Kematian Pintu Pertama Menuju Akhirat, Kita Harus Persiapkannya

Jika bicara akhirat, tentu tidak lepas dari yang namanya kematian. Mengingat-ingat dahsyatnya kematian merupakan satu keharusan bagi diri para pecinta akhirat. Sederet nama sahabat nabi seperti sayyidina Ustman bin Affan hingga generasi ulama salaf semisal Sufyan Al Tsaury, mereka kerap kali mendatangi kuburan atau menziarahi orang yang tengah sakaratul maut.

Mereka lalukan semua itu dengan tujuan membangkitkan semangat diri dalam mempersiapkan kehidupan akhirat sebaik mungkin. Jika orang-orang mulia selevel sahabat Nabi dan para ulama salaf saja sudah terbiasa mengingat-ingat kematian, tentunya kita pun lebih memerlukan lagi, dengan demekian kita akan lebih banyak memperoleh manfaat darinya.

الموت هو إنقطاع تعلق الروح بالبدن ومفارقته والحيلولة بينهما ، وتبدل الحال، وانتقال من دار الفناء الى دار الخلد ، وهو حتم لازم لا مناص منه لكل حي من المخلوقة

Kematian adalah terputusnya ikatan ruh dengan badan, terpisahnya keduanya, bergantinya keadaan serta berpindahnya negeri penuh kerusakan menuju negeri kebaikan. Kematian merupakan ketetapan pasti yang tidak terhindarkan bagi setiap makhluk yang hidup.

Namun yang perlu kita khawatirkan adalah keadaan setelah mati. Apakah alam barzakh itu nantinya bakal menjadi tempat persinggahan yang nyaman bagi kita setelah sekian lamanya disibukkan dengan hiruk pikuk dunia, atau justru menjadi lahan pertama dalama menerima hukuman akhirat.

Tidak ada jalan terbaik bagi kita selain bersiap semaksimal mungkin demi meraih kebahagian setelah kematian itu tiba, dengan terus menjaga akidah dan keimanan kita masing-masing  serta berupaya istiqomah dalam melaksanakan perintah Allah dan rasul-Nya.

Nabi Sholallahu alaihi wasallam bersabda:

الكيس من دان نفسه وعمل لما بعد الموت ، والعاجز من اتبع نفسه هواها ، ويتمنى على الله الأماني

Sang jenius itu adalah orang yang berusaha memperbaiki dirinya dan melakukan perbuatan demi kehidupan setelah matinya, sedangkan orang yang lemah adalah yang selalu mengikuti bisikan nafsu namunbia berharap kebaikan dari allah (HR. Tirmidzi).

Semoga kita tergolong sebagai umat nabi shollallahu alaihi wasallam yang memperoleh apresiasi baik dari beliau sebagai hamba allah yang cerdas, cerdik lagi berhati penuh cahaya. Wallahu A’lam Bissawab.

BINCANG SYARIAH

Bagaimana Mempersiapkan Diri Menuju Kematian?

Setiap mukmin memandang dirinya sedang dalam perjalanan yang tanpa henti. Dan Al-Qur’an mengisyaratkan hal itu dalam firman-Nya :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡإِنسَٰنُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَىٰ رَبِّكَ كَدۡحٗا فَمُلَٰقِيهِ

“Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan menemui-Nya.” (QS.Al-Insyiqaq:6)

Manusia berjalan dari suatu tempat ke tempat yang lain dan kematian hanyalah salah satu pos yang harus di lalui setiap manusia.

Setiap perjalanan memerlukan bekal, apalagi perjalanan menuju alam barzakh adalah sebuah perjalanan yang menegangkan, maka tentu manusia memerlukan bekal yang akan menemani dan membantunya dalam perjalanan. Bekal itu telah dipesankan oleh Allah Swt dalam firman-Nya :

وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۖ

“Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS.Al-Baqarah:197)

Manusia sering dilanda takut dan kegelisah dalam urusan kehidupannya. Dalam urusan bisnisnya, keluarganya, masa depannya, kesuksesannya dan banyak lagi lainnya.  Apabila hal-hal ini mendatangi pikiran kita, maka seharusnya kita lebih memikirkan masa depan yang pasti. Bahwa didepan ada pintu kematian, ada alam barzakh, ada hari mahsyar, apakah semua itu pernah kita pikirkan?

Satu-satunya kunci untuk mengingat kematian adalah kesadaran bahwa setiap kita lebih banyak mengingat kematian maka kita akan semakin bersemangat untuk menyiapkan bekal. Dan disaat kita alpa tentang kematian maka akan semakin sedikit persiapan kita dalam menyambutnya.

Dari sini kita memahami sabda Baginda Nabi Saw :

“Perbanyaklah mengingat sesuatu yang menghancurkan seluruh kenikmatan (yaitu kematian).”

Karena itu orang yang selalu mengingat kematian akan meraih beberapa hal :

1. Akan cepat bertaubat ketika melakukan kesalahan.

2. Akan lebih qona’ah (merasa cukup) dalam menerima ketentuan Allah.

3. Akan bersungguh-sungguh dalam beramal dan beribadah.

Dan sebaliknya, siapa yang lupa dengan kematian akan membuat hatinya keras, menunda-nunda taubat dan akan terjerumus dalam kecintaan dunia.

Karena itu mari kita siapkan diri untuk menyambut kematian dan siapkan bekal sebanyak-banyaknya. Jangan sampai kita menyesal ketika waktu telah habis dan kesempatan telah sirna, seperti yang diceritakan oleh Allah dalam Firman-Nya :

حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ ٱلۡمَوۡتُ قَالَ رَبِّ ٱرۡجِعُونِ – لَعَلِّيٓ أَعۡمَلُ صَٰلِحٗا فِيمَا تَرَكۡتُۚ كَلَّآۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَاۖ وَمِن وَرَآئِهِم بَرۡزَخٌ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ

(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan.” (QS.Al-Mu’minun:99-100)

Semoga bermanfaat…

KHAZANAH ALQURAN