Canggihnya teknologi komunikasi membuat orang semakin mudah berkomunikasi via alat elektronik atau gadget. Namun ternyata kontak sosial dengan cara tradisional alias tatap muka tetap sangat penting Anda lakukan.
Riset menunjukan mereka yang jarang melakukan komunikasi tatap muka beresiko dua kali lebih besar menderita depresi.
Menelpon anggota keluaga yang sepuh masih jauh lebih baik ketimbang tidak melakukan komunikasi sama sekali.
Riset yang dilakukan peneliti dari Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains Universitas Oregon menunjukan jarang melakukan kontak sosial dalam bentuk tatap muka langsung meningkatkan resiko seseorang menderita depresi dalam kurun waktu 2 tahun berikutnya.
Dalam penelitian ini tim mensurvey 11 ribu orang dewasa berusia 50 tahun keatas sepanjang tahun 2004 dan 201o dalam dua gelombang.
Partisipan yang rutin bertemu dengan keluarga dan teman-teman secara langsung tampaknya lebih sedikit melaporkan mengalami depresi, ketimbang partisipan yang mengaku hanya melakukan komunikasi lewat email atau berbicara lewat telepon.
Mereka yang bertemu langsung dengan keluarga dan teman-teman sedikitnya 3 kali setiap minggu memiliki tingkat gejala depresi paling rendah yakni hanya 6,5 persen, demikian dikutip laman Radio ABC.
Sedangkan individu yang bertemu sekali setiap beberapa bulan atau kurang dari itu memiliki peluang melaporkan gejala depresi sebesar 11.5 persen.
Pemimpin dalam riset ini, Alan Teo mengatakan hubungan tatap muka berperan sebagai semacam vitamin dalam pencegahan depresi.
Menurutnya temuan ini juga relevan dengan anak-anak muda, tapi Poorfesor Nancy Pachana dari Universitas Queensland mempertanyakan kesimpulan ini.
“Orang-orang yang lebih muda sekarang ini lebih nyaman atau mungkin lebih memilih melakukan hubungan via alat elektronik,” katanya.
“[juga] sebagai generasi yang terus bergerak dan aktif saya kira kita jumpai komunikasi semacam ini lebih luas dilakukan oleh kalangan anak-anak muda.”
Pemimpin Kebijakan, Riset dan Evaluasi Beyondblue, Dr Stephen Carbone mengatakan isolasi sosial merupakan faktor resiko yang besar bagi sejumlah kondisi kesehatan mental terutama yang berkaitan dengan depresi.
“Manusia adalah mahluk sosial dan kita bisa bersikap lebih baik jika kita bersama dengan orang lain dalam kebanyakan kasus,” katanya.
“Memiliki interaksi sosial dengan orang lain.. tentu saja merupakan faktor perlindungan.”
Dalam survey pada tahun 2011 dari lembaga Relationships Australia menunjukan komunikasi melalui alat elektronik telah menciptakan populasi orang-orang yang kesepian.
Dalam survey itu terungkap lebih dari 40 persen orang yang menggunakan rata-rata 4 metode teknologi dalam berkomunikasi edngan teman atau keluarganya merasa kesepian, dibandingkan dengan 11 persen dari mereka yang menggunakan satu macam bentuk komunikasi via alat teknologi.
Responden yang mengaku memilih berhubungan lewat jaringan sosial mengalami dampak negatif yang diduga akibat jarang melalukan kontak tatap muka langsung.
Studi ini juga menemukan sering atau jarangnya melakukan percakapan telepon atau menulis surat dan kontak email, ternyata tidak berkaitan dengan depresi.
Tapi Dr Carbone mengatakan melakukan kontak yang berkualitas dengan orang lain adalah lebih baik daripada tidak.
“Bahkan tindakan seperti menelpon nenek secara tiba-tiba itu juga lebih baik ketimbang tidak mempedulikannya sama sekai,” Professor Pachana mengamini pendapat ini, namun menambahkan mempersering kontak dengan teman atau keluarga juga penting.
“Menelpon sekali seminggu ketimbang satu tahun sekali tentu saja akan lebih baik.”
“Menelpon hanya sekali selama satu tahun, itu terdengar sangat membuat depresi kan?”
Dan meski demikian bentuk komunikasi virtual diketahui tidak efektif dalam riset ini, Dr Carbone mengatakan bentuk komunikasi ini masih tetap memberi manfaat bagi inklusi sosial seseorang terutama anak-anak muda.
“Ada hasil yang beragam dalam riset ini tapi sejumlah kajian menunjukan media sosial juga memberikan manfaat dalam menciptakan hubungan yang tidak bisa dilakukan oleh jenis kontak sosial lain,” katanya.
Dr Carbone mengatakan Australia sangat maju dalam hal kesehatan mental elektronik, termasuk dalam hal program aplikasi ponsel maupun program di internet.
“Kita meyakini kalau teknologi sangat relevan dan menjadi wadah yang penting dalam sistem layanan kesehatan mental.”
“Kita memiliki forum di mana orang-orang yang menderita depresi, kecemasan dan mereka yang terdampak oleh keinginan bunuh diri bisa berkomunikasi dengan orang lain melalui media yang sama yakni komunikasi via media teknologi dan banyak orang mengaku mereka sangat diuntungkan dengan model komunikasi ini,”ujarnya.*