Istighfar akan mempermudah jalan seseorang.
Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad memberikan pesan tentang khasiat beristighfar. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Nabi SAW bersabda:
( مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا ، وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا ، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ) رواه أبو داود (1518) وابن ماجه (3819) ، وأحمد في “المسند” (1/248) ، والطبراني في “المعجم الأوسط” (6/240)، والبيهقي في “السنن الكبرى” (3/351) ، وغيرهم .
“Siapa saja yang butuh permohonan ampun (perlu beristighfar), niscaya Allah SWT memberi jalan keluar untuknya atas semua kesulitan, kelapangan atas semua keresahan, dan memberi rezeki-Nya dari tempat yang tidak diduga-duga.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad dalam Al Musnad, At Thabrani dalam Al Mu’jam Al Awsath, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubro, dan selainnya)
Dalam “Awn Al Ma’bud: Syarh Sunan Abi Daud”, disebutkan bahwa seseorang perlu minta ampunan kepada Allah SWT ketika melakukan perbuatan dosa, terjadi musibah yang melanda dirinya, dan ada dalam keadaan di mana dia terus-menerus melakukan perbuatan dosa.
Lantas mengapa perlu banyak beristighfar? Rasulullah SAW telah berpesan terkait hal ini, sebagaimana hadits berikut:
ولذا قال صلى الله عليه وسلم طوبى لمن وجد في صحيفته استغفارا كثيرا رواه بن ماجه
“Berbahagialah mereka yang di dalam catatan amalnya ditemukan istighfar yang banyak.” (HR Abu Daud)
Minta ampunan kepada Allah akan mempermudah jalan seseorang dalam menyelesaikan segala persoalan yang sedang dilewati. Dia akan diberi jalan keluar atas permasalahan yang dihadapinya. Jalan keluar ini ialah jalan menuju keberlimpahan rahmat Allah SWT.
Orang yang memohon ampun juga diberi kelapangan atas semua kekhawatiran, kecemasan maupun keresahan yang dirasakan. Kelapangan yang dimaksud merujuk pada keselamatan.
Adapun rezeki Allah SWT yang diberikan kepada orang-orang yang meminta ampunan, adalah rezeki yang halal dan thayyib. Rezeki akan diberi kepada orang yang meminta ampunan kepada Allah dengan cara yang tidak disangka-sangka, yaitu tidak terpikirkan olehnya dan di saat-saat yang tidak diharapkan.
Disebutkan pula dalam Syarh Sunan Abi Daud, bahwa hadits tersebut bersumber dari firman Allah SWT berikut ini:
وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ اُولٰۤىِٕكَ جَزَاۤؤُهُمْ مَّغْفِرَةٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَجَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا ۗ وَنِعْمَ اَجْرُ الْعٰمِلِيْنَۗ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui. Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan (itulah) sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal.” (QS. Ali Imran ayat 135-136)
sumber: https://s.id/20X8C