Amalan 10 Muharram Mustajab dari KH. Abdul Hamid Kudus

Berikut ini amalan 10 Muharram mustajab dari KH Abdul Hamid Kudus. Dalam kitab Kanzun Najah, ia menyatakan bahwasanya dianjurkan untuk menghidupi malam Asyura’ (10 Muharram) dengan ibadah, karena ini sangat dianjurkan oleh syariat Islam. 

Adapun ibadahnya adalah semisal membaca atau mendengarkan al-Qur’an, memanjatkan doa dan melantunkan dzikir. Karena pada malam tersebut adalah masa  dicurahkannya pertolongan rabbani dan disebarkanya kebaikan. 

6 Amalan 10 Muharram Mustajab

Lebih lanjut, di antara amalan yang dianjurkan oleh Syekh Al-Dairabi antara lain;  Pertama, menyempurnakan wudhu. Kedua, lalu melaksanakan sholat sunnah 2 rakaat. Ketiga,  kemudian membaca ayat kursi sejumlah 360 kali yang mana selalu diawali dengan basmalah, seraya menghadap kiblat.

Keempat, dilanjut membaca Surah Yunus ayat 58 sebanyak 48 kali; 

قُلْ بِفَضْلِ ٱللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا۟ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ

Qul bifaḍlillāhi wa biraḥmatihī fa biżālika falyafraḥụ, huwa khairum mimmā yajma’ụn

Artinya: Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.

kelima, membaca doa berikut sebanyak 12 kali;

اللهم إنّ هذه ليلةٌ جديدةٌ، وشهر جديدٌ، وسنةٌ جديدة، فأعطني اللهم خيرها وخير ما فيها، واصرف عني شرها وشرَّ ما فيها، وشرّ فتنتها ومُحدَثاتها، وشرّ النفس والهوى والشيطان الرجيم. 

Allahumma inna hadzihi laylatun jadidah, wa syahrun jadid, wa sanatun jadidah, fa’a’thinillahumma khoiroha wa khoiro ma fiha, washrif anni syarraha wa syarra ma fiha, wa syarra fitnataha, wa muhdatsatiha, wa syarran nafsi wal hawa was syaithanir rojim. 

Artinya; Ya Allah, ini adalah malam baru, bulan baru, dan tahun baru. Mohon berikan aku kebaikan dan kebaikannya, dan jauhkan dariku kejahatannya dan kejahatan apa yang ada di dalamnya. Serta kejahatan godaan dan fitnah, kejahatan jiwa, nafsu dan setan yang terkutuk.

Kemudian ia menutupnya dengan membaca doa yang bersumber dari Al-Qur’an, membaca sholawat, mendoakan kaum muslimin, lalu membaca tasbih dan tahlil berkali-kali. Maka orang tersebut pada tahun itu akan dijaga dari semua keburukan.

Keenam, dengan faedah dan waktu yang sama, Syekh Al-Ajhuri mengijazahkan untuk membaca kalimat berikut sejumlah 70 kali;

حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ

 Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir. 

Artinya; Cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik pelindung. 

Keterangan tentang amalan 10 Muharram mustajab ini disarikan dari karya KH Abdul Hamid Kudus yang berjudul Kanz Al-Najah  Wa Al-Surur, halaman 18. Mari diamalkan, agar kita dijaga oleh Allah Swt. Semoga bermanfaat dan mujarab, Wallahu A’lam bi Al-Shawab.

BINCANG SYARIAH

Mengapa Muslim di Kota Kudus Tidak Menyembelih Sapi?

Di hari raya Idul Adha, umat muslim sangat dianjurkan untuk melaksanakan kurban sebagai wujud ketaqwaan terhadap Allah Swt.

Tiga perkara yang bagiku hukumnya fardhu tapi bagi kalian hukumnya tathawwu’ (sunnah), yaitu shalat witir, menyembelih udhiyah dan shalat dhuha. (HR. Ahmad dan Al-Hakim)

Musim kurban tentu sangat menyenangkan bagi umat muslim, karena bisa berbagi daging terhadap mereka yang jarang atau tak pernah merasakan makan daging. Sebuah ibadah yang menekankan tentang kepekaan social. Sampai-sampai orang yang di luar Islam pun ingin melaksanakan kurban, namun sayang, kurbannya ditolak oleh warga sebab si pengkurban suka main gusur. Lagi pula syarat untuk berkurban ya harus muslim. Di luar itu tidak sah kurbannya.

Hewan yang bisa dikurbankan salah satunya sapi. Bisa kita lihat di beberapa kota di Indonesia banyak sapi yang menjadi alternatif hewan kurban setelah kambing. Namun berbeda dengan muslim di kota Kudus, Jawa Tengah. Mereka lebih memilih tidak menyembelih sapi. Mengapa kah?

Di Kudus, sebagai kota santri yang terletak lebih kurang 500 km sebelah timur kota Jakarta, umat Islam memang tidak menyembelih sapi untuk kurban di Idul Adha. Mereka memilih menyembelih kerbau. Sebab, hal ini berdasarkan ajaran toleransi yang diajarkan oleh ulama penyebar Islam di kalangan Jawa yakni Sunan Kudus.

Sunan Kudus sangat menghargai umat Hindu yang menghormati hewan sapi. Demi menjaga perasaan Hindu, maka umat Islam diminta tidak menyembelih sapi, tapi diminta menyembelih kerbau. Hal itu menjadi tradisi dari dulu hingga sekarang.

Dari tradisi ini dapat disimpulkan bahwa ini adalah bukti tak terbantahkan akan toleransi umat Islam– bentuk toleransi lain bisa dilihat dari akulturasi Menara Masjid Kudus yang menyerupai candi Hindu. Toleransi ini terbit karena kedalaman ilmu agama Sunan Kudus dan kedalaman imannya. Semakin paham Islam, maka semakin kuat iman, semakin subur kasih sayang dan toleransi dalam jiwa seorang muslim. Tidak malah ‘memaksa Tuhan’ dengan mengganti dana yang harusnya kurban digantikan untuk pembangunan sekolah, atau menuding Islam melakukan pembantaian terhadap hewan tiap tahun.

 

sumber: Paramuda/BersamaDakwah

 

—————————————————————
Umrah resmi, Hemat, Bergaransi
(no MLM, no Money Game, no Waiting 1-2 years)
Kunjungi www.umrohumat.com
atau hubungi handphone/WA 08119303297
—————————————————————