Surah al-Qalam sempat menceritakan secara detail tentang keluarga kaya pemilik kebun ashhaabul Jannah.Mujahid menyebutkan itu kebun anggur.Mereka bersepakat akan memetik hasil panennya sepagi mungkin sebelum orang-orang miskin datang sebagaimana biasanya untuk mengambil hak mereka Idz aqsammuu layshrimunnahaa mushbihiin. (QS 68: 17).
Kata aqsamuu maknanya kemauan yang kuat. Malam itu pada saat mereka tidur lelap, Allah langsung menghanguskan semua kebun tersebut, Fa thaafa `alaihaa thaaifun mirr rabbika wa hum naaimuun. (QS 68: 19).
Kebun itu menjadi hitam legam, Fa ashbahat kash shariim. (QS 68: 20).
Ini bukti bahwa kemauan yang kuat untuk berbuat jahat, sekalipun belum dilakukan adalah termasuk kemaksiatan. Karena itu Allah langsung menurunkan azab atas mereka. Rasulullah SAW bersabda:Iayyakum wal ma’aashii innal ‘abda layudznibudz dzanba fa yuhrim bihii rizqan qad kaan huyyia lahu (Jauhilah maksiat, sesungguhnya seorang hamba boleh jadi melakukan maksiat, dengannya rezeki yang sudah dipersiapkan baginya menjadi terhalang).” (HR Abu Hatim).
Seharusnya pemilik kebun itu bisa menuai hasil panennya.Namun, karena maksiat yang mereka perbuat dengan bersepakat untuk tidak berbagi kepada fakir miskin, kesepakatan bejat tersebut menghalangi hasil panennya.
Lalu, Allah menggambarkan secara dramatis bagaimana detik- detik hangusnya kebun tersebut.Pagi itu mereka segera saling membangunkan antarmereka supaya tidak terlambat menuju kebun, Fatanadau mushbihiin. (QS 68: 21). Itu mereka lakukan secara diam-diam, Fan thalaquu wa hum yatakhaafathuun. (QS 68: 23). Kata yatakhaafathuun menunjukkan makna ekstrarahasia. Tujuannya supaya tidak ada satupun orang miskin di sekitar mereka yang tahu, Allaa yadkhulannahal yauma `alaikum miskiin. (QS 68: 24).
Mereka yakin pagi itu akan berhasil menguasai hasil kebunnya, Wa ghadau `alaa hardin qaadirin. (QS 68: 25).
Setibanya mereka di kebun yang dituju, ternyata tidak ada sedikit pun dari hasil panen yang bisa mereka petik. Semuanya sudah menjadi tumpukan arang yang berserakan.Tadinya mereka sempat ragu, jangan-jangan ini bukan kebun mereka: Innaa ladhaallun (Kita salah jalan),” kata mereka. (QS 68: 26).
Namun, setelah mereka perhatikan ciri-cirinya, ternyata itu benar. Seketika mereka mengatakan bahwa hari itu mereka tidak ada hasil panen, Bal nahnu mahruumuun.” (QS 68: 27). Lalu mereka segera bertobat dan mengakui atas kesalahannya, Inna kunna hzaalimiin(kami telah berbuat lalim).” (QS 68: 29). Lalu dipertegas lagi, Innaa kunnaa thaahgiin(kami telah melampaui batas).” (QS 68: 31).
Pada saat yang sama, mereka berdoa semoga kebun yang rusak itu diganti oleh Allah dengan yang lebih baik, Asaa rabbuna ayyubdilanaa khairan minhaa.” (QS 68:32). Dr Az Zuhaily menjelaskan bahwa tobat dan doa mereka diterima, lalu Allah menggantinya dengan kebun yang lebih baik.
Diasuh oleh:Ustaz Dr Amir Faishol Fath, Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional & CEO Fath Institute