Ustaz Yusuf Mansur Terus Belajar Alquran

Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Quran Internasional, Ustaz Yusuf Mansur mengingatkan umat Muslim untuk terus belajar membaca Alquran.

”Walaupun ada yang sudah fasih membaca Alquran, namun proses belajar Alquran tidak boleh terputus begitu saja,” ungkap Ustaz Yusuf Mansur di Panggung Utama Islamic Book Fair (IBF), Jumat (4/3)

Dai muda asal Betawi yang dalam setiap ceramahnya menggugah umat Muslim untuk membaca dan menghafal Alquran ini, Jumat (4/3) petang tampil di Panggung Utama Islamic Book Fair untuk launching sebuah buku.

Ia mengatakan belajar membaca Alquran adalah sesuatu yang perlu dilakukan oleh setiap Muslim. Walaupun ada di antara mereka yang telah fasih membaca Alquran, namun proses belajar tidak boleh terputus begitu saja.

Menurut ustaz yang menulis puluhan buku ini, ketika seorang Muslim terus belajar menghapal Alquran, maka akan ada berlipat pahala yang didapatkan.

“Orang yang senantiasa belajar (Alquran), pahalanya akan makin banyak untuknya,” ungkap ustaz Yusuf Mansur ketika menjadi pembicara dalam acara rilis buku “Alquran Khusus Belajar” di panggung utama Islamic Book Fair, Jumat (4/3).

Diungkapkan, telah banyak muridnya yang fasih dan hafal 30 juz Alquran. Namun demikian, ia terus belajar Alquran, “Ada murid saya yang sudah hafal 30 juz Alquran. Tapi saya juga tetap belajar,” ujarnya.

Menurut tokoh Perbukuan Nasional 2015 ini, ketika seorang Muslim rajin dan tetap belajar membaca Alquran, bukan hanya berlipat pahala yang akan diraih, keinginan dan apapun yang dicita-citakan olehnya, akan lebih mudah digapai dan terwujud.

 

sumber: Republika Online

Mahasiswi Jepang Belajar Baca Alquran di Indonesia

Dua mahasiswi Jepang belajar Alquran di SMP Putri “Luqman al Hakim” Kompleks Pesantren Hidayatullah, Jalan Kejawan Putih Tambak, Mulyorejo, Surabaya.

“Dua tamu dari Jepang yang berkunjung pada Senin (10/8) untuk melakukan tukar budaya pendidikan adalah Chizua Toma dan Ayumi Nakasone,” kata Kepala SMP Putri Luqman al Hakim, Somi Suradi, di sekolah setempat, Selasa Malam.

Baginya, kedatangan dua mahasiswa Jepang ini menjadi pengalaman internasional bagi siswinya, sehingga siswinya bisa terinspirasi untuk melanjutkan pendidikan di Jepang yang dikenal sebagai negara maju itu.
“Saya melihat pelajar Indonesia juga rajin-rajin,” kata salah seorang mahasiswi Jepang, Ayumi Nakasone, yang juga sebagai guru matematika di Jepang itu.

Ia mengatakan bedanya di Jepang, cara belajar lebih formal, karena dirinya menawarkan kepada para siswi setempat untuk melanjutkan pendidikan ke Jepang. “Pemerintah Jepang membuka diri bagi mahasiswa dari Indonesia untuk belajar ke Jepang,” tuturnya dalam bahasa Jepang.

Untuk memanfaatkan waktu sambil tukar budaya pendidikan, Chizua Toma yang juga pegawai bank di Jepang didaulat menjadi guru dadakan. Chizua mengajar Bahasa Jepang yang langsung diterjemahkan seorang pengalih bahasa dari Bahasa Indonesia ke Jepang dan sebaliknya.

Sebaliknya, siswi SMP Putri Luqman al Hakim menjadi pengajar bagi Chizua dan Ayumi untuk membaca Al Quran.
“Qulhu..,” kata Zoya, salah satu siswi saat mengajari membaca Alquran yang ditiru

kan Chizua dengan terbata.
Bahkan, Ayumi yang bukan Muslim pun merasa senang diajari membaca Alquran. “Tidak hanya budaya, saya belajar Islam disini,” tutur perempuan asal Okinawa itu.

 

Sumber : Antara / Republika Online

Hukum Muslimah Haid Mengajar Alquran

Masalah membaca Alquran bagi seorang Muslimah yang sedang haid memang terdapat perbedaan di antara para ulama. Secara umum, ulama mengatakan bahwa seorang Muslimah yang sedang haid tidak diperbolehkan membaca Alquran.

Hal ini didasarkan pada firman Allah, “Tidak ada yang menyentuhnya (Alquran) kecuali hamba-hamba yang disucikan”, (QS Al-Waqiah [56]: 79).

Namun, jika tujuan seorang Muslimah tersebut bukan untuk membaca melainkan mengajar, maka diperbolehkan. Hal ini disamakan dengan orang dalam keadaan junub yang diperbolehkan membaca Alquran selama tidak diniatkan untuk membaca, misalnya untuk tujuan berdoa (yang ada ayat Alquran-nya).

Bahkan, Mazhab Maliki memperbolehkan seorang wanita yang haid membaca Alquran secara mutlak dan mereka boleh menyentuh mushaf. Namun, menurut Mazhab maliki, jika masa haidnya sudah terputus ia tidak boleh membacanya sebelum mandi besar, kecuali ia khawatir akan lupa hafalan Alquran-nya.

Terdapat banyak ulama yang memperbolehkan para ustazah atau guru mengaji tetap mengajar meski pun sedang dalam keadaan haid. Begitu juga dengan murid Muslimah yang sedang belajar mengaji kepada ustaz tersebut.

 

sumber: Republika Online