Setelah jamaah haji menyelesaikan ibadah umroh haji, jamaah haji baik yang datang dari Madinah (gelombang 1), maupun yang datang dari Jeddah, menunggu tanggal 8 Dzulhijjah untuk bersiap menuju Mina. Bagi yang ingin melaksanakan tarwiyah atau langsung menuju ke padang Arafah bagi yang tidak melaksanakan tarwiyah.
Lalu apa itu Tarwiyah, Kepala Kantor Urusan Haji Konsulat Jenderal (KUH KJRI) Jeddah, Nasrullah Jasam dalam bukunya “Catatan Pelayan Tamu Allah” menjelaskan. Kata dia, hari Tarwiyah dari segi bahasa berasal dari kata rawiya yang berarti minum air yang menghilangkan rasa haus.
Dari sisi istilah, Tarwiyah adalah hari ke-8 di Dzulhijjah, yang biasa juga disebut yaumul an-naqlah atau hari bergesernya jamaah dari Makkah ke Mina. Menurut Imam Al Hafiz Ibnu Hajar, dinamakan hari Tarwiyah, karena jamaah haji membekali diri mereka dan unta-untah mereka dengan air.
“Karena tempat yang mereka lalui dari Makkah ke Arafah tidak didapati sumber-sumber air,” katanya.
Nasrullah menuturkan ada beberapa keutamaan hari Tarwiyah. Hari Tarwiyah termasuk salah satu dari 10 hari di bulan Dzulhijjah di mana Allah SWT bersumpah dalam Alquran dengan 10 hari tersebut karena keutamaan dan keagungannya.
Salam surah Al Fajar ayat 1-2 Allah SWT berfirman yang artinya.
“Allah subhanahu wa ta’ala bersumpah dengan Fajar dan malam yang sepuluh.”
Maka dari itu menganjurkan pada hari Tarwiyah untuk memperbanyak dzikir dengan membaca takbir, tahlil, tahmid dan tasbih. Keutamaan hari Tarwiyah lainnya adalah bahwa berbuat baik pada hari Tarwiyah lebih utama pahalanya dari berjihad di jalan Allah SWT.
Hal ini kata Nasrullah Jassam sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.
“Tiada suatu hari pun yang amal saleh pada hari-hari itu lebih Allah cintai daripada 10 hari ini.(para sahabat bertanya). Wahai Rasulullah, tidak pula dilebihi oleh jihad dijalan Allah? Rasulullah SAW menjawab Ya, tidak pula jihad dijalan Allah, kecuali orang yang keluar berjihad dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun dari hal tersebut. (Diriwayatkan oleh Al Bukhari, Abu Daud, at-Tirmidzi).
Namun kata Nasrullah Jassam pihaknya lebih menganjurkan jamaah haji Indonesia untuk langsung ke Arafah terutama bagi jamaah yang risti dan lansia. Mengingat layanan di mina pada saat Tarwiyah belum sepenuhnya siap, khawatir energi jamaah haji terkuras di mina saat Tarwiyah, sementara keesokan harinya jamaah haji harus melaksanakan wukuf di Arafah yang merupakan inti hajat.
“Bagi jamaah yang masih muda dipersilahkan untuk Tarwiyah dengan catatan dikoordinasi oleh pihak maktab, agar pelayanan dan pendataannya lebih mudah dan terjamin,” katanya.