Jangan menjadi orang yang kufur nikmat
Kita tahu bahwa di antara yang sangat banyak berbuat baik dan berjasa kepada kita adalah orang tua. Allah Ta’ala berfirman,
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbuat baik) kepada orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada orang tua-mu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu” (QS. Luqman [31]: 14).
Akan tetapi, banyak kita jumpai seorang anak yang tidak mau membalas kebaikan dan jasa orang tuanya. Mereka inilah orang-orang yang telah kufur nikmat, tidak tahu diri sehingga tidak mau berterima kasih atas kebaikan orang tua yang telah dilakukan kepadanya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لا يَشْكُرُ النَّاسَ
“Tidaklah bersyukur kepada Allah, orang yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada manusia” (HR. Abu Dawud no. 4811, Tirmidzi no. 1954, sahih).
Hadis ini mengandung dua penafsiran sebagai berikut.
Tafsir pertama, tidak mungkin ada seorang manusia yang bisa bersyukur kepada Allah Ta’ala jika dirinya tidak bisa berterima kasih atas kebaikan orang lain (sesama manusia). Padahal, kebaikan yang diberikan orang lain kepadanya tersebut sangat sedikit jika dibandingkan dengan limpahan kebaikan dan nikmat dari Allah Ta’ala kepadanya. Jika dia tidak bisa berterima kasih atas kebaikan yang diberikan manusia kepadanya -yang itu jumlahnya sedikit-, tentunya lebih-lebih lagi dia tidak akan bisa bersyukur (berterima kasih) atas banyaknya kebaikan yang telah Allah Ta’ala limpahkan kepadanya.
Tafsir kedua, hadis tersebut bermakna bahwa Allah Ta’ala tidak menerima (ibadah) syukur seorang hamba kepada-Nya, jika orang tersebut belum bersyukur dan berterima kasih atas kebaikan manusia yang lainnya. Terdapat orang yang (mungkin banyak) bersyukur kepada Allah Ta’ala, namun syukurnya ini tidak diterima oleh Allah Ta’ala sampai dia bersyukur atas kebaikan yang telah diberikan manusia kepadanya.
Bagaimana cara membalas kebaikan orang lain?
Bersyukur atau berterima kasih atas kebaikan orang lain dapat dilakukan dengan cara membalas kebaikan yang telah dia lakukan tersebut. Jika dia tidak bisa membalas, maka balaslah dengan mendoakan kebaikan kepada orang tersebut.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ، فَقَالَ لِفَاعِلهِ : جَزَاكَ اللهُ خَيْراً ، فَقَدْ أَبْلَغَ فِي الثَّنَاءِ
“Barang siapa yang mendapat kebaikan dari orang lain, hendaklah dia mengatakan jazakallah khaira. (Dengan begitu), dia telah maksimal dalam memuji orang tersebut” (HR. Tirmidzi no. 2035, sahih).
Jika ada orang lain yang berbuat baik kepada kita, baik dengan harta, tenaga, atau bentuk kebaikan yang lain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kita untuk membalas kebaikan orang tersebut.
Membalas kebaikan orang lain dapat dilakukan dengan beberapa bentuk.
Pertama, membalas dengan memberikan kebaikan sejenis yang telah dia terima;
Kedua, membalas dengan memberikan kebaikan yang lebih banyak dari kebaikan yang telah dia terima; atau
Ketiga, membalas dengan mendoakan orang yang telah memberikan kepadanya.
Sebagai contoh, ada seseorang yang menghadiahkan sebuah baju kepada kita. Kita bisa membalas kebaikan orang tersebut dengan menghadiahkan baju yang jenis dan jumlahnya sama (kurang lebih harganya sama) (bentuk pertama); atau kita balas dengan memberikan baju dengan jumlah yang lebih banyak (bentuk kedua); atau dengan mendoakan kebaikan terhadap orang yang memberikan hadiah baju tersebut (bentuk ketiga).
Manakah yang paling tepat dalam membalas kebaikan seseorang, perlu melihat kondisi orang yang telah memberikan hadiah atau berbuat baik tersebut. Karena terdapat sebagian orang yang memang lebih tepat dibalas dengan mendoakannya atas perbuatan kebaikan yang dilakukannya. Karena jika dibalas dengan memberikan sesuatu yang sejenis atau lebih mahal, boleh jadi orang tersebut justru akan merasa diremehkan atau dilecehkan, atau sejenisnya.
Jika kita tidak bisa membalas kebaikan yang telah diberikan orang lain kepadanya dengan kebaikan yang sejenis atau kebaikan yang lebih banyak, maka doakanlah dirinya dengan berulang-ulang sampai yakin bahwa kita telah membalas dengan balasan yang setimpal. Di antara doa tersebut adalah ucapan “jazakallah khairan”. Dengan mengucapkan “jazakallah khairan” kepada orang yang berbuat baik kepada kita, maka kita telah berusaha maksimal dalam memuji orang tersebut. Karena jika Allah Ta’ala membalas kebaikannya atas ucapan (doa) kita tersebut, maka dia akan menjadi orang yang bahagia di dunia dan di akhirat.
***
Penulis: dr. M. Saifudin Hakim, MSc., PhD.
Sumber: https://muslim.or.id/67857-bagaimanakah-cara-membalas-kebaikan-orang-lain.html