui keikhlasan ini seseorang dapat mengubah kebiasaan sehari-hari menjadi ibadah yang berpahala. Makan, minum, pergi bekerja, menikah, bepergian, membeli, menjual dan semua perbuatan dan kebiasaan lainnya, bisa menjadi ibadah yang berpahala.
Misalnya, seseorang boleh makan agar tidak merasa lapar. Tapi, seseorang juga bisa makan dan memiliki niat yang tulus untuk bisa beribadah kepada Allah. “Niat ini menjadikan makan itu sendiri sebagai ibadah yang berpahala,” ucap dia.
Tindakan sesederhana membuka pintu itu diubah oleh niat murni.
Seseorang mungkin berpakaian bagus agar terlihat bagus. Tapi, seseorang juga bisa memiliki niat tambahan untuk berterima kasih kepada Allah, menunjukkan kerendahan hati, menyenangkan orang lain, dan sebagainya. Contoh lain, seseorang mungkin bekerja hanya untuk mendapatkan gaji, tetapi ia juga dapat bekerja untuk bersedekah, menunaikan haji, menafkahi keluarga dan sebagainya.
“Semua hal di atas adalah niat yang mengubah kebiasaan kita menjadi ibadah, jika itu tulus dan benar, dan memberi kita momentum dalam perjalanan spiritual kita menuju Allah,” lanjut Dr. Auda.
Beberapa orang melakukan perjalanan menuju Allah SWT hanya melalui shalat pada waktu yang tetap, melalui zakat/amal ketika jatuh tempo dan ibadah tertentu lainnya. Namun, mereka dapat melakukan perjalanan lebih cepat jika belajar bagaimana mengubah kebiasaan sehari-hari menjadi tindakan atau ibadah tambahan.
Banyak Niat
Salah satu Imam Sufi mendengar seseorang mengetuk pintunya, sementara dia memiliki beberapa murid di tempatnya. Sebelum membuka pintu, Imam menyebutkan kepada murid-muridnya beberapa niat tulus yang dia ingat.
Niat yang dimaksud adalah: jika dia membuka pintu dan menemukan orang miskin, dia akan memberinya sedekah; jika dia menemukan seseorang yang membutuhkan bantuan, dia akan membantunya; ketika dia menemukan orang yang hilang, dia akan menunjukkan jalannya; dia akan baik kepada anak kecil yang dia temui; jika dia menemukan orang tua, dia akan menghormatinya; jika dia menemukan murid yang berilmu, dia akan mengajarinya, dan seterusnya.
Tindakan sesederhana membuka pintu itu diubah oleh niat murni menjadi sejumlah ibadah.
Kembali pada pernyataan Ibnu ‘Ataa, Dr. Auda mengajak setiap Muslim selalu memohon kepada Allah SWT untuk menganugerahi keikhlasan, membantu mengubah kebiasaan menjadi ibadah yang tulus, serta menjadikan hidup hanya untuk Dia saja.
“Hai Muhammad, Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku yang aku persembahkan untuk Tuhanku, ibadahku, kebaikan yang aku lakukan dalam hidupku, dan kematian yang telah Allah tetapkan bagiku, semua itu hanya aku persembahkan bagi Allah sebagai Tuhan yang berhak disembah, Tuhan bagi seluruh makhluk, tidak ada sekutu bagi-Nya.” (Al-An`am 162, 163).