Kunci Amalan yang Membuat Hidup Lebih “Hidup” ( selesai )

Sambungan artikel PERTAMA

Dan, tentu saja masih banyak kejadian lain yang membutuhkan pemaafan dari kita. Mulai dari cemooh orang di jalanan, sikap cuek mereka dalam berlalu lintas, bahkan sampai pada tahap pasangan begitu sering memprotes kebaikan-kebaikan yang kita upayakan sekuat tenaga, hingga anak yang sepertinya tidak mau mengerti kehendak orang tua. Semua butuh pemaafan.

Ketika kita memaafkan, hal buruk apapun tidak akan mengotori hati, sehingga pikiran kita tetap positif. Tetapi begitu kita tidak memaafkan, emosi akan naik dan tentu saja reaksi dalam tubuh kita menjadi tidak produktif untuk berpikir benar.

Betapa pentingnya memaafkan ini, Allah sampai jadikan sebagai satu poin dari karakter insan bertaqwa.

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡڪَـٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ‌ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ (١٣٤)

“[yaitu] orang-orang yang menafkahkan [hartanya], baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan [kesalahan] orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (134).” (QS. Ali Imran [3]: 134).

Mengapa memaafkan itu penting dan dinilai sebagai wujud ketaqwaan dalam pandangan Allah?

Alasannya jelas, karena memaafkan itu memang tidak mudah. “Forgiveness isn’t always easy.”

Dengan kata lain, orang yang hidupnya suka melampiaskan kemarahan, kekesalan dan tidak mau memaafkan, maka dia telah memastikan dirinya sendiri terperosok dalam ketidakbahagiaan.

Sebab sebuah riset membuktikan bahwa sikap memaafkan akan berdampak positif terhadap kesehatan; gejala fisik, obat yang digunakan, kualitas tidur, kelelahan, dan keluhan somatik. Jadi, memaafkan itu membahagiakan.

Ketiga, bersyukur

Bersyukur satu sisi adalah perintah dari Allah, tetapi sisi yang lain bersyukur adalah kebutuhan hidup manusia itu sendiri.

Orang yang bersyukur akan mendapatkan banyak keuntungan. Mulai dari mengalami stres dalam tingkat terendah dalam menghadapi dinamika kehidupan sampai pada merasakan ketenangan kala malam tiba, terlebih jika diiringi dengan ibadah di malam hari.

Lebih jauh, sebuah studi yang diterbitkan dalam Personality and Individual Differences pada tahun 2012 menyebutkan bahwa bersyukur dapat menjadikan seseorang mengalami lebih sedikit sakit dan nyeri, menimbulkan rasa lebih sehat di dalam hati, terdorong untuk sadar dengan kesehatan dan tenu saja sangat besar kemungkinan berkontribusi untuk berumur panjang.

Oleh karena itu, bersyukurlah kepada Allah, kepada pasangan, kepada anak, kepada tetangga, dan tentu saja kepada orang tua kita, guru dan mereka yang banyak mengarahkan kita pada jalan kebenaran.

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim [14]: 7). Wallahu a’lam.*

 

HIDAYATULLAH

Kunci Amalan yang Membuat Hidup Lebih “Hidup”

MENJADI Muslim itu mudah, murah dan tentu saja berkah. Sebab semua dimensi empiris dan material yang dijalani diliputi oleh dimensi spiritual yang meneguhkan sekaligus menenangkan.

Oleh karena itu, Islam selalu menganjurkan doa dalam setiap aktivitas yang umat Islam lakukan, mulai dari bangun tidur sampai akan tidur lagi, banyak aktivitas yang harus diawali dan ditutup dengan doa. Makan, minum, tidur, berkendara, memakai baju, mandi, dan lain sebagainya.

Tetapi, mengapa masih ada sebagian dari kita yang hidupnya galau, penuh amarah dan karena itu tidak bahagia? Boleh jadi karena tidak memahami Islam atau belum benar-benar meresapi dan mengamalkan ajaran Islam dengan baik dan konsisten.

Tetapi, amalan di dalam Islam kan banyak sekali. Benar, dan karena itu mari kita lihat tiga di antaranya yang merupakan amalan harian yang harus dilakukan oleh umat Islam.

Pertama, Shalat

Shalat sebagai tiang agama mencakup semua dimensi kehidupan, mulai dari gerak fisik, rasa, pikir dan hati, dan yang paling menarik adalah sisi waktunya.

Orang yang Shalatnya tertib akan memiliki kedisiplinan tinggi di dalam kehidupannya. Misalnya soal disiplin waktu. Mereka yang istiqomah Shalat Shubuh apalagi tahajjud, hampir kecil peluangnya untuk terlambat dalam aktivitas kerjanya. Lebih dari itu, wajahnya berseri-seri, karena bangun di waktu yang tepat, yakni di waktu sahur atau sebelumnya.

‘The mind must be fully made up that to rise early is a duty” (Pikiran harus sepenuhnya diarahkan untuk memahami bahwa bangun lebih awal adalah tugas), demikian kata Benjamin Franklin memberikan motivasi.

Tetapi, bagi kita, bangun lebih awal sebenarnya keuntungan besar, karena bisa menghadap Allah melalui beberapa jenis Shalat. Mulai Shalat tahajjud, Shalat witir, Shalat sunnah fajar, sampai Shalat Shubuh.

Katakanlah jika kita tinggal di Jabodebek, bangun jam 4 dini hari, maka sampai tiba waktu shubuh ada empat jenis Shalat yang dilakukan secara berurutan. Artinya, gerak fisik untuk kesehatan tubuh telah ditunaikan.

Dalam teori kesehatan “physical activity” merupakan salah satu hal penting untuk menunjang kesehatan dan tentu saja kebahagiaan seseorang.

Katherine Zeratsky mengatakan, “Aktivitas fisik tidak saja baik bagi kita, tetapi juga memberikan jalan (terbaik) untuk memanfaatkan waktu.”

Dengan bangun lebih awal, kita tidak saja mendapatkan keesempatan menghirup oksigen dengan baik, tetapi juga mendirikan Shalat yang memenuhi kriteria aktivitas fisik yang pada saat itu pula juga bermunajat kepada Allah.

Jika ini diamalkan, apakah mungkin hati seorang hamba diliputi selain dari pada ketentraman dan keyakinan kepada Allah Ta’ala? Apakah mungkin masih ada kemalasan yang ingin dilampiaskan?

Artinya, orang yang melakukannya benar-benar akan bahagia dalam hidupnya.

Kedua, memafkan

Dalam hidup, manusia tidak bisa lepas dari yang namanya interaksi dengan sesama. Dan, dalam interaksi itu tentu saja ada hal-hal yang membutuhkan kebesaran jiwa.

Ketika sedang berkendara misalnya, tiba-tiba ada pengendara lain yang secara mendadak memotong jalan dan berbelok, yang kalau Allah tidak jadikan reflek diri segera melakukan pengereman, insiden tidak bisa dihindarkan. Dalam situasi seperti itu, kebanyakan orang spontan berkata kasar atau tidak patut. Tetapi, kalau bisa memaafkan maka itu lebih baik. (Bersambung )

 

HIDAYATULLAH