Mengenal Ali bin Abi Thalib dan Menjadi Pertengahan dalam Memuliakan Beliau

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah salah satu sahabat Nabi yang mulia dan satu dari empat khulafaur rasyidin yang kita diperintahkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama untuk mengikuti jejak mereka. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallama,

Sesungguhnya barangsiapa yang masih hidup sepeninggalku, maka ia akan menyaksikan banyak sekali perselisihan. Maka, tetaplah kalian berpegang teguh kepada sunahku dan sunah khulafaur rasyidin yang diberikan petunjuk. Gigitlah sunah tersebut dengan gigi geraham kalian. Berhati-hatilah dari perkara-perkara baru dalam agama. Karena setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap kebid’ahan adalah sesat.” (HR. Ahmad no. 17144, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi)

Dan keistimewaan beliau sebagai keluarga dan sahabat yang mendampingi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama sangatlah banyak. Namun, sebelum menyebutkan semuanya, alangkah baiknya kita mengenal siapa beliau? Bagaimana sikap yang tepat bagi seorang muslim di tengah maraknya pengkultusan terhadap pribadi beliau dan penghinaan?

Nama dan Nasab

Beliau bernama Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf, Amirul Mukminin, dikenal dengan kunyah Abul Hasan, Al-Qurasyi Al-Hasyimi. Sementara ibunda beliau bernama Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Abdu Manaf Al-Hasyimiyah yang meninggal di masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama masih hidup.

Beliau termasuk di antara orang-orang yang pertama kali masuk Islam, turut serta dalam perang Badr dan perang-perang setelahnya. Di antara kunyah beliau juga adalah Abu Turab. Yang nama tersebut adalah nama yang paling disukai oleh Ali bin Abi Thalib. Terkait ini, sebuah hadis datang dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu,

Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama mendatangi rumah Fatimah radhiyallahu ‘anha dan tidak mendapati Ali bin Abi Thalib di sana. Maka, Nabi pun bertanya, ‘Di mana putra pamanmu?’ Fatimah mengatakan, ‘Terjadi sesuatu antaraku dengannya dan ia membuatku marah. Ia pun keluar dan tidak bilang apa-apa.’ Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama pun meminta kepada seorang sahabatnya, ‘Tolong cari di mana dia.’ Kemudian laki-laki tadi kembali dengan mengatakan, ‘Ia ada di masjid ya Rasulullah.’ Maka, Rasul pun mendatanginya dan mendapatinya tengah berbaring dengan pakaiannya yang tersingkap di bagian pundak dengan debu yang berada di tubuhnya. Maka, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama pun mengusap debu yang ada pada Ali sembari mengatakan, ‘Bangunlah wahai Abu Turab, bangunlah wahai Abu Turab.’” (HR. Muslim no. 2409)

Ciri fisik Ali bin Abi Thalib

Ada banyak riwayat dari para ulama yang menyebutkan ciri-ciri fisik Ali bin Abi Thalib. Di antaranya yang diungkapkan oleh Sawadah bin Handzalah,

“Aku pernah melihat Ali memiliki jenggot yang berwarna kekuningan.”[1]

Muhammad bin Al-Hanafiah mengungkapkan,

“Pernah juga beliau mewarnainya dengan hina’ (pacar) lalu meninggalkannya.”[2]

Abu Ishaq menyatakan,

“Aku pernah menyaksikannya berkhotbah dan tanpa sengaja pakaian atasnya tersingkap. Aku dapati perut beliau bidang; kepala serta jenggotnya memutih.”[3]

Keberanian beliau pasang badan menggantikan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama

Ketika orang-orang kafir Quraisy berkumpul untuk menyerang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama, Ali bin Abi Thaliblah (yang waktu itu masih sangat muda) yang berani pasang badan menggantikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama. Sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Sayyidin Nas dalam ‘Uyun Al-Atsar, 1:295,

فلما كانت عتمة من الليل اجتمعوا على بابه يرصدونه حتى ينام ، فيثبون عليه ، فلما رأى رسول الله صلى الله عليه وسلم مكانهم قال لعلي بن أبي طالب : نم على فراشي وتسج ببردي هذا الحضرمي الأخضر ، فنم عليه ، فإنه لن يخلص إليك شيء تكرهه منهم

Ketika pertengahan malam, para pemuda Quraisy berkumpul di depan pintu rumah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama. Mereka memantau beliau sehingga beliau tertidur. Sehingga mereka dapat melompat. Ketika melihat tempat mereka, beliau shallallahu ‘alaihi wasallama berkata kepada Ali bin Abi Thalib, ‘Tidurlah di dipanku dan pakailah selimut hijau dari Yaman ini. Tidak akan ada hal buruk yang terjadi padamu.’

Keberanian Ali bin Abi Thalib

Dalam banyak peperangan, akan sering kita dapati, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama berperang, maka di situ ada Ali bin Abi Thalib. Terkadang berperan sebagai pembawa bendera, terkadang sebagai pemecah barisan musuh, terkadang sebagai penghancur benteng dan berhala, dan lain sebagainya. Ini semua menunjukkan seberapa berani dan gigihnya beliau untuk berjuang untuk Islam.

Kisah lain disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan-Nihayah, 3;272, yang menjelaskan bahwa ketika dua pasukan kaum muslimin dan kafir bertemu di medan perang Badar, tiga pemimpin pasukannya ingin unjuk keberanian. Yaitu, Utbah bin Rabiah, Syaibah, dan Al-Walid bin Utbah. Mereka menantang pasukan muslimin. Kemudian diutuslah tiga orang dari pasukan kaum muslimin. Di antaranya Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu yang berduel dengan Al-Walid bin Utbah dan berhasil menumbangkannya dengan cepat.

Kabar-kabar dusta tentang Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu

Kabar dusta yang ditujukan untuk Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anha jauh lebih banyak dibandingkan yang ditujukan kepada sahabat Rasulullah selain beliau. Sehingga, tak jarang kita dapati hal tersebut termaktub dan tersebar di tengah kaum muslimin. Di antaranya adalah:

Pertama

Riwayat dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma yang mengatakan, “Ali bin Abi Thalib mengatakan, ‘Aku adalah saudara Rasulullah, walinya, anak pamannya, dan ahli warisnya. Siapakah yang lebih berhak dariku sepeninggal beliau?!’” (As-Sunan Al-Kubra, no. 8396)

Adz-Dzahabi rahimahullahu mengomentari, “Hadis ini munkar.”

Kedua

Riwayat yang menyebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Aku adalah hamba Allah. Akulah Ash-Shiddiq Al-Akbar. Tidak ada yang mempertanyakannya, kecuali ia adalah pendusta. Aku sudah salat 9 tahun sebelum yang lain.” (As-Sunan Al-Kubra, no. 8398)

Imam Ahmad mengatakan bahwa hadis ini munkar. Demikian pula yang disampaikan oleh Ibnul Jauzi dalam Al-Maudhu’at.

Ketiga

Riwayat dari Anas bin Malik yang menyebutkan bahwa suatu ketika ada seekor burung di sisi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama. Beliau pun mengatakan, “Ya Allah, datangkanlah seseorang yang paling Kau cintai yang bisa makan burung ini bersamaku.” Maka, Ali bin Abi Thalib datang dan makan bersama beliau. (As-Sunan Al-Kubra no. 8341)

Dan riwayat-riwayat lain yang dinilai oleh para ulama sebagai kisah-kisah yang palsu, tidak memiliki sumber yang valid. Yang mana kisah-kisah ini akan menimbulkan sikap berlebihan pada sebagian orang. Semoga Allah hindarkan kita dari perbuatan tersebut. Amin

***

Penulis: Muhammad Nur Faqih, S.Ag.

Sumber: https://muslim.or.id/90611-mengenal-ali-bin-abi-thalib.html
Copyright © 2024 muslim.or.id