Mengenal Lebih Dekat Kunci Surga (Bag. 2)

Bismillah walhamdulillah wash-shalatu was-salamu ‘ala Rasulillah. Amma ba’du,

Dalil-dalil tentang tafsir kalimat tauhid

Tafsir kalimat tauhid jika ditinjau dari global tidaknya terbagi menjadi dua, yaitu: 1) tafsir global, dan 2) tafsir terperinci.

Mengapa tafsir kalimat tauhid terbagi menjadi dua? Hal itu dikarenakan dalil-dalil dalam Al-Qur’an Al-Karim dan Al-Hadis tentang tauhid ada dua macam, yaitu 1) dalil global, dan 2) dalil terperinci. Sedangkan seluruh dalil tentang tauhid dalam Al-Qur’an Al-Karim dan Al-Hadis itu hakikatnya adalah menjelaskan tentang kalimat tauhid lailahaillallah.

Dalil-dalil tentang tafsir kalimat tauhid secara global

Berikut ini kami akan sampaikan contoh beberapa dalil tentang tafsir kalimat tauhid secara global:

QS. An-Nahl: 36

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ

Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah sesembahan selain Allah!” (QS. An-Nahl: 36)

Baca Juga: 8 Pintu Surga

QS. Az-Zukhruf: 26-27

Allah Ta’ala berfirman,

وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهِيْمُ لِاَبِيْهِ وَقَوْمِهٖٓ اِنَّنِيْ بَرَاۤءٌ مِّمَّا تَعْبُدُوْنَۙ اِلَّا الَّذِيْ فَطَرَنِيْ فَاِنَّهٗ سَيَهْدِيْنِ

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya dan kaumnya, ‘Sesungguhnya aku benci terhadap sesembahan yang kalian sembah, kecuali (kalian menyembah) Allah yang menciptakanku. Karena sungguh, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.’” (QS. Az-Zukhruf: 26-27)

QS. Al-Isra’: 23

Allah Ta’ala berfirman,

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kalian jangan menyembah, melainkan (hanya) kepada-Nya.” (QS. Al-Isra`: 23)

QS. An-Nisa’: 36

Allah Ta’ala berfirman,

وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا

“Dan sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun!” (QS. An-Nisa`: 36)

QS. Az-Zariyat: 56

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku saja.” (QS. Az-Zariyat: 56)

Dalil-dalil tentang tafsir kalimat tauhid secara rinci

Dalil-dalil tentang tafsir kalimat tauhid secara terperinci itu pada hakikatnya adalah seluruh dalil yang secara detail atau spesifik menjelaskan bentuk menauhidkan Allah dalam keyakinan, ucapan, dan perbuatan, serta dalil-dalil yang menjelaskan bentuk kesyirikan dalam keyakinan, ucapan, dan perbuatan secara detail atau spesifik.

Berikut ini kami akan sampaikan contoh beberapa dalil tentang tafsir kalimat tauhid secara rinci:

Dalil tentang larangan cinta syirik

Allah Ta’ala  berfirman,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ

“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman, lebih besar cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165)

Dalil tentang menutup pintu kesyirikan dalam masalah ibadah menyembelih hewan

Tsabit bin Dhahhak radhiyallahu ‘anhu berkata,

“Ada seseorang yang bernazar akan menyembelih unta di daerah Buwanah. Lalu, ia bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka, Nabi balik bertanya,

هل كان فيه وثن من أوثان الجاهلية يعبد؟

Apakah di tempat itu ada berhala Jahiliyyah yang disembah (oleh mereka)?”

Para sahabat menjawab, “Tidak.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bertanya lagi,

فهل كان فيها عيد من أعيادهم؟

Apakah di tempat itu ada hari raya dari hari-hari raya mereka?”

Para sahabat pun menjawab, “Tidak.”

Maka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun menjawab,

أوف بنذرك فإنه لا وفاء بنذر في معصية الله ولا فيما لا يملك ابن آدم

Tunaikan nazarmu itu, karena nazar itu tidak boleh dilaksanakan dalam bermaksiat kepada Allah, dan dalam se suatu yang tidak dimiliki oleh seseorang.” (HR. Abu Dawud, Sahih)

Dalil tentang larangan ruqyah syirik

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إن الرقى والتمائم والتوَلة شرك

Sesungguhnya (menggunakan) ruqyah (yang mengandung kesyirikan), tamimah dan tiwalah adalah syirik.’” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah. Disahihkan oleh Syekh Al-Albani)

Dalil tentang larangan kesyirikan jimat gelang

Imran bin Husain radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat seorang laki-laki memakai gelang yang terbuat dari kuningan, kemudian beliau bertanya,

(( مَا هَذِهِ؟ قَالَ: مِنَ الوَاهِنَةِ، فَقَالَ: انْزعْهَا فَإِنَّهَا لاَ تَزِيْدُكَ إِلاَّ وَهْنًا، فَإِنَّكَ لَوْ متَّ وَهِيَ عَلَيْكَ مَا أَفْلَحْتَ أَبَدًا ))

Untuk apa (gelang) ini?” Orang laki-laki itu menjawab, “Untuk menangkal penyakit lemah badan.” Lalu, Nabi bersabda, “Lepaskan gelang itu! Karena sesungguhnya ia tidak akan menambah, kecuali kelemahan pada dirimu. Dan jika kamu mati, sedangkan gelang ini masih ada pada tubuhmu, maka kamu tidak akan beruntung selama-lamanya.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim, disahihkan oleh beliau dan disetujui oleh Adz-Dzahabi)

Tafsir tauhid, ditinjau dari lafaz atau lawannya

Tafsir lafaz (makna tauhid)

Maksudnya adalah kelompok dalil yang menafsirkan kata “tauhid” secara langsung.

Sebagai contoh adalah firman Allah Ta’ala dalam surah Al-Isra`ayat 57,

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ

Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan (mendekat) kepada Tuhan mereka.”

Di sini terdapat tafsir tauhid dengan menjelaskan salah satu bentuknya, yaitu bahwa para nabi, malaikat, dan orang-orang saleh yang disembah oleh kaum musyrikin itu, mereka sendiri justru berdoa memohon kebutuhan hanya kepada Allah Ta’ala.

Tafsir lawan (makna syirik)

Maksudnya adalah kelompok dalil yang menafsirkan kata “tauhid” secara tidak langsung, dengan cara menafsirkan lawan tauhid, yaitu syirik. Setelah makna syirik diketahui, barulah disimpulkan bahwa tauhid itu kebalikan dari makna syirik tersebut.

Sebagai contoh adalah firman Allah Ta’ala,

اِتَّخَذُوْٓا اَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَالْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَۚ وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوْٓا اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ سُبْحٰنَهٗ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ

“Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi), dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai tuhan selain Allah, dan (juga) Al-Masih putra Maryam. Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Mahaesa. Tidak ada tuhan, selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At-Taubah:31)

Ayat ini menafsirkan tauhid dengan menjelaskan lawannya (syirik), bahwa salah satu bentuk syirik adalah taat kepada ulama dan ahli ibadah dalam menghalalkan yang haram (tahlil) atau mengharamkan yang halal (tahrim). Karena hal itu berarti menyembah ulama dan ahli ibadah. Ini bertentangan dengan dasar tauhid.

Tauhid adalah hanya menujukan ketaatan kepada Allah saja dalam tahlil dan tahrim, karena tahlil dan tahrim adalah hak Allah semata. Wallahu a’lam.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ

[Selesai]

***

Penulis: Sa’id Abu ‘Ukkasyah

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/78970-mengenal-lebih-dekat-kunci-surga-bag-2.html